LAPORAN
PRAKTIKUM
MEKANISME
PERTANIAN
ALAT PEMANENAN PADI DAN
ALAT PERONTOK GABAH
DiSusun Oleh
Nama : Aben Candra
Npm : E1J010070
Prodi :
Agroekoteknologi
Dosen : Ir. Meizul
Zuki, MS
LABORATORIUM
TIP
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2011
ACARA I
ALAT PEMANENAN PADI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Lapangan
Padi siap panen:
95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit
gabah hijau ,kadar air gabah
21-26 %, butir hijau rendah Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk
memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat
yang dialasi.
Pemanenan padi harus meng-gunakan alat
dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis.
Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis
varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen
padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat
waktu, dengan alat Reaper
binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen
hanya dilakukan selama
6 jam untuk 1 hektar
1.2 Tujuan Praktek Lapangan
Pada praktikum kali ini
dilakukan pemanenan dengan menggunakan alat tradisional, agar mahasiswa belajar
menggunakan,mengamati dan mengetahui masing-masing keunggulan dan spsifikasi
dari alat panen pada tanaman padi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanenan padi, merupakan kegiatan yang cukup
penting dari tahapan budidaya tanaman padi. Meskipun cara bertanamnya
benar dan benih yang ditanam menggunakan varietas unggul baru, namun bila
penanganan saat panen kurang benar, maka hasil panen tidak maksimal
karena menghasilkan mutu gabah yang rendah serta tingkat kehilangan hasil
yang cukup tinggi (9,52%). Oleh karena itu pemanenan padi harus ditangani
dengan baik.Untuk mendapatkan hasil panen padi yang baik, ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan yaitu : 1) umur panen; 2) peralatan panen; 3)
sistem panen padi; 4) pengumpulan hasil panen.
Umur panen
Tanda-tanda umur panen layak dipanen adalah :
1) umur tanaman sesuai dengan diskripsi varietas (varietas Mekongga berumur 116
- 125 hari); 2) bila padi telah masak fisiologis yaitu bila 90 -95 persen
gabah dari malai tampak kuning; 3) kadar air gabah 21 - 26 persen (diukur dengan
moisture tester.;4) kenampakan malai.
Cara lain dalam penentuan umur panen padi
adalah dengan metode optimalisasi. Dengan meode ini, padi dipanen pada
saat malai berumur 30 - 35 hari setelah berbunga rata, sehingga dihasilkan gabah
dan beras bermutu tinggi. Bila pemanenan dilakukan pada saat padi masak
optimum, maka kehilangan hasil hanya mencapai angka 3,35 persen, sedangkan bila
panen dilakukan padi lewat masak 1 - 2 minggu, akan menyebabkan kehilangan
hasil sekitar 5,63 persen dan 8,64 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur tanaman
layak panen diantaranya adalah varietas, iklim dan tinggi tempat.
Sehingga umur panen dapat berbeda antara 5-10 hari. Padi yang dipanen
pada kadar air 21-26 persen memberikan hasil yang optimal dan menghasilkan
beras yang bermutu baik.
Peralatan panen
Alat yang dipergunakan untuk
panen padi harus mempertimbangkan secara teknis, ekonomis dan sosial.
Secara teknis, alat panen (mesin, ani-ani, sabit) yang digunakan harus sesuai
dengn jenis varietas yang akan dipanen.
Saat ini alat dan mesin panen padi telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan makin terbatasnya tenaga
kerja untuk panen di pedesaan. Ada beberapa jenis alat pemanen yaitu :
1.
Ani-ani
Ani-ani merupakan alat panen
padi yang terbuat dari bamboo diameter 10 - 20 mm, panjang sekitar 10 cm dan
pisau baja setebal 1,5 - 3 mm. Ani-ani digunakan untuk memotong padi varietas
lokal yang berpostur tinggi;
2.
Sabit
Sabit merupakan alat panen
manual untuk memotong padi secara cepat. Ada dua macam sabit, yaitu sabi
biasa dan sabit bergerigi. Sabit digunakan untuk memotong varietas unggul
baru termasuk varietas Mekongga dengan cara memotong bagian atas, tengah atau
dibawah rumpun tanaman tergantung cara perontokan padinya. Pemotongan dengan
cara potong bawah, dilakukan bila perontokan dilakukan dengan cara
dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara
potong atas atau tengah, dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.
3.
Reaper
Reaper merupakan mesin
pemanen padi yang sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja
orang panen dengan menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju
akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman
tersebut kearah samping mesin.
4.
Reaper
binder
Reaper binder merupakan
jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang
terpotong menjadi seperti sapu lidi
Sistem panen
Untuk memperkecil persentase
angka kehilangan hasil, sesuai Pedoman Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan,
dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, pemanenan dilakukan
dengan sistem berkelompok dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pemanenan dilakukan dengan system
beregu/ kelompok
2. Pemanenan dan perontokan dilakukan
oleh kelompok pemanen
3. Jumlah pemanen antara 5-7 orang yang
dilengkapi dengan satu unit pedal thresher atau 15-20 orang yang dilengkapi
satu unit power thresher.
Pengumpulan hasil panen
Untuk mengurangi terjadinya
kehilangan hasil, sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengumpulan hasil panen
menggunakan alas dari terpal atau plastik. Dengan cara ini, kehilangan
hasil panen dapat ditekan antara 0,94 - 2,36 persen.
Perontokan padi
Perontokan padi harus
ditangani dengan baik, bila tidak kehilangan hasil sebagai akibat ketidak
tepatan dalam melakukan perontokan mencapai lebih dari 5 %. Hal yang
perlu diperhatikan pada tahap ini adalah penundaan perontokan dan alat dan
mesin yang digunakan
Penyimpanan gabah basah
Masalah lain yang tak kalah
pentingnya adalah penanganan gabah basah hasil panen. Mengingat jumlah
lantai jemur terbatas, tidak munculnya sinar matahari karena hujan, sulitnya
mendapatkan mesin pengering dan biaya pengeringan cukup mahal yang mengakibatkan
petani kesulitan menyimpan gabah sehingga gabah hasil panen mereka menjadi
rusak dan berkecambah.
Untuk itu diperlukan
teknologi penyimpanan gabah basah yang sederhana, biaya murah dan mudah
diterapkan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah mengurangi kadar
air gabah sampai pada kadar air simpan atau dapat dilakukan juga dengan cara
menghambat kenaikan suhu dalam tumpukan gabah dengan menggunakan zat
higroskopis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANGAN
3.1
HASIL PENGAMATAN
Ulangan
|
Vertikal
|
Horizontal
|
Waktu panen
(detik) |
1
|
26
|
22
|
41,12
|
2
|
27
|
24
|
37,86
|
3
|
23
|
27
|
44,30
|
4
|
23
|
28
|
37,5
|
5
|
28
|
23
|
39,42
|
3.2
PEMBAHASAN
A. Nama Alat
Sabit merupakan alat panen manual
untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan
sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi
pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur
pendek seperti IR-64 dan Cisadane.
Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan karena dapat menekan
kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et
al, 1989; Nugraha et al, 1990).
Nama alat : sabit bergerigi
B. Spesifikasi
Sabit Bergerigi Yaitu:
Spesifikasi Teknis :
􀂾 Mata sabit
|
Pipih melengkung pada satu sisinya bergerigi dengan
ukuran antara 12 – 16 gerigi per inchi.
|
􀂾 Dimensi
o Panjang kepala sabit
o Lebar kepala sabit
o Lebar sabit
o Tebal sabit
o Tinggi gerigi
o Jarak gerigi
o PanjangGagang
o DiameterGagang
o Panjang total
o Berat total
|
Maximum 215 mm
135 - 150 mm
25 - 30 mm
1,5 – 1,6 mm
0,9 – 1,1 mm
2,3 – 2,5 mm
140 - 158 mm
25 - 35 mm
320 - 330 mm
Max 120 gram
|
􀂾 Mempunyai Test Report
|
C. Fungsi
Alat
Alat
ini berfungsi untuk memanen padi dengan cara tradisional. Alat ini berguna
untuk memotong batang padi. Dengan menggunakan tenaga manusia sendiri tanpa
bantuan tenaga mesin
D. Prinsip
Kerja Alat
Cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:
o Pegang rumpun padi yang akan
dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
o Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman
(tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan
hingga jerami terputus.
E. Kapasitas
Kerja Alat
Kelemahan-kelemahan
dari penggunaan alat ini adalah :
1. Kebutuhan tenaga orang per
hektar banyak
2. Kehilangan gabah pada waktu
panen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis
3. Kenyamanan bekerja rendah
4. Kapasitas kerja rendah
5. Biaya panen perhektar relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis, tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan
keuntungannya adalah :
1. Memberikan kesempatan kerja
yang banyak kepada para buruh panen
2. Hasil pemotongan gabah dengan
ani-ani ini lebih bersifat terpilih
3. Harga alat panen sangat murah,
bisa dimiliki oleh setiap petani
Kapasitas kerja
panen secara tradisional diukur dengan jumlah orang jam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148
orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit
dilakukan oleh satu
orang pria akan
membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1 jam untuk
memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan gabah
dilapang diperkirakan
berkisar antara 8 sampai 10
persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya
atau karena pencucianpencucian dan terinjak-injak ke dalam
tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai, sedangkan
dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini
diketahui bahwa sabit adalah perkembangan dari alat ani-ani. Sabit adalah alat
yang digunakan saat panen, cara kerjanya sangat mudah hanya dengan mendorong
kedepan lalu ditarik kebelakang. Maka, batang padi akan terpotong secara
perlahan-lahan. Kapasaitas alat ini sanagt rrendah, untuk memeanen 1 hektar
sawah saja diperlukan orang 10 untuk mengerjakannya dalam rentan waktu tang
cukup lama. Namun alat ini tidak memerlukan biaya yang cukup mahal, namun
tenaga manusia sangat diperlukan untuk menggerakan alat ini.
4.2. SARAN
Saat
praktikum, harap untuk lebih memperhatikan praktikan. Kemudian lebih memprjelas
pengertian tentang masing-masing dari alat pemanenan sampai pasca panen.
ACARA II
ALAT PERONTOK PADI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Praktek Lapangan
Kegiatan
perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper).
Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok.
Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang
kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk
mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi
kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik.
Bermacam
– macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang
mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar.
Berbagai macam jenis mesin
perontok padi (Thresher), yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher
Semi Mekanis)
2. Power Thresher (Thesher
Mekanis)
1.2 Tujuan Praktek Lapangan
Praktikum ini diselenggarakan untuk :
1.
Untuk mengetahui konstruksi dan
komponen-komponen penting dari alat perontok yang diamati
2.
Untuk mengetahui cara kerja dari
perontok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perontok
padi merupakan kegiatan memisahkan bulir gabah dari malainya yang dapat
dilakukan secara manual (digenjot) , semi mekanis menggunakan perontok tipe
pedal (pedal threser) atau secara mekanis menggunakan mesin perontok ( power
threser). Kinerja alat perontok akan menentukan tingkat kehilangan hasil.
Kecepatan putaran silinder perontok menetukan hasil perontokan, kehilangan
hasil dan gabah yang tidak terontok. Alat pedal threser disarankan berputar
pada kecepatan 100-105 rpm, sedangkan power threser disarankan berputar pada
kecepatan 400-450 rpm.
Perontokan sebaiknya
dilakukan setelah pemanenan. Penundaan perontokan padi disawah menjadi masalah
besar karena dapat mengakibatkan tingginya susut hasil dan turunya mutu gabah.
Apabila terjadi penundaan perontokan maka sebaiknya dilakukan denagn cara : 1.
Menggunakan alas terpal saat pemupukan, 2. Lama pnundaan tidak boleh lebih dari
satu malam dengan tinggi tumpukan padi tidak boleh lebih dari 1m.
Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa cara, antara lain (1) iles/injak-injak, (2)
pukul/gedig, (3) banting/gebot, (4) pedal thresher, (5) mesin perontok
(BPS,1996) . Perontokan padi dengan cara dibanting dilakukan dengan cara
membantingkan atau memukulkan segenggam potongan padi ke benda keras, misalnya
kayu, bambu atau batu yang diletakkan pada alas penampung gabah. Kapasitas
perontokan dengan cara gebot sangat bervariasi, tergantung kepada kekuatan
orang, yaitu berkisar antara 41,8 kg/jam/orang sampai 89,79 kg/jam/orang.
Kemampuan kerja pemanen di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta untuk merontok padi
dengan cara gebot berkisar antara 58,8 kg/jam/orang sampai 62,73 kg/jam/orang
Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah yang tidak terontok berkisar
antara 6,4 % - 8,9 % Untuk menghindari hal tersebut, maka perontokan padi perlu
menggunakan alat atau mesin perontok.
Penggunaan mesin perontok
menyebabkan gabah tidak terontok sangat rendah, yaitu kurang dari satu persen.
Hasil pengujian empat mesin perontok padi Type TH-6 menunjukkan bahwa kapasitas
mesin perontok tersebut bervariasi antar 523 kg/jam/unit sampai 1.125
kg/jam/unit tergantung kepada spesifikasi atau pabrik pembuatannya.Penggunaan
mesin perontok dalam perontokan padi, selain dapat menekan kehilangan hasil
juga dapat meningkatkan kapasitas kerja.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANG
3.1 HASIL PENGAMATAN
Pengamatan pada petani yang sedang merontokkan
padi dengan Power Threser. Beberapa pertanyaan yang kami lemparkan kepada
pekerja sebagai berikut :
1. Penggunaan tenaga kerja ada 5 orang
·
1 orang memasukkan malai padi kedalam
mesin
·
1 orang menampung di bawah mesin
·
1 orang membuang jerami
·
1 orang mengantar padi ke jalan
·
2
Cara kerja alat
Ø
Dengan alat power threser
·
Padi dimasukkan kedalam box threser
·
Terjadi pembuangan sampah serta beras
dan padi
Ø
Komponen
·
Blower = Kipas yang berfungsi
mendorong sampah (sisa) dari rumpun padi agar terpisah dari bulir padinya.
·
Silinder perontok = mencacah atau merontokkan
rumpun padi agar terpisah dari batang dan bulirnya
3
Kapasitas kerja alat
Kapasitas kerja tergantung dari jumlah tenaga kerja. Dalam 1 jam dapat
memperoleh 10-11 karung, dalam 1 karung berisi bulir padi berkisar 35 Kg (dalam
waktu 2 jam, 3 orang berganti joki)
4
Kebutuhan bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan adalah “bensin”.Karena bahan bakar yang
digunakan irit, maka dalam 40 karung (50Kg/karung) hanya membutuhkan sekitar 5
liter bensin.
5
Sistem pembayaran alat
Perbandingan 10 : 1 ( dalam 10 karung pemilik alat menerima 1 karung beras)
3.2 PEMBAHASAN
A. Nama Alat
Alat dan mesin perontok padi yang digerakkan oleh motor penggerak baik
dengan bahan bakar diesel/solar atau bensin.
Nama Alat :
POWER THRESHER
B. Spesifikasi Alat
·
Kerangka utama terbuat dari besi siku,
uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan
kedudukan komponen lainnya.
·
Silinder perontok terbuat dari besi
strip dengan diameter berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter
30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran
bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi
perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat
dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm,
pada kedua ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada
kerangka utama.
·
Dalam ruang silinder terdapat sirip
pembawa, saringan perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak
di bagian atas silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok.
Sirip ini mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin
perontok. Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok
terletak di sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi
baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar
besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan
minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak
terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm
denngan ukuran 15 – 15 mm.
·
Ayakan terletak di sebelah bawah
saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran
tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang
dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju
mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.
·
Kipas angin terbuat dari plastik dengan
jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
·
Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan
gerakan ayakan type V belt yang
digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah
500 – 600 RPM.
C. Fungsi Alat
Berfungsi untuk melepaaskan gabah dari
malainya. Perontokan padi dapat dilakukan secara manual atau dengan alat dan
mesin perontok. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya adalah
dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Proses
perontokan padi memberikan kontribusi cukup besar pada kehilangan hasil padi
secara keseluruhan.
D. Prinsip Kerja Alat
Penggunaan power
thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %.
Berikut ini cara perontokan padi dengan power
thresher :
(a)
Pemotongan tangkai pendek disarankan
untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang
akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
(b)
Pemotongan tangkai panjang disarankan
untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang,
hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
(c)
Setelah mesin dihidupkan, atur putaran
silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
(d)Putaran
silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu
pemasuk-kan.
(e)
Jerami akan berputar-putar di dalam
ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip
pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
(f)
Butiran padi yang rontok dari jerami
akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat
pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
(g)
Butiran padi, potongan jerami dan
kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang
dan juga terhembus oleh kipas angin.
(h)
Butiran hampa atau benda-benda ringan
lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i)
Benda yang lebih besar dari butiran padi
akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh
dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.
E. Kapasitas Kerja Alat
Mesin PERONTOK dioperasikan oleh satu orang dan dibantu 2 orang untuk memasukan atau mengarungkan. Kapasitas kerja dari thresher adalah antara 3 jam setiap hektar.
Kelemahan dari penggunaan dari mesin ini adalah bagi
varietas padi yang
mudah rontok, dimana akan banyak padi yang rontok akibat getaran atau perlakuan oleh mesin.
Kelemahan lainnya adalah biaya awal yang tinggi, yaitu harga pembeliannya dan harga bahan bakar yang
terus meningkat. Akan tetapi keuntungan-keuntungannya adalah sebagai berikut
:
1.
Kapasitas kerjanya (jam/ha) tinggi
2. Hanya
membutuhkan 2-3 orang untuk panen dalam 1 hektar
3. Biaya
panen per hektar relatif lebih rendah dibandingkan dengan cara
tradisional.
4.
Kehilangan gabah di sawah relatif lebih rendah bagi varietas padi yang
sukar
rontok.
5. Dapat
dimiliki kelompok tani secara koperasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Alat
ini berguna untuk merontokan padi. Alat perontok padi ada 2 jenis yang
tradisional dan modern. Untuk tradisional adalah threser pedal alat ini bekerja
menggunakan tenmaga manusia dan kapasitas kerja nya lebih lama. Untuk modern
adalah powr threser kapasitasnaya lebih cepat disbanding yang modern. Tetapi lebih
mudah kehilangan gabah jika tidak digunakan sesuai kapasitasnya.
4.2
SARAN
Saat praktikum, harap untuk
lebih memperhatikan praktikan. Kemudian lebih memprjelas pengertian tentang
masing-masing dari alat pemanenan sampai pasca panen.
DAFTAR PUSTAKA
·
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
·
Koga, Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Tsukuba International
Agricultural Training Centre. JICA.
0 komentar:
Posting Komentar