Rabu, 05 Januari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN “MENGUKUR BERAT SERANGAN”

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

“MENGUKUR BERAT SERANGAN”




DISUSUN OLEH:


Nama                   : Aben Candra

NPM           : E1J010070

Prodi           : Agroekoteknologi

Dosen                   : Ir. Nadrawati M.P

Co.Ass        : Tri Nurhidaya
                                                            Yanti CH




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Tujuan Praktikum
Untuk dapat menaksir berat serangga atau tingkat kerusakan pada suatu pertanaman yang mengalami gangguan.
1.2    Dasar Teori
Tindakan pengendalian dimaksudkan sebagai usaha untuk mencegah atau membatasi kerugian ekonomis akibat pengganggu. Tindakan harus dilandasi dengan pertimbangan – pertimbangan ekonomis, sehingga tindakan tersebut benar-benar menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan pengendalian, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan tingkat kerusakannya. (Bambang,p 2009)
Prinsip tingkat kerusakan ditentukan dengan menghitung berapa besar tanaman atau bagian tanaman yang dirusak oleh suatu pengganggu dibandingkan dengan besaran seluruh pertanaman atau bagian tanaman yang ada. Tingkat kerusakan dapat dinyatakan dalam persen (%), proporsi (bagian), atau skoring. Penggunaan skoring hanya sesuai dengan kenyataan jika dipertimbangkan antara tingkat kerusakan dengan tingkat kerugian tanaman.(Bambang,p 2009).
Metode penentuan berat serangan sulit dibuat secara umum untuk semua jenis gangguan, karena banyaknya factor yang mempengaruhinya, misalnya : jenis tanaman dan bagian tanaman yang sakit, pengganggu yang menyerang, cara serangannya, lingkungan yang membantu dan yang menghambat. Metode penentuan menjadi tepat jika nilai berat serangan setara dengan tingkat kerugian. Pada prinsipnya menggunakan rumus umum bahwa berat serangan sama dengan ratio antara kuantitas bagian yang rusak dengan kuantitas seluruh bagian X=bk/bt x100% dengan arti lambang X=berat serangan, bk=besaran kerusakan, dan bt=besaran tanaman atau bagian yang diamati. Kerusakan yang sulit diukur secara langsung besarannya dapat dilakukan uji pendekatan dengan cara scoring kemudian dihitung berdasarkan indeks serangan McKinney (1923) yang dipopulerkan oleh Townsend dan Humberger (1943) sehingga dikenal sebagai rumus Townsend dan Hamburger, yaitu sebagai berikut: X=∑nV/Z N dengan arti symbol : X=berat serangan ; n= jumlah anggota sampel tiap kategori scoring; V= nilai numeric tiap kategori yang diamati; N= jumlah keseluruhan anggota sampel; Z= nilai numeric tertinggi pada kategori scoring yang dibuat. (Bambang,p 2009)  
Contoh scoring untuk akibat serangan berupa bercak daun dengan toleransi 1-2 bercak pertumbuhan.

SKOR
KRITERIA
0
Tidak ada gejala */ kerusakan sama sekali atau kalau ada hanya 1-2 bercak pada seluruh daun pada tanaman.
1
Kurang dari separuh daun *bergejala**/rusak
2
Kurang lebih separuh daun bergejala / rusak
3
Kurang dari separuh daun tidak bergejala/ tidak rusak
4
Hanya 1-2 daun saja yang tidak bergejala /tidak rusak
5***
Seluruh daun bergejala /rusak atau tanaman mulai menunjukkan kematian

Keterangan :
* Dalam praktek, kata daun sebagai anggota sampel dapat diganti dengan kata cabang,buah, tanaman dan lain-lain tergantung unit samplingnya.
** Dalam praktek kata gejala dapat diganti dengan nama gejala penyakit atau kerusakan hama yang diamati, misalnya: bercak,berlubang,menggulung,busuk,layu,keriting, dan lainnya.
*** Nilai numeric tertinggi tidak hanya 5 tetapi dipertimbangkan dengan perbedaan nyata antara perubahan fisik tanaman dengan nilai kerugian tanaman.






 Tipe injury
yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena hilangnya sel atau jaringan akibat adanya aktivitas hama tertentu.
Penyebab penyakit bercak daun cordana di sebabkan oleh jamur Cordana musae (Zimm.) Honn. Jamur mempunyai konidiofor lurus atau agak bengkokn, berwarna coklat pucat, bersekat dengan ukuran 100-220 x 4-8mm. pada pangkalnya bmempunyai bengkakan. Konodium bulat telur terbalik memiliki 1 sekat kadang-kadang spora agak melengkuk, berwarana agak kecoklatan. Konidium terbentuk pada bagian nujung dan bagian  tenagh konidiofor yang agak  membengkak, terutam terbentuk pada sisi bawah daun.
. Tetapi pada umunya C. musae di anggap sebagai parasit sekunder yang masuk kedalam jaringan dengan mengikuti pathogen lain, seterusnya dapat me mperluas bercak yang disebabakan oleh pathogen yanhg pertamna tadi. Benang – benang jamur terdapat di antara sel-sel tanaman inang. Factor yang berpengaru yaitu naungan, cuaca yang sejuk, dan adanya penyakit bercak daun lain.( Arifin, 1987).

BAB II
METODELOGI


2.1 Bahan dan Alat Praktikum
            Petak pertanaman dengan macam-macamserangan pengganggu.

2.2 Cara Kerja
·         Tentukan tipe kerusakan pada petak pertanaman yang ada apakah proporsional dengan tingkat kerugian ada atau tidak. Jika kerusakan tidak proporsional dengan kerugian, buatlah scoring dan kriterianya sesuai dengan gejala / kerusakan tanaman. Jika kerusakannya proporsional dengan tingkat kerugian, lakukan pengukuran secara langsung dengan membandingkan kuantitasnya. Dalam praktikum ini lakukan dua-duanya.
·         Tentukan unit sampling (tanaman sampel) secara acak atau stratum.
·         Amati dan catat kerusakannya menurut tipe kerusakannya dan jenis pengganggunya.
·         Tentukan berat serangan dengan perhitungan berdasarkan hasil pengamatan saudara.  
















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Nama Tanaman                                   : Kacang kedelai
Nama Tipe Kerusakan/gejala              : Injury           
Unit sampling (jumlah tanaman)         : 10 tanaman
Jumlah Sampling (jumlah daun)          : 253 daun
Cara pengamatan                                : skoring
Sampling
Skoring
0
1
2
3
4
5
Jumlah daun
1

ü         




24
2

ü         




34
3


ü         



36
4

ü         




30
5

ü         




27
6
ü         





15
7

ü         




18
8


ü         



39
9




ü         

9
10

ü         




21

X = ∑ n V
                   Z n

X = (0 x 1) + (1 x 6) + (2 x 2) + (4 x 1)
                                        (4 x 10)
X = 14/ 40 x 100%
X = 35 %





  1. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan bahwa yang memiliki kerusakan yang terbesar adalah pada sampling ke 9 skoring no 4. Dan yang paling dominan adalah adalah scoring no 2 yaitu sampling 1,2,4,5,7,10 dan yang tidak mengalami gangguan adalah no 6. Berat serangan yang telah kami hitung adalah 35 %.
Tipe kerusakan yang terjadi adalah tipe injury yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena hilangnya sel atau jaringan akibat adanya aktivitas hama tertentu.



















BAB IV
KESIMPULAN



Dari hasil pembahasan yang didapat maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
Ø       Berat serangan pada tanaman kedelai sebesar 35 %
Ø       Tipe kerusakan yaitu injury yang disebabkan pada serangga Belalang
















DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Bambang. 2009. Penuntun Praktikum daslintan. PS. Agroekotek. Faperta UNIB.
Arifin, M. 1987 . Tesis Inventarisasi Penyakit-Penyakit Jamur di Lapang dacn Lepas
Panen pada Pisang di Beberapa Kabupaten di Jawa timur. Malang : Fakultas Petanian, Universitas Brawijaya

Purnomo, Bambang. 2009. Bahan ajar Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. PS. Agroekotek. Faperta UNIB.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers