Minggu, 16 September 2012

PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SECARA KIMIAWI


PENGENDALIAN HAMA SECARA KIMIAWI

Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.

Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :

a.fungisida : pengendali cendawan
b.insektisida : pengendali serangga
c.herbisida : pengendali gulma
d.nematisida : pengendali nematoda
e.akarisida : pengendali tungau
f.ovarisida : pengendali telur serangga dan telur tungau
g.bakterisida : pengendali bakteri
h.larvasida : pengendali larva
i.rodentisida : pengendali tikus
j.avisida : pengedali burung
k.mollussida : pengendali bekicot
l.sterillant : pemandul.

Namun begitu, karena pemakaian pestisida yang mudah dan langsung dapat menanggulangi hama, ternyata petisida mempunyai dampak negatif. Adapun damapak negatifnya yakni :


1.Hama/penyakit/gulma menjadi resisten atau kebal

Semakin sering tanaman disemprot dengan pestisida, maka tanaman semakin kebal. Ini berarti jumlah tanaman yang mati semakin sedikit walaupun disemprot
berkali-kali dengan dosis yang tinggi.

2.Resurgensi atau timbulnya kembali hama tersebut.

Populasi hama /penyakit/gulma tersebut malah menjadi berkembang lebih banyak setelah diperlakukan dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena musuh-musuh alami mati sehingga pengaruh pestisida terhadap tanaman tersebut tidak mampu membunuh spora yang tahan, sehingga inilah yang nantinya akan berkembang pesat tanpa ada musuh atau saingan lainnya.

3.Timbul ledakan hama/penyakit/gulma sekunder.

Akibat penggunaan pestisida yang memusnahkan musuh alami menyebakan timbulnya ledakan populasi hama sekunder.

4.Musuh alami musnah

Biasanya musuh-musuh alami ini lebih peka terhadap pestisidadari pada hama/patogen/gulma sasaran. Maka pada setiap aplikasi petisida ini akan mematikan populasinya. Padahal adanya predator akan menetukan keseimbangan ekosistem.


5.Terbunuhnya makhluk bukan sasaran

Berbagai jenis makhluk hidup lainnya seperti serangga penyerbuk, saprofit, dan penghuni tanah, ikan, cacing tanah, katak, belut, burung, dan lain-lain ikut mati setelah terkena pestisida tersebut.

6.Pencemaran lingkungan hidup

Air, tanah, dan udara ikut pula tercemar oleh pestisida. Beberapa pestisida dapat mengalami biodegradasi, dirombak secara biologis dalam tanah dan air.

7.Residual effect

Dengan aplikasi pestisida yang terlalu banyak, apalagiyang persisten, akan meniggalkan residu dalam tanaman dan produk pertanian (buah, daun, bji, umbi, dan lain sebaganya) tergantung dari jenis pestisida dan residu.


8.Kecelakaan manusia

Penggunaan pestisida yang kurang hati-hati dan mencelakakan si pemakai . keracunan melalui mulut dan atau kulit sering terjadi, sehingga membahayakan. Kasus kematian karena keelakaan ini ckup banyak.
pengendalian secara kimia, menggunakan Pestisida.
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.
Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.
Studi kasus
 
Jeruk pamelo sudah dibudidayakan ribuan petani di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, sejak puluhan tahun lalu. Tanaman varietas lokal itu juga menjadi primadona karena merupakan komoditas pertanian utama setelah tanaman padi.
Kendati demikian, besarnya potensi itu ternyata tidak didukung sistem pemasaran yang baik sehingga tak jarang petani mengalami kerugian yang tidak sedikit. Permainan harga yang menekan petani, serangan hama, dan ketidaktahuan petani tentang alur pemasaran pascapanen merupakan beberapa kendala yang terus melingkupi pertanian jeruk pamelo.
Menurut Wariyatin (60), petani jeruk pamelo asal Desa Dukuh, Kecamatan Bendo, Magetan, cara dan pola budidaya jeruk itu sebenarnya tergolong mudah. Sejak dari bibit berusia satu bulan, jeruk bisa berbuah pada umur tiga tahun.
"Selama masa tanam, perawatannya juga mudah. Petani hanya perlu rutin memupuk, memangkas batang yang rusak, dan menyiangi rumput liar. Kalau tiga hal pokok ini dilakukan, dalam tiga tahun pasti sudah berbuah," kata Wariyatin yang mengaku sudah menanam jeruk pamelo lebih dari 30 tahun.
Karena mudahnya perawatan dan prospek ekonomi itulah, pertanian jeruk pamelo kemudian berkembang pesat. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Magetan, budidaya jeruk pamelo itu tersebar di lebih dari 20 desa di lima kecamatan, yakni Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro, Magetan, dan Maospati. Lahan pertanian mencapai lebih dari 7.000 hektar yang melibatkan sekitar 3.000 petani (pemilik lahan dan buruh tani).
Jeruk pamelo tergolong tanaman buah yang memiliki banyak kemiripan dalam bentuk fisik dengan beberapa varietas jeruk lainnya yang ada di Magetan. Varietas jeruk yang mirip, misalnya, jeruk adas nambangan dan jeruk adas duku. "Semuanya mirip karena buahnya sama-sama berukuran besar. Perbedaannya terletak pada pohon dan daging buahnya," lanjut Wariyatin.
Salam (30), petani jeruk pamelo asal Kecamatan Sukomoro, juga mengatakan perbedaan ketiga varietas jeruk "besar" itu memang terletak pada pohonnya. Pohon jeruk pamelo biasanya kecil dan tidak rimbun, berbeda dengan jeruk adas nambangan dan jeruk adas duku yang memiliki pohon berukuran besar dengan banyak cabang dan daun.
"Daging buah jeruk pamelo berwarna merah tua, daging buah jeruk adas nambangan merah muda, sedangkan jeruk adas duku berwarna merah kekuningan. Dari ketiga varietas itu, jeruk pamelolah yang disukai masyarakat karena rasanya manis segar," kata Salam.
Kemudahan pola budidaya itu, lanjut Salam, juga diikuti cara perawatan tanaman yang juga tidak sulit. Setelah tanaman berusia lebih dari dua tahun, sebaiknya rutin diberikan pupuk kandang. Agar berbuah maksimal, jarak tanaman pun harus diatur minimal empat meter.
Menurut Suripto, petugas penyuluh pertanian jeruk yang juga Ketua Kelompok Tani di Desa Belotan, Kecamatan Sukomoro, jeruk pamelo di Magetan banyak dibudidayakan di daerah kaki bukit dengan iklim yang berimbang. Selain harus mendapat cukup sinar matahari, jeruk ini juga tidak boleh kekurangan air. "Kalau dua unsur itu tidak terpenuhi dengan baik, hasilnya tidak akan maksimal," katanya.

Di Kabupaten Magetan, tutur Suripto, jeruk jenis itu dibudidayakan dengan sistem pertanian utuh. Artinya, lahan yang digunakan menanam jeruk tidak boleh berganti-ganti dan tidak mengenal sistem tumpang sari. Pupuk yang digunakan pun harus pupuk kandang, bukan pupuk kimia.
Karena besarnya potensinya itu, Suripto mengatakan, jeruk pamelo berkembang menjadi komoditas pertanian utama setelah tanaman padi. Hasil dari sektor pertanian produktif ini menghidupi ribuan petani di Kabupaten Magetan, mulai dari pemilik lahan, buruh tani, hingga pedagang. "Tanaman ini sebenarnya layak mendapat tempat sebagai tanaman primadona di kabupaten ini," katanya.
Munawarman (53), petani lainnya, mengaku sudah menggantungkan hidup pada jeruk pamelo sejak hampir 20 tahun. Hasil dari bertani jeruk itu, katanya, bisa menghidupi istri dan empat anaknya.
Hama
Meski demikian, bukan berarti pertanian jeruk itu tidak terhadang kendala. Masalah yang dihadapi petani sampai sekarang terkait dengan serangan hama dan harga jual yang tidak pernah stabil.
Menurut Munawarman, ada tiga jenis hama yang paling menakutkan petani jeruk pamelo, yakni hama cabuk (semacam serangga kecil), hama blendog (ulat batang), dan hama lalat buah. Hama cabuk biasanya menyerang bagian daun hingga daun tanaman menghitam. Setelah terkena hama itu, pohon biasanya tidak berbuah dan berpotensi menyebabkan kematian pohon.
Hama blendog atau ulat batang, lanjut Munawarman, selalu menyerang bagian batang utama. Jika terkena hama itu, batang pohon akan banyak berlubang karena ada ulat-ulat kecil berwarna putih. Dampaknya, pohon tidak berbuah dan juga bisa mati.
"Sedangkan hama lalat buah menyerang bagian kulit dan daging buah. Kalau terkena, buah menjadi busuk karena di dalamnya banyak telur lalat. Buah kemudian berjatuhan dari pohon," katanya.
Sekitar April-Mei lalu, serangan hama lalat buah sedang mengganas. Saat itu lebih dari 70 hektar lahan perkebunan jeruk milik ratusan petani diserang lalat buah. Karena petani terlambat menangani, sebagian besar jeruk yang sudah siap panen membusuk.
Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah karena banyak petani yang gagal panen. Serangan hama lalat buah ini terjadi di enam desa, yakni Desa Duwet, Belotan, Dukuh (Kecamatan Bendo), serta Sukomoro, Tambakmas, dan Tamanan (Kecamatan Sukomoro).
Pengendalian
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan.
Bahan dan Alat:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung).
Gadung dikupas kulitnya dan diparut.

Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.

Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
Dapat menolak hama dan penyakit.
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.

Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers