LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR AGRONOMI
(AGT- 202)
“APLIKASI
DOSIS PUPUK NITROGEN (N)
PADA
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”
OLEH
Nama :
ABEN CANDRA
Npm :
E1J010070
Shift :
2 (DUA)
Perlakuan :
D2 (90 Kg N / Hektar)
Dosen :
HESTI PUJIWATI, S.P, MS
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Dasar-dasar Agronomi
adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi
fakultas pertanian universitas bengkulu dengan kode (AGT- 202) berbobot SKS 3(2-1), menjadi mata
kuliah wajib pada Program Studi Agroekoteknologi dan Agribisnis. Untuk mencapai
Tujuan Instruksionak Umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dalam dua bentuk yaitu perkuliahan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan
bobot 1 sks. Di dalam latar belakang dan tujuan laporan ini membahas tentang
budidaya tanaman jagung yang telah dipraktekkan dilapangan dalam mata kuliah
Dasar Dasar Agronomi.
Jagung sebagai tanaman pangan di
Indonesia, menduduki urutan kedua setelah padi. Namun jagung mempunyai peranan
yang tidak kalah pentingnya dengan padi.
Di Negara agraris seperti
Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya
komoditi jagung. Sebab tanaman jagung memiliki potensi yang cukup untuk
dibudidayakan dan mudah diusahakan. Peranan panagan keanekaragaman kebutuhan
pangan dari bahan jagung sangat diperlukan dalam usaha tani ini, Sehingga tidak
mustahil komoditi jagung pada dewasa ini
mendapat perhatian. Bahkan dalam jangka waktu yang relative pendek areal
penanaman jagung .
Pada kesempatan ini saya sebagai
penyusun mencoba membuat laporan praktikum Dasar Dasar Agronomi berupa
laporan Aplikasi Dosis Pupuk Nitrogen
(N)Pada Budidaya Tanaman Jagung dan Budi Daya Jagung.
Laporan ini disusun untuk tujuan
mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N
dan mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung serta para
mahasiswa bisa menambah pengetahuan mereka di Jurusan Budidaya Pertanian
sebagai bekal di lapangan.
Saya sebagai penyusun menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, saya berharap semoga hasil
laporan ini bermanfaat dan diterima oleh dosen pembimbing.
Hormat
saya
ABEN
CANDRA
E1J010070
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan
pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk
dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan
belum membentuk biji. Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah
belum tersedianya varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung
semi. Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil
yang sudah tersedia di pasar. Yodpetch
dan Bautista (1983) mengemukakan karakteristik varietas jagung yang dapat
digunakan untuk memproduksi jagung semi
diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap
tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa,
ukuran, dan warnanya. Menurut
Adisarwanto dan Widyastuti (2002), varietas jagung yang banyak digunakan sebagai benih jagung baby corn di Indonesia antara lain adalah
jagung hinrida varietas C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan
Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Aplikasi
pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping
tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun
kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial,
tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah
(Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya
di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah
ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya
petani menempatkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan
sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja.
pengamatan Ispandi dan Soepangat
(1986) yang menyatakan bahwa petani di Kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea
dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Pengaruh pupuk terhadap
pertumbuhan jagung antara lain :
1).
Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\
pupuk
yang digunakan.
2).
Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal dibandingkan
dengan
jagung yang menggunakan pupuk micin.
3).
Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik dibangingkan
dengan
jagung yang menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara
tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur,
drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban
tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.
Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4
bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur
panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m
dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene 1987).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat
bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis
tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat
ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan
sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari,
sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah,
hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung
rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al. 1988). Produksi jagung
berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan
air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan
adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang
berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat
memperoleh produktivitas optimal.
Produksi jagung di Indonesia
selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006 mencapai sekitar 12
juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton.
Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul
untuk industri makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung
untuk industri pakan ternak berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan
sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan demikian seharusnya produksi jagung
dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan pakan ternak. Namun demikian,
produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan wilayahnya tersebar
di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi
ini menyebabkan pasokan (supply)
jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak
terjamin kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri
pakan ternak cenderung melakukan impor jagung.
Ketergantungan pabrik pakan ternak terhadap jagung impor sangat tinggi
yaitu sekitar 40% atau lebih kurang 1 juta ton pertahun. Hal tersebut
disebabkan karena para industri pakan ternak lebih senang untuk melakukan impor
karena terjaminnya pasokan yang kontinyu serta terjaminnnya kualitas/mutu
dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pada saat ini pabrikan pakan
ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo dan
gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan
pedagang juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai,
sehingga pada saat panen raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi
rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kesempatan petani untuk meningkatkan
pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong keengganan petani untuk
menanam jagung di masa depan.
· Jenis-Jenis Jagung
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i)
sifat biji dan endosperm, (ii) warna biji, (iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv)
umur panen, dan (v) kegunaan. Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh
meliputi: (i) dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah
subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik
(>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi
dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang
dipanen pada umur kurang dari 90 hari, jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan
dengan perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan
berdasarkan komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari
bebas. Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung bersari
bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus. Kelompok genotipe
dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam (uniform), dan stabil
disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe dengan
sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh
dunia terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.
1.2 Tujuan
Praktikum
Ø
Mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan
mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung
Ø
Mahasiswa
diharapkan mampu menghitung kebutuhan pupuk dan menganalisis akibat perbedaan
dosis pupuk yang diaplikasikan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Ø
Mahasiswa
dapat mendiskripsikan karakteristik berbagai jenis sarana produksi (saprodi)
pertanian.
Ø
Mahasiswa
dapat menentukan kebutuhan jumleh setiap jenis bahan dari saprodi yang akan
diperlukan untuk kegiatan usaha pertanian.
Ø
Mahasiswa
dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap
setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkorelasikan antara data peubah
ke dalam bentuk informasi sederhana dan lengkap.
1.3 Rumusan masalah
Apakah
ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil
pada tanaman jagung ?
1.4 Hipotesis
Ada
hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil pada
tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman
jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang
terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa
persyaratan Iklim :
a) Iklim
yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung
dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
b) Pada
lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan
ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung
ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
c)
Pertumbuhan tanaman jagung sangat
membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak
dapat membentuk buah.
d) Suhu
yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan
tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
e) Saat
panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Makarim et al. 2003)
Pupuk Urea adalah
pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen
merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk
butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan
pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis),
karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea
mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea
mengandung 46 kg Nitrogen.
Unsur hara Nitrogen yang dikandung
dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan, antara lain:
1. Membuat
daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun
(chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa
2. Mempercepat
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)
3. Menambah
kandungan protein tanaman
4. Dapat
dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman
perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan. (Makarim et al. 2003)
Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi
pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska(Amerika Serikat), dengan
penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar
perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi (Dobermann
et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi
tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan
mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara
bagi
tanaman (Makarim et al. 2003)
Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi
lahan kering yang bereaksi masam dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan
pasang surut sulfat masam untuk menetralisasi keracunan Al maupun Fe.Tidak
tersedianya kapur pada saat yang tepat dan biaya pengapuran yang mahal sering
menjadi kendala dalam upaya peningkatan produktivitas lahanmelalui
pengapuran.Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar,mengingat
banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik,di samping
mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik
secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik
tanah dan menyebabkan degradasikesuburan hayati tanah.
Kebutuhan Hara Pada Tanaman Jagung
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara
yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih
banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S
diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan
sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl
diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O
diperoleh dari air dan udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan
hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan
hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia
tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olsonand
Sander 1988).
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim
mengikuti pola akumulasi bahan kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan
Sander(1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2,
danserapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji.
Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan
K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik
tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan kebiji. Sebanyak 2/3-3/4
unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah
melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Pemupukan N, P, K, Dan S
Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung di Indonesia
umumnya mengandungvhara makro N, P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara
mikro,vkarena belum ada sentra sentra pengembangan jagung yang berindikasi
kekurangan hara mikro.
Takaran Pupuk N P, K, dan S
Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat
diserap oleh tanaman. Nitrogen yang dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and
Reddy1976), P sekitar 20% (Hagin and Tucker 1982), K antara 50-70% (Tisdale
andNelson 1975), dan S sekitar 33% (Morris 1987). Tanggapan tanaman terhadap
pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda untuk setiap
lokasi. Metode untuk menentukan kebutuhan pupuk didasarkan pada persamaan yang
dikembangkan oleh Dobermann dan Cassman (2002):
di mana:
Fx = Takaran pupuk N, P, K, atau S yang direkomendasikan (kg/ha)
Rex = efisiensi recovery N, P, atau K (kg pupuk yang dimanfaatkan
per kg pupuk yang diaplikasikan)
Htarget = serapan hara pemupukan lengkap NPKS (kg hara/ha)
berdasarkan prediksi target hasil maksimum
H o x = Pasokan hara alami, yaitu serapan hara N, P, K atau S jika
tanpa pemberian N, P, K, atau S (kg/ha)
Sumber Pupuk N, P, K, dan S
Berkaitan dengan sifat tanah, bentuk pupuk menentukan
efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pada tanah masam dengan kandungan Al
tinggi,fiksasi hara (P) akan tinggi, sedangkan pada tanah basa (kapuran)
persaingan serapan oleh Ca akan tinggi pula. Karena itu, pupuk yang cocok untuk
kedua kondisi tersebut adalah yang dapat melepaskan hara secara perlahan (slow
release) atau pupuk yang mempunyai kandungan yang dapat menetralisasi kondisi
tersebut.Hara N yang bersumber dari urea tidak berbeda dengan yang bersumber
dari ZA untuk tanaman jagung pada tanah dengan pH <6 (Fadhly et al.1993,
Gunarto 1986, Subandi et al. 1990).
Pada tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk
ZA memberikan kadar N daun, panjang tongkol,dan hasil yang lebih tinggi
dibanding urea (Gunarto et al. 1986). Hal tersebut disebabkan karena tanah
kapuran tanggap terhadap hara S, sehingga Za lebih efektif dibanding urea.
Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam pada lahan
sulfat masam relatif lebih baik dibanding pemberian dalam bentuk TSP (Raihana
1993).Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P dalam bentuk TSP lebih baik
dibanding fosfat alam (Sudaryono 1998).Pemberian hara P pada tanah Ultisol
dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36 (36%)
lebih rendah dibadingTSP (46%). Hal yang sama juga terjadi pada tanah sulfat
masam (Noor danNingsih 1998).
Waktu dan Cara Pemberian Pupuk
Selain takaran dan bentuk pupuk, waktu dan cara
pemupukan juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.
Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman
dimana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadimelalui
proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci,
hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi didalam tanah.Untuk
mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap.
Hasil penelitian Tirtoutomo et al. (1991) menunjukkan
bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada
30 HST, dan 1/3 bagian pada 45 HST relatif lebih baik dari segi hasil maupun
efisiensi serapan N, dibanding dengan pemberian seluruhnya pada saat tanam atau
2/3takaran pada waktu tanam dan 1/3 takaran pada 30 HST. Hal yang sama juga
dilaporkan oleh Gunarto (1986), di mana pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan
1/2 bagian pada saat 30 HST memberikan hasil dan serapan hara yang lebih tinggi
dibanding jika pupuk N diberikan seluruhnya padasaat tanam. Pemberian N secara
tugal atau larik lebih hemat 55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea
dilarutkan). Pemberian 45 kg N/ha secara tugal atau larik memberikan hasil yang
setara dengan pemberian 90kg N/ha secara sebar atau disiram (Fadhly et al.
1993).
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Sub
Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo :
Graminae (rumput-rumputan)
Familia
: Graminaceae
Genus :
Zea
Species
: Zea mays L.
Jenis – jenis Jagung
·
Flour
corn atau soft corn (Zea mays L. amylacea Sturt= jagung tepung)
Banyak orang yang
mengklasifikasikan tanaman jagung menurut sistem penggolongan dari
masing-masing seperti Metzger, Alefeld, Harz dan Kornicke, tetapi hanya sedikit
yang menggunakanny. Sistem penggolongan (klasifikasi) yang sering digunakan
yaitu penggolongan yang disusun oleh Sturtevant’s, Grebencsikow, Kuleshow dan
sistem penggolongan dari inggris dan jerman menurut jenisnya.
Tanaman jagung
jenis flour corn atau soft corn sangat berarti di Amerika selatan, sebagian
Peru, Bolivia dan Columbia serta di Afrika. Biji jagung ini banyak mengandung
zat pati/tepung sehingga sebagian orang mengenal dengan nama jagung tepung.
Biji jagung ini bersifat lunak dan merupakan jagung yang tertua. Pada endosperm
(Cadangan makanan) dalam biji biasanya berisi tepung lunak. Apabila kena panas
mudah pecah.
·
Dent
Corn (Zea mays indentata = Jagung gigi kuda)
Biji jagung yang
berbentuk gigi kuda ini telah berkembang di lading jagung Amerika Serikat,
Meksiko Utara dan terjadi peningkatan usaha di Eropa setelah jagung tersebut
masuk ke Eropa.
Bentuk biji jagung
jenis ini merupakan akibat dari depresi pada bagian tengah atau bagian atas
biji. Lekukan yang menjadi cirri khas ini disebabkan pengerutan lapisan tepung
pada saat biji mongering, sedangkan bagian samping dari biji mengalami
pengerasan.pengerutan biji dari zat tepung yang lunak ini menyebabkan biji
seperti gigi kuda.
·
Flint
corn (Zea mays indurate = jagung mutiara)
Pada permukaan
bijinya ditandai dengan warna bersinar dan agak keras. Sedangkan kandungan zat
tepung yang lunak dalam biji hanya sedikit dan letaknya di dilam (tengah). Biji
jagung ini lebih tahan terhadap serangan hama (insekta) dan gangguan luar
lainnya seperti keadaan hujan yang tidak teratur. Bijinya yang tidak berkerut
pada saat mengering atau waktu masak menyebabkan daya tahan terhadap serangan
hama, khususnya hama gudang akan lebih baik.
·
Pop
corn (Zea mays L. everta Sturt = jagung berondong)
Jagung yang
termasuk kelompok pop corn mempunyai cirri biji yang lebih kecil dan keras
tetapi apabila di panaskan dapat mengembang, sebab didalam biji terkandung zat
pati yang penuh/cukup akibatnya biji menjadi keras. Biasanya jagung jenis ini
bewarna putih atau kuning dengan bentuk yang agak meruncing dan tongkolnya
berukuran kecil. Brat 1.000 biji antara 80 sampai 130 gram.
Jenis jagung ini
terbagi dalam dua tipe yaitu :
-
jagung
yang berbiji pipih dan meruncing yang disebut tipe Rice pop corn.
-
Jagung
yang bentuk bijinya bulat dan kompak/mampat,disebut tipe pearl pop corn.
·
Sweet
corn (Zea mays L. saccharta = Jagung manis)
Tanaman jagung ini
dapat menyumbangkan hasil untuk keperluan konsumsi manusia. Hasil produksinya
yang berupa jagung muda apabila telah direbus mempunyai rasa enakdan manis.
Rasa manis ini disebabkan kandungan zat gulnya yang terlalu tinggi, bahkan di
meksiko ada beberapa varieta jagung yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat
sirup. Disamping itu terdapat gen yang resesif yang dapat mencegah perubahan
gula menjadi pati.
Jagung manis
mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda bercahaya dan bewarna jernih seperti
kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut.
Kandungan protein dan lemak di dalam biji lebih tinggi dari jagung biasa
sehingga banyak diusahakan secara besar-besaran di Amerika.
Untuk membedakan
jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut putih
sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis antara 60 sampai 70
hari, namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter diatas permukaan laut atau
lebih, biasanya bisa mencapai 80 hari.
·
Pod
corn (Zea mays L. tunicate Sturt = jagung bungkus)
Bentuk bijinya
sangat sederhana dan mempunyai daun pembungkus ganda yaitu kelobot yang
bentuknya kecil berasal dari sekam. Mahkota menyelubungi setiap biji pada
janggel sedangkan tongkolnya terselubung oleh kelobot besar. Jadi bijinya tidak
nampak.
Biji jagung ini
kurang menguntungkan bila diusahakan tetapi seperti di Amerika seperti Uruguay,
Paraguay juga jenis ini banyak ditanam sebab dianggap lebih dulu ada.
·
Waxy
corn (Zea mays L. ceratina Kulesch)
Jenis jagung ini
warnanya jernih seperti lilin sehingga sering disebut waxy corn. Bijinya kecil
dan mengkilap. Biji jagung ini mengandung zat pati yang berbeda dari jagung
lain. Zat pati yang dibentuk mengandung erythrodextrine, tepung substansi keras
lain. Jagung jenis ini berasal dari Asia, dan memiliki nilai ekonomis yang
tinggi sebab dapat menggantikan kedudukan tepung tapioca dan bahan pengganti.
BAB III
METODE
PERCOBAAN
Untuk
pelaksanaan kegiatan ini akan diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:
Bahan: -
Benih jagung
- Pupuk Urea
-
SP
36
-
KCl
-
Dan
Pestisida Furadan 3G
Alat : - Cangkul, Sabit, Tugal Meteran, Ajir, Tali
Rafia, Timbangan
Pada praktikum ini
akan dicoba taraf dosis pemupukan Nitrogen
Yang terdiri dari :
D2 = 90 kg N per hektar (dosis sedang)
·
Cara Kerja :
1.
Tentukan
Lahan yang datar berukuran 2 m x 2,4 m, kemudian dibersihkan dari gulma atau
sisa-sisa tanaman yang ada.
2.
buatlah
bedengan berukuran 2,4 x 2 m
3.
Sebagai
pembatas antar bedengan buatlah siring berukuran lebar 50 cm dan dalam 30 cm
4.
Buatlah
lubang tanam dengan menugal sedalam 5-7 cm berjarak tanam 60 cm x 40 cm pada
setiap petakan.
5.
Masukan
2 butir benih jagung dan 5-10 butir Furadan 3 G ke dalam setiap lubang tanam, kemudian tutuplah dengan tanah sembil
ditekan lemah.
6.
Rawatlah
pertanaman seluas 2 m x 2,4 m untuk setiap praktikum, hingga panen. Perawatan
meliputi :
a.
Lakukan
pengairan setiap hari jika tanah kurang lembab.
b.
Lakukan
pemupukan dengan dosis per hektar, N sesuai perlakuan pada umur 0 hari setelah
tanam sebanyak 1/3 bagian dosis Urea, 1 bagian dosis SP 18 dan 1 bagian dosis
KCL per petak dengan cara dibenam sedalam 5 cm pada aluran yang berjarak 7-10
cm dari sebelah kanan dan kiri barisan tanaman. Dengan cara yang sama 2/3
bagian urea diberikan saat tanaman berumur 3 mingggu setelah tanam.
c.
Lakukan
pengendalian dulma secara manual (mekanik) dengan cara mencabuti semua gulma
yang tumbuh pada petakan tersebut.
d.
Lakukan
pengendalian hama secara mekanik dengan cara menangkap dan membunuh setiap
hewan yang mengganggu tanaman (kecuali binatang dilindungi/dipelihara) cukup
dihalau (diusir) saja.
7.
Lakukan
Pemanenan tongkol jagung pada umur 10
mst dengan cara mematahkan dari batangnya.
·
Pengamatan
Untuk memperoleh
data yang akan digunakan dalam pembuatan laporan, lakukanlah pengamatan secara
cermat terhadap 10 tanaman sampel peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sejak
tanaman berumur 1 mst hingga panen, yang meliputi :
a.
Amati
tipe perkecambahan benih jagung pada umur 1 mst.
b.
Amati
jumlah tanaman yang tumbuh pada seluruh petakan anda dan hitunglah daya
tumbuhnya.
c.
Ukurlah
tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi
dengan cara menguncupkan tajuk tanaman secara vertical.
d.
Hitunglah
jumlah seluruh daun yang bewarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap
tanaman sampel.
e.
Lakukan
pengamatan luas daun per tanaman (A) dengan cara sebagai mengukur panjang (p)
dan lebar (1) maksimum dari setiap daun efektif, lalu hitunglah luas daunnya
dengan rumus sebagai berikut :
A = Σ (p x 1 x 0,75)
f. Amatilah berat segar batang + kelobot,daun, dan akar per tanaman sampel
g. Amatilah tongkol tanpa kelobot meliputi :
berat, panjang, diameter, jumlah
barisan biji per barisan
rata-rata dari setiap tongkol sampel.
Keterangan :
Ø
Pengamatan
terhadap peubah a,b,c dan d dilakukan seminggu sekali hingga panen
Ø
Pengamatan
terhadap peubah e, f, dan g dilakukan pada saat panen
·
Metode
Analisis Data
a.
Buatlah
kurva laju pertumbuhan dari nilai rataan untuk membandingkan pengaruh perlakuan
jarak tanam pada peubah a,b,c dan d.
b.
Hitunglah
nilai rataan dan simpangan baku dari seluruh peubah pengamatan dan susunlah
dalam bentuk table sistematis.
·
Waktu
dan tempat percobaaan :
Pada pelaksanaan
praktikum Dasar dasar Agronomi ini dilaksanakan pada Hari Senin, jam 08.00 –
10.00 WIB, yaitu bertempat pada lahan percobaan praktikum yang telah disediakan
Oleh dosen pembimbing.
·
Metode
Pelaksanaan :
A. Teknik Pengamatan.
Ambilah satu contoh
tanaman sebagai objek pengamatan. Lakukan pengukuran terhadap tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun dan bobot tanaman dengan cara :
a.
Tinggi/panjang
total tanaman : Diamati dengan cara mengukur panjang tanaman dari pangkal
batang kr ujung daun terjauh dari pangkal batang ( untuk tanaman jagung).alat
yang digunakan meteran
b.
Diameter
batang diukur sisi batang yang berukuran maksimim. Pengukuran menggunakan janka
sorong.
c.
Luas
daun diukur dengan cara menghitung jumlah luasan mm2 dari kertas millimeter
blok yang tertutup oleh lembaran daun terukur yang diletak rata di atasnya.
Alat yang digunakan : millimeter blok, pensil, dan counter.
d.
Bobot
hasil pertanaman dengan cara menimbang semua buah/biji/umbi/polong yang ada
pada satu tanaman. Alat yang digunakan : timbangan digital/Ohouse.
B. Analis Pertumbuhan tanaman
Lakukan perhitungan
analisis pertumbuhan tanaman dari data berikut dengan menggunakan rumus berikut
dibawah ini :
ILD = (Jumlah daun x rata-rata luas daun) :
Luas area tanaman
NPA = Bobot bagian tanaman diatas permukaan tanah : Bobot
bagian tanaman di bawah permukaaan
tanah.
Keterangan :
Pada setiap
pelaksanaan percobaan perktikum Dasar-dasar Agronomi yang dilakukan di lahan
dasgron (DDA) yang bertempat dibelakang Fakultas Pertanian, yaitu pada acara
2,3,4,6,8,10 dan 11 melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman masing-masing
kelompok dan tergantung jenis tanaman yang di tanam untuk mendapatkan analisis
dan hasil pengamatan berupa: tinggi batang, panjang daun, Jumlah Daun, dan lebar
daun yang hrus diamati pertumbuhannya setiap perminggunya pada acara prktikum,
setelah itu baru dilaporkan hasil pengamatan untuk diditanda tangani oleh
masing-masing asieten dosen bersngkutan menurut kelompok masig-masing.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pada praktikum dasar-dasar agronomi, didapat data hasil sebagai berikut :
1.
Sebelum panen
·
Persiapan Lahan
Persiapan
lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran
drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan
pembongkahan tanah dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma
dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada
tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimum sedangkan pada
tanah berlempung berat maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna. Untuk
tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan tanah tidak perlu
dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam
lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4 cm.
·
Penanaman
Penanaman
tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat tanam
tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman
dapat dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November
dan pada Bulan Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal
pada kedalaman 3 – 5 cm, tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan
penjarangan sekaligus penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
·
Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa
dilakukan pemupukan produksi jagung akan rendah. Sebaliknya pemupukan yang
berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi
tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk
perlu memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering
adalah; 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan
waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan KCL diberikan dalam
larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea
diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
Setelah dilakukan penyiangan, pada acara ke 7 tanggal 8-09-2010, dilakukan
observasi pemupukan dengan menggunakan insektisida Saung Decis. Decis 25 EC adalah insektisida racun kontak
dan lambung berbentuk pekatan berwarna kuning jernih yang dapat di emulsikan. Decis 2.5 EC
Grup
|
:
|
Insektisida
|
Bahan
Aktif
|
:
|
Deltamethrin
25 g/l
|
Ukuran
Kemasan
|
:
|
50
ml, 80 ml, 300 ml, 500 ml, 5 liter
|
Decis adalah insektisida non sistemik, yang
bekerja pada serangga dengan cara kontak dan pencernaan. Decis menguasai
spektrum besar dari serangga hama yang berbeda seperti Lepidoptera, Homoptera, dan
Coleoptera. Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama
dari kelas lain seperti Hemiptera (hama), Orthoptera (belalang), Diptera (lalat) dan Thysanoptera (thrips.) Sekarang ini hampir semua Pyrethroid
terdiri atas beberapa isomers yang antaranya aktif, dan beberapa diantaranya
tidak aktif. Bahan aktif Decis yang
terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni D-CIS. Selalu lebih baik untuk memakai isomer yang
paling aktif daripada campuran optik isomers untuk melakukan perawatan pada
tanaman.
·
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase dan
aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang
masuk dan keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang
disebabkan oleh jamur atau busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung
akan lebih baik apabila tidak terjadi persaingan dengan gulma dalam mendapatkan
unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal. Penyiangan pertama dapat
dilakukan pada umur 10 – 15 HST dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 –
30 HST.
1.
Penjarangan
dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong
dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman
lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih
yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan
jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada
tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu
dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah
tanaman berumur 15 hari.
3.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan
untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah
kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di
barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4.
Pengairan
dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman
secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman
tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
- Data dan Perhitungan presentase tumbuh
Sampel
|
Tinggi
Batang (cm)
|
Jumlah
Daun (helai)
|
||||||
Minggu ke-
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
15
|
77
|
100
|
160
|
6
|
8
|
11
|
13
|
2
|
19,5
|
75
|
95
|
137,5
|
7
|
8
|
10
|
12
|
3
|
17
|
78
|
104
|
147,5
|
3
|
9
|
10
|
12
|
4
|
13
|
88
|
122
|
160
|
6
|
8
|
11
|
13
|
5
|
13,5
|
71
|
92
|
136,5
|
6
|
7
|
10
|
11
|
Rata-rata
|
115,6
|
777,8
|
1102,6
|
1148,3
|
55,6
|
55
|
110,4
|
112,2
|
% tumbuh = Ʃ biji
yang tumbuh x 100 %
Ʃ
biji yang ditanam
= 45 x 100% = 93,75 %
48
- Grafik tinggi batang
- Grafik jumlah daun
2. Pasca
panen
Dari
hasil pemanenan tanaman jagung didapat data sampel sebagai berikut:
(N1)
Sampel
|
Berat Total (Kg)
|
Berat Akar (Kg)
|
Berat Batang (Kg)
|
Berat Tongkol (gr)
|
Diameter Batang (cm)
|
Diameter Tongkol (cm)
|
1
|
0,7
|
0,4
|
0,3
|
99,9
|
2,1
|
3,12
|
2
|
0,9
|
0,3
|
0,6
|
381,5
|
2,4
|
9,5
|
Rata-rata
|
0,8
|
0,35
|
0,45
|
240,7
|
2,25
|
6,31
|
- Grafik perbandingan data hasil antara perlakuan tanaman jagung NI dan
N2
Berat
tongkol : Sampel 1 = 189,54 +
250,46 = 440 gr
Sampel 2 =
129,01 + 22,49 = 381,5 gr
Diameter
tongkol : Sampel 1= 4,90
+ 4,42 = 9,3 cm
Sampel 2 = 5,25 +
4,25 = 9,5 cm
B.
Pembahasan
Ultisol
merupakan tanah ber- pH rendah yang konsentrasi ion H+ melebihi ion OH+. Tanah ini mengalami
pencucian yang berat, dan bersifat masam disebabkan oleh tercucinya basa-basa
dari komplek jerapan dan hilang melalui drainase. Pada keadaan basa-basa habis
tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan, tanah-tanah ini
dapat mengandung Al, Fe dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Sumber kemasaman
lain yaitu adanya hasil
dekomposisi bahan organik
dan oksidasi senyawa
pirit Pada Ultisol, ketersediaan
unsur hara sangatlah kecil. Hal ini disebabkan rendahnya pH yang mengakibatkan
reaksi-reaksi pada tanah tidak dapat berlangsung dengan baik serta kelarutan Al
dan Fe yang terlalu tinggi sehingga mengikat unsur hara P menjadi bentuk yang
tidak tersedia bagi tanaman dan keberadaannya menjadi racun bagi tanaman.
pH
tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu pengaruh
langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung terhadap tersedianya unsur
hara tertentu serta mempengaruhi
ketersediaan hara N dan P. Pada pH tanah lebih kecil dari 5.0 dan lebih besar
dari 8.0 maka unsur N dalam tanah tidak dapat diserap tanaman akibat
terhambatnya proses nitrifikasi. Pada pH lebih kecil dari 5.0 unsur hara fosfat
kurang tersedia pada tanah masam.
Dalam
pengelolaan tanah ini untuk budidaya pertanian terdapat kendala yang menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kendala ini antara lain sifat kesuburan tanah
yang sangat rendah, tingginya kadar unsur-unsur yang merusak dan meracuni akar
tanaman dan menghambat perkembangan mikroba yang bermanfaat bagi tanah dan
tanaman.
Usaha
yang dilakukan untuk memperbaiki sifat dari tanah Ultisol adalah pemberian
kapur yang memberikan pengaruh yang baik terhadap ketersediaan hara fosfat,
menurunkan kelarutan aluminium, besi dan mangan serta meningkatkan keterediaan
hara tanaman. Disamping itu pemberian unsur hara N
melalui
pemupukan dengan Urea dilaporkan juga dapat menurunkan pH tanah. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh
tingkat pemberian pupuk Urea dan kapur Dolomit terhadap
perubahan pH tanah,
serapan N dan
P serta pertumbuhan tanaman jagung
(Zea mays L.) pada Ultisol.
Sebagian besar
lahan penanaman jagung
ini
berupa lahan kering. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah
kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, bervariasinya
kesuburan lahan dan
adanya erosi yang mengakibatkan penurunan
kesuburan lahan. Selain itu
masalah lain di
lahan kering adalah memiliki pH
dan kandungan bahan organik yang rendah.
Pemberian pupuk organik
dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan
bahan serap tanah
terhadap air, menaikan kondisi kehidupan
di dalam tanah,
dan sebagai sumber
zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk urea dapat
merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya cabang,
batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun.
Pupuk urea
mudah menguap dan tercuci
sehingga pemberiannya dilakukan beberapa kali
agar kebutuhan unsur
hara N tanaman
dapat terpenuhi. Urea merupakan
pupuk nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan khususnya batang,
cabang, dan daun.
Kekurangan nitrogen menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil, daun menjadi hijau muda dan jaringan-jaringannya mati
Lingga dan Marsono
(2008) menyatakan pupuk
urea termasuk pupuk yang
higrokopis (menarik uap
air) pada kelembapan 73%
sehingga urea mudah
larut dalam air
dan mudah diserap oleh tanaman. Jika diberikan ke tanah, pupuk ini akan
mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida yang mudah menguap.
Sifat lainnya ialah
mudah tercuci oleh
air sehingga pada lahan
kering pupuk nitrogen akan
hilang karena erosi. Maka dari itu
pemberian pupuk urea secara bertahap perlu dilakukan agar
unsur nitrogen tersedia bagi
tanaman jagung di lahan kering.
Dosis pupuk
kandang tidak berpengaruh
nyata terhadap panjang tongkol
namun berpengaruh nyata
terhadap diameter tongkol. Pada dosis pupuk urea 90 kg/ha
rata-rata panjang maupun diameter
tongkol menunjukan nilai.
Perbeda yang nyata juga terlihat pada bagian tengah maupun ujung pada
diameter tongkol, yaitu
lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata antar perlakuan dosis pupuk urea.
Pemberian pupuk urea memberikan
pengaruh tidak
nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun,
dan diameter batang. Peningkatan
dosis pupuk kandang
berbanding lurus dengan peningkatan
tinggi tanaman dan
jumlah daun. Semakin besar
dosis pupuk kandang,
maka tinggi tanaman
dan jumlah
daun semakin
besar pula . Respon
tersebut diduga berkaitan dengan kelebihan dari pupuk kandungan yang dapat menaikan
bahan serap tanah
terhadap air dan
membantu penyerapan hara dari
pupuk kimia yang
ditambahkan. Pupuk kandang memiliki rasio C/N
sebesar 48.3, menunjukan
tingkat
dekomposisi yang
sangat tinggi sehingga
laju produksi nitrat cepat
tersedia bagi tanaman.
Pemberian kapur berperan
dalam memperbaiki pH tanah.
Hal ini berpengaruh
terhadap tanaman
dalam menyerap
air dan hara
dari dalam tanah,
sehingga pertumbuhannya berkembang dengan baik.
Tinggi
tanaman mempengaruhi jumlah
daun. Semakin besar tinggi
tanaman, maka jumlah
daun semakin besar
pula. Jumlah daun semakin
meningkat seiring dengan
pertambahan umur tanaman. Tinggi tanaman juga mempengaruhi diameter
batang. Semakin besar tinggi tanaman, maka diameter batang semakin besar dan
sebaliknya.
Diameter batang
berpengaruh terhadap kekokohan tanaman agar tidak mudah roboh
ketika menghasilkan tongkol. Diameter
batang jagung yang
besar biasanya menghasilkan tongkol yang
besar pula dan
sebaliknya. Diameter batang
juga berpengaruh terhadap bobot
brangkasan dan tinggi
tanaman, semakin besar diameter
batang maka semakin
tinggi bobot brangkasan dan
tinggi tanaman.
Pada fase
vegetatif, tinggi tanaman
akan terus meningkat pada umur
tertentu kemudian pertumbuhannya akan terhenti.
Pemberian pupuk urea
yang mengandung nitrogen berperan dalam
merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya
batang, cabang, dan
daun. Selain itu,
nitrogen juga berperan penting
dalam pembentukan hijau
daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi
lainnya ialah membentukan protein,
lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
Unsur P
berperan dalam pembentukan
bunga, buah, dan biji.
Ketersediaan unsur P di dalam
tanah sangat sedikit. Sebagian besar terdapat dalam bentuk
yang tidak dapat diambil oleh tanaman dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al
pada tanah masam atau Ca
pada tanah alkalis Pemberian pupuk kandang dapat
menetralkan tanah masam dan penambahan pupuk NPK dapat menyediakan kebutuhan
unsur P bagi tanaman
Efektivitas
cara aplikasi pada takaran pupuk urea
yang sama dihitung dengan rumus :
Hasil biji cara tugal/dilarutkan (t/ha)
Efektivitas cara aplikasi =
---------------------------------------------- X 100%
Hasil biji cara disebar
(t/ha)
Tanaman ini tidak dapat tumbuh
dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim
penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat
ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung.
Pada saat penanaman sebaiknya tanah
dalam
keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu,
kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4
orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi
memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per
lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka
benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang,
maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
Dengan penjarangan maka dapat
ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila
dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1,
maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak
baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan
tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan
melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari
sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama
dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis
yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
Dosis pemupukan jagung untuk setiap
hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300
kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg.
Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar),
pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan
I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam.
Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung
berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
SIMPULAN
Jadi
dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan penanaman jagung pada kebun percobaan , APLIKASI DOSIS
PUPUK NITROGEN (N) PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG” adalah
sebagai berikut :
1.
Aplikasi pupuk nitrogen dengan dosis 90 Kg/Ha pada tanaman jagung mendapatkan hasil yang relatif tidak
jauh berbeda. Hal ini disebabkan, bahwa
pemberian pupuk N dengan jumlah dan waktu yang tepat berpengaruh terhadap
komponen hasil (panjang tongkol dan lingkar tongkol). Dimana pemberian pupuk pada perlakuan
aplikasi paling sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman.
2.
Pada pengamatan terhadap rata-rata produktivitas, terlihat
bahwa pemberian pupuk N yang berbeda dapat mempengaruhi produktivitas. Dari hasil analisis didapatkan bahwa
perlakuan dosis
90 Kg/Ha N/ mencapai produktivitas lebih besar, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan keduanya.
DAFTAR
PUSTAKA
NN.
Pedoman Bercocok Tanam Padi,Jagung, Palawijaya dan Sayur-sayuran. Badan
Pelaksana Bimas.1993
NN.
DeskripsiVarietas Padi, Jagung, dan Palawijaya. BPTP V JawaTengah & DIY dan
BIP Jawa Tengah. 1987.
Hartmann,
HT. et all. Plant Science, Growth Development andUtilization of Cultivated
Plants. Prentice Hall inc. 1981.
NN.
Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Jakarta: DirektoratPerlindungan
Tanaman Pangan, Direktorat Jendral PertanianTanaman Pangan, 1989.
Ir.
Edhi Turmudi, MS. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi.Laboratorium
Agronomi, Jurusan Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Bengkulu
(UNIB).2008.
http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/profil/tugas-dan-fungsi/129-bd-jgng,
diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=180&Itemid=29,
diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://krakatautetapjaya.wordpress.com/2010/01/24/decis-2-5-ec/,
diakses pada t anggal 04 januari
2011
LAMPIRAN
JAWABAN
PERTANYAAN :
Pertanyaan
- Sebutkan 5 ciri utama dari
marfologi tanaman jagung
- Sebutkan 5 syarat tumbuh dari
faktor iklim maupun tanahnya
- Hitunglah kebutuhan pupuk
Urea, SP 18 dan KCL per petak dari dosis pupuk yang telah ditetapkan
- Jelaskan hubungan dosis
pupuk N dengan pertumbuhan dan hasil tanaman berdasarkan manfaatnya bagi
pertumbuhan tanaman
- Apa manfaat agronomis dan
ekonomis dari penentuan dosis pupuk yang tepat
Jawaban
a.
5
ciri utama marfologi tanaman jagung yaitu : Batang , Daun, Bunga, Biji, Buah.
b.
5
syarat tumbuh dari faktor iklim maupun tanahnya yaitu :
·
Ketinggian
tempat
·
Curah
hujan
·
Intesitas
cahaya
·
Suhu
·
Kelembaban
·
Tekstur
dan struktur
·
Jenis
tanah
·
PH
c.
d. Manfaat Nitrogen bagi
pertumbuhan tanaman yaitu :
·
Mempertinggi
pertumbuhan vegetatif terutama daun
·
Pengisian
biji berjalan lebih baik pada tanaman biji
·
Mempertinggi
kandungan protein
·
Mempertinggi
kemampuan tanaman untuk emnyerap unsur hara lain, seperi kalium, fosfor dan
lain-lain.
·
Memperangsang
pertunasan.
·
Menambah
tinggi tanaman
·
Mengaktifkan
pertumbuhan mikroba agar proses penghancuran organic berjalan lancer.
f.
Manfaat
agronomis yaitu menentukan efektivitas dan efesiasi atau berpengaruh
dalam kualitas sedangkan ekonomis biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
LAPORAN SEMENTARA
DASAR-DASAR AGRONOMI AGT-202
Nama : ABEN CANDRA
NPM : E1J010070
Ukuran
petak : 2 m x 2.5 m
Jarak
tanam : 60 cm x 40 cm
Populasi :
20 tanaman
perlakuan : D2 = 90 Kg N per hektar (Dosis sedang)
perlakuan : D2 = 90 Kg N per hektar (Dosis sedang)
DENAH PERCOBAAN
2 m
|
2,4 m
DATA PENGAMATAN
POPULASI TANAMAN JAGUNG
DATA PENGAMATAN MINGGU KE-1
|
|||||||||||
Populasi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
6,1
|
6,1
|
6,1
|
5,7
|
5
|
4,5
|
5,3
|
5,8
|
5,9
|
|
|
Jumlah Daun (helai)
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Populasi
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
6,8
|
5,1
|
5,9
|
6,8
|
6,7
|
5,7
|
5,8
|
6,4
|
6,3
|
|
|
Jumlah Daun (helai)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
|
S A
M P E
L T A
N A M
A N
|
|||||||||||
Minggu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||||||
|
TT
|
JD
|
TT
|
JD
|
TT
|
JD
|
TT
|
JD
|
TT
|
JD
|
TT
|
JD
|
2
|
25,8
|
4
|
21,1
|
6
|
21,5
|
4
|
25,6
|
3
|
16,3
|
4
|
20,8
|
4
|
3
|
36,4
|
3
|
36,5
|
3
|
36,1
|
2
|
29,9
|
4
|
32,3
|
4
|
31,8
|
3
|
4
|
54,7
|
7
|
64,7
|
7
|
72,6
|
8
|
55,5
|
8
|
58,7
|
6
|
54,1
|
6
|
5
|
94,6
|
6
|
108,1
|
9
|
117,1
|
9
|
88,9
|
8
|
70,3
|
8
|
83,8
|
8
|
6
|
115,7
|
9
|
158,1
|
10
|
162,6
|
9
|
125,3
|
5
|
85,5
|
6
|
120,6
|
11
|
7
|
137
|
8
|
166,6
|
8
|
193,2
|
8
|
144,7
|
6
|
105,5
|
8
|
140
|
9
|
8
|
143,1
|
10
|
161,7
|
11
|
203,6
|
9
|
153,2
|
9
|
120,8
|
10
|
157,2
|
11
|
SAMPEL 1
Tinggi tanaman : 195,2 cm
Jumlah daun : 11 helai
Berat daun : 127 gram
Diameter batang : 22,35 cm
Berat batang : 600 gram
Jumlah tongkol : 1 buah
Luas daun : (83cm x 8cm x 0,75)
= 498 cm2
SAMPEL 2
Tinggi tanaman : 216,2 cm
Jumlah daun : 11 helai
Berat daun : 169,6 gram
Diameter batang : 25,55 cm
Berat batang : 436 gram
Jumlah tongkol : 2 buah
Luas daun : (103,1cm x 9,6cm x 0,75)
|
= 1319,68 cm2
0 komentar:
Posting Komentar