Jumat, 23 Desember 2011

ISLAM, yahudi, dan nasrani


Al ~ Qur'an surat Al - Baqoroh (2): 120
Orang Yahudi tidak akan senang kepada engkau, begitupun orang Kristen, hanyalah jika engkau mengikut agama atau aturan mereka.

Al ~ Qur'an surat Al - Baqoroh (2): 111
Dan mereka mengatakan: "Tidak akan masuk ke dalam syurga selain dari orang-orang Yahudi atau orang Kristen", itu hanya angan-angan kosong belaka. Katakan: "Kemukakanlah alasamu, jika kamu memang benar!

Al ~ Qur'an surat An - Naml (27): 64
Atau siapakah yang memulai menciptakan mahluk, kemudian diulangnya kembaliu, dan yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi? Adakah tuhan di samping Alloh? Katakan: "Kemukakanlah alasanmu, kalau kamu memang benar!

Al ~ Qur'an surat Al - Qoshosh (28): 75
Dan Kami cabut seorang saksi dari tiap-tiap ummat itu, dan Kami katakan: " Kemukakanlah alasanmu! Maka tahulah mereka, bahwa kebenaran itu hanyalah kepunyaan Alloh; dan lenyaplah dari mereka apa yang telah mereka ada-adakan itu

Al ~ Qur’an surat Al - Hujurat (49): 6.
Hai orang-orang yang beriman! Kalau datang kepada kamu orang jahat membawa berita, periksalah dengan seksama, supaya kamu jangan sampai mencelakakan suatu kaum dengan tiada diketahui, kemudian kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Al ~ Qur’an surat An - Nur (24): 12 – 17.
  1. Mengapa laki-laki dan perempuan-perempuan yang beriman, ketika mendengar berita (tentang sesama muslim), tidak berprasangka baik kepada diri (sesama muslim) mereka sendiri, dan berkata: “Tuduhan ini adalah berita bohong yang terang”.
  2. Mengapa mereka dalam hal itu tidak mengemukakan empat orang saksi? Kalau mereka tidak mengemukakan saksi-saksi, maka mereka itu di sisi Alloh adalah orang-orang yang dusta.
  3. Dan kalau tidaklah kemurahan Alloh dan kasih sayangNya kepada kamu, di dunia dan di akhirat, niscaya kamu disinggung siksaan yang besar, karena tuduhanmu itu.
  4. Ketika kamu menerima berita itu (dan langsungmenyebar-luaskannya tanpa memeriksa dahulu), dan mengatakan dengan mulutmu perkara yang tidak kamu ketahui, dan kamu kira perkara kecil saja, padahal ia di sisi Alloh suatu perkara besar.
  5. Mengapa ketika kamu mendengar berita itu, tidak kamu katakan saja: “Tiada sepatutnya bagi kami berbicara tentang berita ini. Maha Suci Tuhan! Berita ini adalah suatu kebohongan besar!

Praktek sesungguhnya di dunia ini:
1.                  Muslim langsung mempercayai seluruh informasi tentang sesama muslim, lebih-lebih informasi tentang keburukan muslim lainnya, sekalipun setelah di check ternyata sama sekali tidak benar.
2.                  Muslim sangat berhati-hati terhadap informasi tentang non - muslim, lebih-lebih informasi tentang keburukan dari non - muslim, sekalipun setelah di check ternyata memang benar demikian adanya.

Kamis, 22 Desember 2011

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2012

LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI



Unib.jpg

Oleh
     Nama                         :  Aben Candra
     Npm                           :  E1J010070
    Co – Ass                     : Reka Purnama 
Dosen pembimbing : Dr. Ir. Prasetyo, Ms.



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
                             JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN              
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012

LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI




Oleh :

Nama  : Aben Candra
NPM   : E1J010070

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pada
Tanggal      Juni 2012






Bengkulu,        Juni 2012



Menyetujui,
Dosen Pembimbing,                                                                                     Praktikan,



(………………….............)                                                                        ( Aben Candra)
NIP.                                                                                                         NPM. E1J010070
ACARA I

PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL TANAMAN PERKEBUNAN

       I.            PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman.
Di dalam pembukaan lahan areal yang dibuka ada yang berupa hutan primer, hutan sekunder, oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan yang harus dihadapi maka dapat digolongkan hutan berat, hutan sedang dan hutan ringan. Pada praktikum acxara ini persiapan pembukaan lahan yang akan dikerjakan berupa lahan semak belukar untuk persiapan penanaman kakao

b.      Tujuan Praktikum
Tujuan dari persiapan lahan ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah dilakukan kerana lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya, dalam rangka meningkatkan produksi tanaman perkebunan akan dilaksanakan melalui peningkatan luas areal berupa penambahan baku lahan dan peningkatan produktivitas. Untuk mendapatkan produktivitas yang maksimal dalam teknis budidaya tanaman perkebunan dapat dilaksanakan melalui :
1. Pemanfaatan lahan berdasarkan kesesuaian tanah dan iklim
(Agropedoklimat).
2. Penggunanaan bahan tanaman unggul yang sesuai, dan
3. Pelaksanaaan kultur teknis yang tepat, melalui budidaya pertanian baku.
Sementara itu, untuk meningkatkan margin atau keuntungan peningkatan efisiensi, mutlak dilaksanakan dengan mempertimbang-kan faktor teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pengembangan perkebunan rakyat hendaknya dilaksanakan secara holistik, menyeluruh dari semua aspek, melalui tahapan yang jelas seperti Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani melalui Survey Investigasi Desain (SID), Penyiapan Lahan, Penyiapan Bahan Tanaman, Pengembangan Infrastruktur seperti jalan dan jembatan.
Dalam pelaksanaan pengembangan tersebut mutlak melibatkan petani secara langsung dan transparan, baik yang dilaksanakan secara Padat Karya maupun Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), yang pengembangan lokasinya didasarkan pada pendekatan kawasan secara terpadu dan memenuhi skala ekonomi. Salah satu perencanaan dalam peningkatan produksi adalah perluasan lahan. Untuk meluaskan lahan, maka diperlukan tindakan pembukaan lahan dan persiapannya untuk penanaman.
Pada lahan alang-alang dan semak belukar cara pembukaan lahan dilakukan dengan pembabatan secara manual atau dengan menggunakan herbisida. Pada lahan primer dilakukan dengan cara menebang pohon-pohon , sedangkan yang dari lahan konversi dilakukan dengan menebang atau membersihkan tanaman yang terdahulu. Lahan yang dipergunakan untuk penanaman kakao dapat berasal dari lahan alang-alang dan semak belukar, lahan primer atau lahan konversi.
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering.
Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu:
a.       Penanaman secara kontur/garis tinggi
b.      Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif.
c.       Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi.


 III.            METODELOGI       
a.      Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal 8 Maret 2009  yang bertempat kebun percobaan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian.
b.      Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : Semperotan punggung, ember, gelas ukur, tali rafia, herbisida ( Round Up, Clean Up, Sun Up,Sida Up).
c.       Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
§      Membuat batas lahan dengan menggunakan talia raffia untuk menentukan areal       yang kan ditebas atau disemprot. Pekerjaan penebasan semak belukar dilakukan 2 minggu sebelum penyemprotan. Adapun luas lahan yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 15 m x 15 m.
§      Membuat larutan herbisida yang sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang ada.
§      Adapun tahapan pembuatan larutan herbisida yaitu sebagi berikut yang pertama memasukan cairan herbisida sesuai takaran ke dalam alat semprot punggung selanjutnya memasukan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga larutan merata.
§      Menyemprotkan larutan herbisida tersebut dengan menggunakan nozel setinggi    permukaan semak/belukar.
§      Menyemprotkan larutan herbisida tersebut secara merata kesemua bagian tanaman semak atau belukar yang da pada arealyang telah ditentukan. Arah penyemprotan tidakboleh berlawanandengan arah angin.
§      Mengusahakan agar tekanan pompa tidak berlebihan.
§      Menjaga Jarak atau lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot lainnya agar dijga tidak yang tertinggal.
§      Memberi tanda pada saat pengisisan ulang tangki sprayer, untuk mencegah agar     ilalang tidak tersemprot atau tersemprot ulang.
§      Melakukan pengulangan penyemprotan apabila turun hujan kurang dari 6 jam setelah penyemprotan.
§      Melakukan penyemprotan kedua setelah 14-21 hari setelah penyemprotan pertama untuk lebih memastikan agar gulma benar-benar mati.
§      Membiarkan hasil penyemprotan sekitar wakti 1-2 minggu untuk dapat mengerjakan kegiatan berikutnnya.

 IV.            HASIL PENGAMATAN
No
Jenis gulma
Spesies
1
Gulma daun lebar
Mikania micrantha, Phyllanthus niruri, Widelia trilobata
2
Gulma daun sempit
Cyperus rotundus, Imperata cylincrica, Mimosa pudica

    V.            PEMBAHASAN
Persiapan pembukaan lahan merupakan salah satu langkah penting untuk memulai rangkaian penanaman tanaman tahunan. Pembukaan lahan pada dasarnya adalah untuk membersihkan berbagai vegetasi yang ada dari segala gulma yang mengganggu pertanaman dan juga kotoran lain seperti sampah-sampah, gundukan tanah, bebatuan dan ranting atau cabang pohon yang tumbang yang sekiranya akan merintangi penanaman tanaman tahunan dan juga dalam hal perawatan dan pengamatannya hingga pemanenannnya.
Langkah awal dalam membuka lahan adalah dengan membersihkan lahan dari vegetasi yang ada. Dalam praktikum ini jenis lahan yang digunakan adalah lahan kategori sedang dimana bukan hanya gulma yang tumbuh tetapi juga terdapat pepohonan besar lain yang berada dan mengakibatkan  naungan terhadap pertanaman yang akan ditanami. Pembersihan dimulai dengan membabat gulma-gulma yang ada dan disemprot dengan menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif isopropil amina glyphosat dengan merek dagang Sting. Adapun perhitungan dosis yang digunakan untuk lahan pertanaman tersebut adalah :
Dosis anjuran               = 5L/ha
Luas lahan                   = 18x24 m = 432 m2
Dosis herbisida            = (5L/10000 m2) x 432 m2
                                                = 0,216 L
Jadi, dosis yang dipergunakan pada saat aplikasi herbisida tersebut adalah 0,216 L herbisida Sting yang dilarutkan ke dalam air dan disemprotkan pada waktu pagi atau sore hari. Apabila turun hujan dalam kurun waktu kurang dari 6 jam, maka penyemprotan harus diulakgi lagi. Alasan dalam memilih herbisida jenis ini adalah karena Sting berbahan aktif yang bersifat sistemik, sehingga dapat meracuni seluruh jaringan tanaman dan diharapkan pertanaman bebeas dari gulma sebelum dilakukan penanaman lebih lanjut.
Setelah dilakukan penyemprotan, dilakukan pula penebangan pepohonan yang ada dan menaungi pertanaman untuk mempermudah proses penanaman. Pohon yang ditebang tergolong pohon besar yang diameternya mencapai 1 m dan tinggi sekitar 20 m-30m. Penebangan dilakukan dengan memakai peralatan shinzo dan memotong-motong batang pohon menjadi beberapa bagian untuk mempermudah kegiatan merumpuk dan membakar. Beberapa bagian pohin yang bernilai ekonomi dikumpulkan untuk menambah income. Setelah kegiatan pembersihan baik pemberantasan gulma dan pembersihan lahan dari pepohonan dan kotorannya, kegiatan selanjutnya dapat segera dilaksanakan.

 VI.            KESIMPULAN
Dari praktikum yang tealah kami laksanakan. maka kami dapat menarik kesimpulan adalah sebagai berikut :
1.      Gulma yang terdapat pada lahan adalah gulma golongan daun sempit dan daun lebar
2.      Herbisida Sting yang dipakai memiliki bahan aktif berupa isopropil amina glyphosat yang bersifat sistemik
3.      Persiapan pembukaan lahan diperlukan untuk mempermudah proses pengerjaan selanjutnya pada lahan perkebunan.



ACARA II
TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN

       I.            PENDAHULUAN
·         Latar Belakang
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanam dengan tanaman perkebunan/kehutanan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperolah barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontuur pada lahan yang bergelombang atau berbukit.
Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jenis komoditi yang akan ditanam dan jarak tanam tertentu.
·         Tujuan Praktikum
Tujuan paraktikum ini adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/ teratur letaknya dari berbagai sudutbaik pada lahan datar maupun agak miring.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Pengajiran dilakukan sebelum penanaman, dan dimaksudkan agar tanaman ditanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Ajir terbuat dari bambu berukuran panjang 50 cm, tebal 1 cm, sedangkan alat untuk menentukan jarak dan barisan tanaman dibuat dari rantai kawat atau tambang plastik yang biasa disebut kenca.
Cara pengajiran pada lahan yang datar dan landai ialah dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian pengajiran dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zig-zag, sesuai dengan jarak tanam yang telahditentukan.
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
a)        Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00- 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti  arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m.
b)        Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur)
Cara pengajiran pada lahan kering dengan sistem kontur adalah sebagai berikut :
-            Pengajiran dimulai dari atas turun ke bawah, dipilih lereng yang tidak bergelombang.
-            Tentukan titik tertinggi dan tancapkan ajir. Dari titik itu dibuat deretan ajir induk dengan jarak tanam antar barisan yang telah ditentukan (120 cm) dari atas lereng turun ke bawah.
-            Pada sisi lain, di sebelah ajir induk tadi dengan jarak kira-kira 20 cm atau  lebih, dibuat deretan ajir induk ke dua, dengan titik tertinggi sama dengan salah satu titik ajir dari deretan ajir induk pertama. Deretan ajir induk kedua juga ditancapkan dari atas turun ke bawah dengan jarak 120 cm.
-            Sesudah deretan ajir induk kedua ditentukan, maka di antara kedua induk ajir tadi dibuat deretan ajir induk ketiga atau keempat atau lebih disesuaikan dengan keadaan topografi tanah tepat pada garis kontur.
-            Ajir induk ditentukan dengan menggunakan alat teodolit, atau dengan alat water pass yang terbuat dari slang (pipa) plastik dengan garis tengah 0,5 cm. Alat water pass serupa ini biasa dipakai oleh tukang tembok.
-            Selanjutnya  dengan berpedoman pada ketiga atau lebih deretan ajir induk tadi dapat dilakukan pengajiran dengan sistem kontur atau ngais pasir dengan jarak tanam 60 cm (dalam barisan).
-            Jarak tanam antar barisan (120 cm) pada lahan miring bukan jarak tanam proyeksi, tetapi jarak yang sebenarnya (permukaan tanah).
Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
Pola pertanaman sangat bermacam bentuk tergantung dari jenis komoditi. Untuk tanaman tahunan jarak tanam yang relative lebar dapat disiasati dengan cara pembuatan ajir karena dapat membantu dalam memperoleh pola tanam yang teratur dan rapi sehingga memudahkan dalam pekerjaan lain. Dengan pembutan ajir maka diharapkan dapat memperoleh berbegai kemudahan dalam budidaya, maupun dalam hal hal lain yang dianggap perlu. Pembuatan ajir atau pengajiran proses tidak terlalu sulit tapi harus membutuhkan perhitungan yang tepat untuk mendapat hasil yang pas.

 III.            METODELOGI       
a.      Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktilkum ini antaralain meteran, kompas, teropong BTM/theodolit, tali rapis, tali pancang, tongkat ajir indik, tongkat ajir biasa dan cat warna merah.
b.      Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
Cara pengajiran untuk tanaman kakao dengan munggunakan sistem jarak tanam pagar dengan jarak tanam 3m x 3m.
1.      Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/Theodolit)
·         Tentukan arah Barat-Timur dan Utara –Selatan dan keduanya berpotongan tegak lurus
·         Tentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya ukur AC =CD= 21 m pada arah BT, dan AG=GH=21 m menurut arah US
·         Buat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula P dan Q tegak lurus pada US di G dan H
·         Garis A memotong P dan Q di F dan I, sedangkan B di E dan J
·         Secara sama dibuat petak-petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang aka ditanami.
·         Pembuatan petak selanjutnya tidak memerlukan BTM, cukup berpedoman pada ajir induk yang telah ada. Titik, A, B, C, D,E, F, G, H, I dan J disebut ajir induk atau ajir pokok dan dipasangi dengan ajir yang ukurannya lebih besar dan diberi cat warna yang mencolok.
2.      Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh :ACFG
·         Ukur menurut arah GF, jarak 3 m dengan titik F1,F2,F3 dan F4 demekian juga AC dengan titik A1,A2,A3, dan A4.
·         Ukur menurut arah CF jarak 3 m dengan titik C1,C2,C3,C4 dan seterusnya demekian juga AG dengan titik G1,G2,G3,G4, dan seterusnya.
·         Hubungkan dengan tali titik-titk A1 danF1,A2 dan F3,A4 danF4, keempat tali titik ditarik dengan kencang agar diperoleh garis yang lurus
·         Hubungkan engan tali titik-tik G1 dan C1, tali G1 dan C1 ditarik dengan kencang. Tali G1 C1 akan memotong tali A1 F1.A2 F2,A3 F3, dan A4 F4 dan titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir.
 












·        Tali bekas penghubung antara titik G1 dan C1 dipindahkan untuk menghubungkan titik G2 dan C2, yang juga kan memotong A1 F1, A2 F2, A3 F3 dan A4 F4 dengan cara sama pada setiap titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir
·        Ulangi semua cara-cara tersebut samapi sama petak terisi.
Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ketajaman mata si pelaksana. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai ditanam.
Pengajiran sebaiknya dimulai di tenga-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehinga bila ada kesalahn atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas kebun, sugai dan jalan.
Dalam pengajiran diperlukan suatu titk yang kompak, dan jumlahnya tidak melebihi 5 orang setiap timnya.

 IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan ajir merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pertanaman yang lurus dan rapi dilihat dari berbagai sudut areal pertanaman. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pengamatan, pemeliharaan, jalan ransportasi produksi, bahan alat dan karyawan, serta memudahkan dalam hal pemanenan produk.
Teknik pengajiran dilakukan dengan mempergunakan dua macam pancang atau ajir, yaitu ajir utama dan ajir sekunder. Ajir utama dilakukan sebagai acuan utama untuk mendapatkan patokan garis lurus yang diletakkan pada titik tertinggi areal, sehingga terlihat dari berbagai arah dan mempermudaj peletakan dan pengukuran ajir selanjutnya. Penanaman atau pembuatan ajir dilakukan dengan menghadap arah U-S untuk efektifitas cahaya matahari.
Setelah penempatan ajir utama selesai dilakukan, dibuat atau ditempatkan ajir sekunder yang diletakkan pada sisi lain dan sisi sejajar yang terletak lurus berhadap-hadapan, Selanjutnya hal yang serupa dilakukan terhadap ajir sekunder yang lain pada petakan kain hhingga selesai didapatkan pertanaman yang lurus dari berbagai sisi. Adapun hasil pengajiran yang dilakukan, merupakan patokan dalam pembuatan luibang tanam dan penanaman yang akan segera dilakukan, sehingga didapatkan pertanaman kakao yang kurus dari berbagai sisi sehingga mempermudah pengamatan dan transportasi karyawan dan manager.
Ajir yang digunakan dapat berupaka potongan kayu atau ranting yang harus dapat terlihat jelas oleh pengamat. Pada perkebunan besar, ajir yang digunakan biasanya diberi cat atau warna tertentu untuk mempermudah penglihatan mata pengamat. Biasanya warna antara ajir utama dengan ajir sekunder berbeda, sehingga jelas terletak dimana patokan terhadap satu plot area pengajiran dengan area pengajiran lainnya.
Teknik pengajiran ini dilakukan oleh beberapa orang, biasanya 1-3 orang paling banyak. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontrol penglihatan mata pengamat, apabila dilakukan oleh banyak orang maka akan memperkeruh suasana pekerjaan karena terdapat lebih dari satu komando yang akan memberikan pengarahan arah, sehingga dapat membuat pengajiran menjadi tidak lurus dari satu atau beberapa arah mata angin. Apabila hal ini terlah terjadi, maka akan didapatkan sistem pertanaman yang tidak rapi dan dapat menghambat proses pengamatan, managemen, produksi, perawatan, dan juga transpor panen.


    V.            KESIMPULAN
1.      Pengajiran dilakukan untuk mendapatkan pertanaman kakao yang lurus terlihat dari berbagai sudut mata angin sehingga akan mempermudah proses pengamatan, perawatan, tansportasi, dan pemanenan.
2.      Teknik pengajiran dilakukan dengan ajir yang terdiri dari ajir utama dan ajir sekunder.
3.      Pengajiran untuk lebih efektifnya dilakukan oleh 1-3 orang saja.

ACARA III
PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PERSIAPAN TANAM

       I.            PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman tahunan/perkebunan yang baik. Hal sama-sama bisa dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan luas.
Pembuatan lubang tanam dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pengolahan tanah dalam skala Kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum tanam tiba. Selama menunggu saat tanam, tanah galihan akan mengalami perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh cuaca dan iklim. Dalam pembuatan lubang tanam hendaknya menggunakan ukuran lubang yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibit yang akan ditanam. Pada lahan yang gembur atau subur ukuran lubang tanam yang digunakan dapat 60 x 60 x60 cm atau 70 x 70 x70 cm, sedangkan pada lahan yang kurus atau kurang subur ukuran lubang tanam yang digunakan dapat 80 x 80 x 80 cm atau 100 x 100 x100 cm. Lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga letak ajir tepat ditengah-tengah lubang tanam. Lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga letak ajir tepat di tengah-tengah lubang tanam. Sewaktu menggali lubang, ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah harus dipisahkan tanah galian bagaian atas, namun ada yang bependapat bahwa tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan, demikian juga pada waktu pengisihan.
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perkarangan tanaman pokok, juga memudahkan perwatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam.

b.      Tujuan Praktikum
Untuk memberikan pengertian secara langsung pada praktikan dilapangan sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar.



    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah antara dua ajir, dengan ukuran sebagai berikut :
(a) untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40 cm, dan 
(b) untuk bibit asal setek adalah 20 x 20 x 40 cm.
Lubang tanam dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Pada waktu penanaman, lubang tanam diperiksa lebih dahulu, lubang yang tertutup kembali atau menjadi dangkal oleh tanah yang masuk akibat air hujan perlu digali kembali.
Persiapan lahan sebelum penanaman untuk jenis-jenis tanaman kehutanan tidak terlalu rumit, biasanya mereka membuat teras-teras bangku yang sederhana untuk areal yang miring dengan bahan seadanya, setelah itu membuat lubang tanam (± 10 cm – 15 cm), sedangkan untuk tanaman pertanian, persiapan lahan lebih intensif lagi dengan mencangkul, membuat gundukan dan larikan sebelum membuat lubang tanam dan menanamnya.
Pada awalnya masyarakat hanya menanam jenis tertentu (sengon, mahoni) di lahan milik mereka dengan jarak yang tidak beraturan. Bibit berasal dari biji, ada juga cabutan dari tempat lain, dengan ukuran bibit setinggi ± 15 cm – 20 cm. Kondisi saat ini petani sudah menerapkan jarak tanam sesuai tujuan penanaman untuk daerah-daerah tertentu.
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.
Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lobang tanam lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun.  Begitu juga sebaliknya, penggalian lubang tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang.

 III.            METODELOGI       
a.      Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal 13 Maret 2009  yang bertempat kebun percobaan Laboratirium Agronomi Fakultas Pertanian.
b.      Bahan dan Alat
Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya adalah pupuk kandang, TSP, Urea, dan KCL.
c.       Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
1)             Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:
ü               Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut?
ü               Bentuk kontur bagai mana?
2)                  Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak  tanamnya.
3)                  Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam.
4)                  Menentukan ukuran lobang tanam 60 cm x 40 cm x 40 cm.
5)                  Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan tanah bawah (sub soil), dimana tanah lapisan atas diletakkan disebelah kanan lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah.
6)                  Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari selama 7 sampai denagn 14 hari.
7)                  Mencampur pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan sub soil samapi merata , dan mencampurkankurang lebih  pupuk kandang 5 kg dengan tanah lapisan atas (top Soil).  
8)                  Persiapan tanam : pertama kali masukkan tanah hasil campuran (pupuk kandang + tanah top soil) kebaikan bawah lobang tanam, kemudian atasnya dimasukan campuran tanah (pupuk kandang + lapisan tanah sub soil) ke lobang tanam. Bersamaan dengan pengembalian tanah giliran tersebut, agar timbahkan pupuk TSP sebanyak 0,25 kg sebagai pupuk dasar dan kemudian dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
9)                  Penanaman. Masukan tanaman yang sudah dipersipkan pada lobang tanam tadi dengan terlebih dahulu membuat galian secukupnya pada bagian tengah lobang tanam tersebut dan kembalikan tanah galian sambil menekan sebelah kiri dan kanan lobang pelan-pelan dengan tangan, agar posisi bibit kuat. Setelah selesai penanaman maka dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.

 IV.            HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pembuatan lubang tanam pada persiapan pertanaman tanaman tahunan atau perkebunan merupakan hak yang mutlak harus dilakukan, sebab penanaman tanaman perkenbunan pasti dilakukan di lahan bukan di dalam polibag. Lubang tanam yang dibuat adalah berdasarkan pengajiran yang telah dilakukan, dan penanaman bibit diletakkan atau ditanam tepat di bawah dimana diletakkan ajir, hal ini dilakukan untuk mendapatkan pertanaman yang lurus seperti tujuan dari pembuatan pengajiran itu sendiri.
Dalam pembuatan lubang tanam, tanah top soil dikembalikan ke dalam dan sub soil dilettakkan diatasnya. Namun ada juga ahli yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan. Namun, jika dilihat dari kepentingan hara untuk tanaman kakao, ada baiknya bahwa hal tersebut dilakukan, sebab tanah top soil mengandung hara yang lebih banyak,sehingga lebih mampu dalam menyediakan hara bagi tanaman, ditambah pula dengan sifat bahwa tanaman muda membutuhkan hara yang cepat tersaji dan dalam jumlah yang relatif lebih banyak. Untuk itulah hal ini dilakukan.
Untuk menunjang kepentingan tanaman muda akan kebutuhan hara, maka ke dalam lubang tanam diberikan pula pupuk kandang yang telah matang. Pemberian pupuk kandang yang belum matang dapat meracuni tanaman, sebab terjadi proses dekomposisi oleh bakteri pengurai kompos yang dapat mengeluarkan panas atau zat tertentu sehingga dapat merugikan pertanaman. Adapun lubang tanam yang telah disiapkan dan diacak untuk pertanaman kakao adalah sebagai berikut :




Oval: G1 Oval: G6 Oval: G3 Oval: G8 Oval: G4 Oval: G2 Oval: G7 Oval: G5
 

Oval: G3Oval: G8Oval: G6Oval: G5Oval: G1Oval: G7Oval: G4Oval: G2                                                                                    

Oval: G7
Oval: G8 Oval: G4 Oval: G2
Oval: G1 Oval: G5 Oval: G6 Oval: G3
 

                                                 
 




Penanaman tanaman pokok tidak langsung dilakukan pada saat pembuatan lubang tanam karena untuk meminimalisir kandungan zat racun yang kemungkinan berada di dalam lubang tanam, zat racun tersebut misalnya berasal dari sisa-sisa alelopati dari gulma yang tertinggal di dalamnya, sehingga dibiarkan dahulu agar zat tersebut menguap. Selain itu, hal ini dilakukan agar mikroba atau patogen yang ada dapat mati sehingga memperkecil tanaman terserang penyakit atau hama.

    V.            KESIMPULAN
1.      Dalam mempersiapkan lubang tanam, dibuat berdasarkan pengajiran yang telah dilakukan agar didapatkan pertanaman yang lurus dari berbagai arah pengamatan.
2.      Pembalikan dalam pengembalian tanah diperlukan agar memperkecil peluang adanya alelopati yang mengedap di dalam sub soil dan agar laipsan top soil yang mengandung hara lebih banyak dapat mendukung pertumbuhan bibit yang masih muda.
3.      Dalam membuat lubang tanam, sebaiknya tidak langsung ditanami tanaman agar tanaman tidak terkena efek resiko alelopati, patogen, dan bibit penyakit atau hama yang ada, sehingga perlu dibiarkan dahulu beberapa waktu.
4.      Penambahan pupuk kandang sangat penting untuk menjaga ketersediaan hara dan juga membantu dalam mempertahankan agregat tanah dan kapasitas pemegangan air oleh tanah.

ACARA IV
PEMELIHARAAN KOPI ARABIKA DENGAN PEMUPUKAN

I.          PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Salah satu aspek budidaya tanaman tahunan yang perlu mendapatkan perhatian dalam budidaya tanaman adalah pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan, penagturan naungan dan pemupukan.
Tanaman muda yang baru dipindahkan ke lapangan perlu adaptasi baik terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi intern bibi itu sendiri. Permasalahan yang sering timbul adalah terjadinya stagni bibit setelah dipindahkam ke lapangan. Untuk itu pemeliharaan dan perwatan tanaman muda pada budidaya tanaman tahunan perlu mendapatkan perhatian yang serius agar tanaman dapat tumbuh normal sehingga akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang optimal.
Untuk memperolah tanaman yang tumbuh cepat, sehat dan berproduksi tinggi, pemupukan secara tepat dan teratur merupakan tindakan kultur teknis yang perlu dilakukan, baik berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Salah satu usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu melakukan pemupukan dengan pupuk kandang. Dikatakan bahwa walaupun kandungan hara pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, porositas dan daya penahan air tanah. Komposisi pupuk kandang dengan tanah yang digunakan dalam pembibitan antara satu jenis dengan jenis yang lainnya sangat bervariasi, demikian juga dalm penggunaan salah satu jenis pupuk kandang.
Selain pupuk organik, untuk menambah unsur hara di dalam tanah dapat juga digunakan pupuk organik. Urea merupakan pupuk anorganik dengan kadar Nitrogen 46%. Keuntungan pupuk urea dalah kandungan Nnya yang tinggi yang sangat dibutuhkan oleh bibit untuk pertumbuhan vegetataif, sedankan kelemahan adalah bahwa di dalam tanah urea mudah berobah menjadi amoniak dan karbodioksida dan urea bisa menybabakan kematian pada bibit.

1.2 Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk memelihara tanaman cacao yang masih tergolong dalam tanaman yang belum menghasilkan
II.  TINJAUAN PUSTAKA
Kopi Indonesia dewasa ini dihasilkan dari kebun rakyat, yakni sekitar 94% produksi nasional. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditi andalan Sub Sektor Perkebunan karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat, kesempatan kerja dan perolehan devisa. Bagaimanapun pendapat orang tentang minum kopi yang dikaitkan dengan masalah kesehatan, rasa dan aroma yang khas dari kopi membuat banyak orang kecanduan. Masalah yang dihadapi kopi Indonesia saat ini di pasaran Internasional adalah rendahnya mutu kopi yang umumnya dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Untuk itu perlu perbaikan dibidang produksi berupa masa pra panen maupun pasca panen. Perlu lebih di tingkatkan penyuluhan dan bimbingan kepada petani produsen dalam menggunakan bibit, perawatan tanaman, melakukan panen dalam waktu yang tepat serta pengolahan hasil yang lebih baik sehingga menghasilkan kopi yang bermutu tinggi.
            Tanaman kopi dalam permintaan kebutuhan yang diimbangi dengan harga banyak dibudidayakan oleh petani mengingat tanaman cukup potensial untuk diusahakan. Perbanyakannya banyak dilakukan dengan menggunakan biji. Selain itu, perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan setek.
Indonesia merupakan Negara penghasil kopi terbesar keempat setelah Brasilia, kolombia, dan Vietnam. Produksi kopi Indonesia didominasi oleh jenis kopi robusta yakni 90 % dan sisanya kopi arabika 10%, permintaan kopi dunia didominasi kopi arabika , yakni 75% dan sisanya kopi robusta. Berdasarkan fenomena tersebut maka kebijakan pemerintah adalah memperbesar proporsi produksi kopi arabika (Anonim, 2004)
          Upaya untuk memperbesar proporsi kopi arabika harus diikuti dengan menyediakan paket teknologi bibit unggul. Bibit unggul dapat diperoleh melalui sambungan antar kultivar kopi arabika. Koleksi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mempunyai 10 genotipe kopi arabika yang berumur satu tahun (ditanam tahun 2006). Tanaman tersebut perlu dipelihara, terutama pemanbahan unsure hara melalui pemupukan.
          Negara-negara pembeli kopi utama, sekarang ini muncul keinginan untuk mengkonsumsi produk kopi organic dan pola kebun berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kopi organic mempunyai harga jual lebih tinggi dibandingkan kopi biasa, hal tersebut disebabkan semakin meningkatnya kesadaran lingkungan dan kesadaran kesehatan dimasyarakat (Agustin, dkk.,2002)
          Pemupukan dengan pendekatan organic adalah dengan menggunakan bahan baku organic, diantaranya pupuk kandang. Pupuk kandang yang biasa digunakan untuk tanaman kopi adalah pupuk kotoran sapi. Keunggulan pupuk kandang sapi adalah mempunyai unsure hara cukup tinggi dan cepat mengalami dekomposisi. Untuk itu perlakuan dosis pupuk kandang sapi untuk tanaman kopi arabika perlu dikaji.
          Perbanyakan tanaman dengan metode setek pada umumnya di gunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul, menanggulangi tanaman – tanaman yang tidak dapat diperbanyak dengan benih, mmudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman. Perkembangbiakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Kopi termasuk salah satu tanaman yang bersifat “self-sterile”, sehingga tanaman kopi termasuk dalam golongan tanaman penyerbuk silang. Karenanya perkembangbiakan secara generatif sering tidak memuaskan, sebab dengan cara ini kemurnian klon sulit dipertahankan. Sehingga perkembangbiakan vegetatif merupakan alternatif yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah dengan cara stek. Upaya untuk memperbesar proporsi kopi arabika tersebut harus diikuti dengan menyediakan paket teknologi bibit unggul. Bibit unggul dapat diperoleh melalui sambungan antar kultivar kopi arabika. Koleksi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mempunyai 10 genotipe kopi arabika yang berumur satu tahun (ditanam tahun 2006). Tanaman tersebut perlu dipelihara, terutama pemanbahan unsure hara melalui pemupukan. Pemupukan dengan pendekatan organic adalah dengan menggunakan bahan baku organic, diantaranya yaitu pupuk kandang. Pupuk kandang yang biasa digunakan untuk tanaman kopi adalah pupuk kotoran sapi. Keunggulan pupuk kandang sapi adalah mempunyai unsure hara cukup tinggi dan cepat mengalami dekomposisi. Untuk itu perlakuan dosis pupuk kandang sapi untuk tanaman kopi arabika perlu dikaji.
         

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Metodeologi
·         Bahan dan alat

Ø       16 genotipe kopi arabika
Ø       Pupuk urea
Ø       TSP
Ø       KCL
Ø       Pupuk kandang
Ø       Hand sprayer
Ø       Ember
Ø       Tali rafiah
Ø       Herbisida Round up, Sun Up
Ø       Jangka sorong
Ø       Timbanagan digital
Ø       Cangkul
Ø       sabit


·         Cara Kerja
Ø       Memuat piringan pada tanaman kopi muda dengan diameter piringan 1 meter dari batang pokok
Ø       Memberi pupuk kandang pada masing-masing tanaman sebanyak 2 kg, yang diaduk dengan tanah disekitar tanaman pada saatpembuatan piringan
Ø       Memberi pupuk urea, TSP, KCL dengan dosis masing-masing 100gram, untuk tanaman kopi
Ø       Membuat larutan herbisida yang ada sesuai dengan dosis anjuranyang tertera ada wadah yang ada, seperti round up, sun up diperlukan 4-5 liter dalam 100 liter air
Ø       Menyemprotkan larutan herbisida yang telah dibuat denagan ketinggian nozle diantara barisan tanaman kopi
Ø       Menyemprotkan larutan tersebut secara merat ke semua bagian herba/gulma yang ada pada areal yang ditentukan
Ø       Mengusahakan tekanan pompa dalam nozle tidak berlebihan
Ø       Jarak/lebar semburan antara semprot dengan semprot yang lainny agar dijaga tidak ada yang tertinggal
Ø       Pegisian tangki sprayer pada setiap titik deiberi tanda untuk mencegah gulma tesemprot ulang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
·     Pengamatan 1
Perlakuan
Tinggi tanam
Jumlah daun
P0
90,5
7
P1
60,7
7
P2
50,9
8
P3
120,9
9
P4
110
10
·         Pengamatan 2
Perlakuan
Tinggi tanam
Jumlah daun
P0
91
7
P1
61,2
7
P2
52,2
8
P3
121,3
9
P4
111
10
·         Pengamatan 3
Perlakuan
Tinggi tanam
Jumlah daun
P0
91
8
P1
61
6
P2
52,3
6
P3
122,1
9
P4
112
11
·         Pengamatan 4
Perlakuan
Tinggi tanam
Jumlah daun
P0
92,1
7
P1
62,2
7
P2
53,4
8
P3
123,3
9
P4
112,6
11
·         Pengamatan 5
Perlakuan
Tinggi tanam
Jumlah daun
P0
91,6
6
P1
63,1
6
P2
54,1
8
P3
123,9
9
P4
112,9
13

B.     Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan data yang dilakukan, terlihat pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman yang sangat minim. Tanaman seperti tidak meninggi walaupun telah diberi pemupukan. Sebenarnya pemupukan akan berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman kopi secara keseluruahan. Jika dilihat dari dosis, pemberiannya sudah tepat, tidak kekurangan ataupun kelebihan. Kelemahhannya terdapat pada pemeliharaan tanaman yang tidak intensif, yaitu kesulitan dalam melakukan pemyiraman. Jika dilihat dengan seksama, terdapat penurunan tinggi tanaman kopi pada beberapa perlakuan. Hal ini terjadi karena terdapat tanaman yang patah, sehingga mempengaruhi tinggi tanaman selanjutnya. Tanaman kopi tidak tahan terhadap angin kencang, terlebih lagi bila musim kemarau karena angin mempertinggi penguapan air. Tetapi angin juga mempunyai peranan yang besar terhadap jenis kopi yang bersifat self steril. Pada umumnya tanaman kopi kurang menyukai sinar matahari secara langsung dalam jumlah yang banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur.
Pada variabel jumlah daun, hasil yang tidak konsisten tampak jelas antar perlakuan pemupukan. Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa kekeringan akibat tidak disiram secara teratur. Penyiraman yang tidak teratur terjadi karena lokasi penghambilan sumber air jauh, sedangkan medan areal penanaman kopi sangat sulit untuk dijangkau dengan membawa air untuk menyiram pertanaman. Oleh sebab itu kami sebagai praktikan, demi kelancaran jalannya acara praktikum sebaiknya Laboratorium menyediakan peralatan penyiraman dan lokasi sumber air yang layak dan terjangkau. Dengan adanya kekeringan, tanaman kopi mengalami penguapan yang begitu besar, padahal sedang menghadapi musim kemarau. Oleh sebab itu tanaman memilih untuk menggugurkan daun yang menyebabkan penurunan jumlah daun dari minggu ke minggu.
Hasil pembahasan terhadap kedua variabel di atas praktikan sajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :
Grafik 1. Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Kopi
Grafik 2. Grafik Pertambahan Daun Tanaman Kopi
V.  KESIMPULAN
1.      Pemupukan tanaman kopi diperlukan untuk menciptakan peluang tingginya tingkat pemanenan pertama dan menjaga stabilitas produk panen disamping meningkatkan resistensi dan toleransi tanaman kopi terhadap cekaman lingkungan.
2.      Pemupukan dapat meningkatkan tinggi tanaman kopi dan juga jumlah daun.
3.      Pengairan atau penyiraman yang tidak teratur dapat menyebabkan perlakuan pemupukan menjadi tidak berfungsi, karena tidak adanya pelarut hara yang dapat diserap tanaman.
4.      Kekeringan menyebabkan stagnasi pertumbuhan dengan dibuktikan oleh meranggasnya daun untuk mengurangi tingkat penguapan pada daun tanaman kopi.













ACARA V
PERLAKUAN BENIH SEBELUM DIKECAMBAHKAN TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KOPI (Coffea canephora)

       I.            PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan dengan spora tau benih.
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :
1.      Merupakana cara perbanyakan tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga ahali.
2.      biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama.
3.      memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru
4.      menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, banjir, dan tahan rebah.
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu :
1.      Kemurnian benih
Benih yang murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
ü        Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur dengan benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya.
ü        Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma
2.      Daya kecambah dan kecepatan kecambah
Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan dengan banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi akan berkecambah setelah 4-6 minggu. Sedangkan benih kopi untuk daya kecamabah10 – 15 hari.
3.      Kandungan air
Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya. Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas benih suatau tanaman.

b.      Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama pra-perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan kecambah kopi.




c.       Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Buah yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan alat pengupas kopi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung. Penurunan kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi terbaring yang dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih diberi perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari cabutan atau dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat digunakancampuran serbuk sabut kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah dengan sekam padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian pupuk selama di persemaian. Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3 bulan.
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Mutu bibit sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan dan material yang digunakan untuk memproduksi bibit di persemaian. Dalam memproduksi bibit tanaman hutan perlu menguasai teknik penanganan dan pemrosesan buah dan benih, penyimpanan dan viabilitas, dormansi dan perlakuan pendahuluan, Penaburan dan perkecambahan, penyapihan dan pemeliharaan tanaman selama di persemaian (penyiangan gulma/rumput, pemupukan dan pencegahan hama dan penyakit).
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik.

 III.            METODELOGI
a.       Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2009 samapi selesai yang dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
b.      Bahan dan Alat
Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk kandang, atap rumbia, tali rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, spidol,polibag/bak perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan sebagainya.
c.       Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan
Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A), terdiri dari
A0 = tanpa ekstraksi
A1= abu dapur
A2= abu alang-alang
A3= abu sekam padi/jerami padi
Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari :
                 Untuk kelompok I
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 4 jam
P2 = Direndam selama 8 jam
P3 = Direndam selam 12 jam
P4 = Direndam selam 16 jam
                Untuk kelompok II
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 12 jam
P2 = Direndam selama 18 jam
P3 = Direndam selam 24 jam
P4 = Direndam selam 30 jam
    Untuk kelompok III
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 16jam
P2 = Direndam selama 24 jam
P3 = Direndam selam 32 jam
P4 = Direndam selam 40 jam
Dari dua faktor tersebut diatas maka diperoleh 15  kombinasi perlakuaan, dan jumlah sampel untuk setiap kombinasi perlakuan adalah 3 buah benih.
d.      Cara kerja/pelaksanaan pekerjaan
·         Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2 sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.
·         Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm.
·         Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.
·         Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu
ü        Ambil buah kopi yang telah masak pada dompolan cabang bagian tengah, kupas kulitnya yang membungkus biji kopi dan hilangkan pulpnya sesuai denagn perlakuaan.
ü        Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu : campuran benih dengan abu yang telah diisikan
·         Benih yang telah dicuci bersih lalu dilanjutkan dengan perlakuaan perendaman dalam air sesuai dengan perlakuan masing-masing. Dalam memperlakukan perendaman ini, usahakan saat selesainya bersamaan yaitu dengan cara memperlakukan perendaman yang paling lam selanjutnya diikuti dengan perendaman lebih pendek waktunya dari yang sebelumnya.
·         Benih yang telah dilakukan, selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak tanam 3 x 2 cm. Petakan masing-masing perlakuaan dalam bak perkecambahan agar diacak, kemudian masing-masing perlakuan agar diberi label untuk memudahkan dalam pengamatan
·         Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.
·       Bersikan tempat perkecamabahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan menggunakan tangan secara hati-hati.
·       Amati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut, dan catat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan, pengamtan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan
·       Pada periode perkecambahan amatilah sifat-sifat tanaman seperti
ü        5 benih berkecambah
ü        Tinggi kecambah yang dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun
ü        Hitung berat basah masing-masing kecamabah pada masing-masing perlakuan
·         Pindahkan kecamabah yng telah ditukar tersebut kedalam polibag ukuran 10-15 cm yang telah diisi dengan media camapuran tanah :pasir:pupuk. Dengan jumlah setiap perlakuan berjumlah 3 kecambah
·         Sembilan mingu setelah pemindahan kedalam polibag, amatilah terhadap sifat-sifat tanaman tersebut : tinggi tanaman, jumlah daun
·         Lakukan analisis keragaman terhadap pada data pengamtan sub j dan sub l tersebut sesuai dengan rancangan yang ada
·         Susunlah laporan sesuai dengan hasil yang diperolah, sesuai dengan petunjuk yang diberikan

 IV.            HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
A.    RATA-RATA PERSENTASE BENIH BERKECAMBAH
Rata-Rata Berkecambah                     = 10
Jumlah yang dikecambahkan              = 30
Persentase Benih Berkecambah          = 10/30 x 100 % = 33,33 %

B.     TINGGI KECAMBAH KOPI
Perlakuan
Rata-rata tinggi kecambah (cm)
Total
Rata-rata

I
II


Po      A1
0

0
0
           A2
2

2
1
           A3
0
0,5
0,5
0,25
P1      A1
2
6,5
8,5
4,25
          A2
4,5
0,7
5,2
2,6
          A3
2
1
3
1,5
P2     A1
1

1
0,5
         A2
2,5

2,5
1,25
         A3
4

4
2
P3    A1
1,4

1,4
0,7
        A2
3
0,4
3,4
1,7
        A3
1

1
0,5
P4    A1
3,5

3,5
1,75
        A2
2,5

2,5
1,25
        A3
2
0,5
2,5
1,25
TOTAL
31,4
9,6
41
20,5
RATA-RATA
2,09
0,64
2,73
1,37
 ket : perlakuan P= 5, A = 3, U = 2

Tabel bantu P x A

Po
P1
P2
P3
P4
Total
Rata-rat
A1
0
8,5
1
1,4
3,5
14,4
2,88
A2
2
5,2
2,5
3,4
2,5
15,6
3,12
A3
0,5
3
4
1
2,5
11
2,2
Total
2,5
16,7
7,5
5,8
8,5
41

Rata-rata
0,83
5,57
2,5
1,93
2,83



·         FK = 56,03
·         JK blok = 15,84
·         JK perlakuan = 18, 52
·         JK A = 1,14
·         JK P = 18,52
·         JK P x A = 11,84
·         JK total = 78, 33
·         JK galat = 30, 99
TABEL ANAVA
SR
Db
Jk
Kt
F hit
F tabel
5 %
1 %
Blok
1
15,84
15,84
7,18*
4,8
8,86
Per
14
31,5
2,25
1,02ns
2,48
3,70
P
4
18,52
4,63
2,09ns
3,11
5,56
A
2
1,14
0,57
0,26ns
3,74
6,51
P x A
8
11,84
1,48
0,67ns
2,7
4,14
Galat
14
30,99
2,21



Total
29
78,33






C.    TINGGI BIBIT KOPI
Perlakuan
Rata-rata tinggi bibit (cm)
Total
Rata-rata
I
II
Po      A1
2
2
4
2
           A2
4,5
1
5,5
2,75
           A3
1,5
3,2
4,7
2,35
P1      A1
3
8
11
5,5
          A2
5
2,5
7,5
3,75
          A3
4
3
7
3,5
P2     A1
2
1
3
1,5
         A2
4
1
5
2,5
         A3
6
4
10
5
P3    A1
2
1,7
3,7
1,85
        A2
6
2
8
4
        A3
3
1,9
4,9
2,45
P4    A1
5
2
7
3,5
        A2
4,2
3,2
7,4
3,7
        A3
3
4
7
3,5
TOTAL
55,2
40,5
95,7
47,85
RATA-RATA
3,68
2,7
6,38
3,19

Tabel bantu P x A

Po
P1
P2
P3
P4
Total
Rata-rata
A1
4
11
3
3,7
7
28,7
5,74
A2
5,5
7,5
5
8
7,4
33,4
6,68
A3
4,7
7
10
4,9
7
33,6
6,72
Total
14,2
25,5
18
16,6
21,4
95,7

Rata-rata
4,73
8,5
6
5,53
7,13




·         FK = 56,03
·         JK blok = 15,84
·         JK perlakuan = 18, 52
·         JK A = 1,14
·         JK P = 18,52
·         JK P x A = 11,84
·         JK total = 78, 33
·         JK galat = 30, 99

TABEL ANAVA
SR
db
JK
KT
F hit
F tabel
5 %
1 %
Blok
1
7,203
7,203
2,677ns
4,8
8,86
Per
14
36,242
2,589
0,963ns
2,48
3,70
P
4
12,452
3,238
1,204ns
3,11
5,56
A
2
1,538
0,769
0,286ns
3,74
6,51
P x A
8
21,752
2,719
1,011ns
2,7
4,14
Galat
14
37,642
2,689



Total
29
81,087







    V.            PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil yang keseluruhannya tidak berpengaruh terhadap variabel tinggi kecambah dan tinggi bibit tanaman kopi. Perlakuan ekstraksi yang dilakukan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi dilihat dari tinggi kecambah dan tinggi bibit tanaman kopi. Ekstraksi yang dilakukan sebenarnya dilakukan untuk menghilangkan lapisan pulp yang dapat menghambat perkecambahan tanaman kopi tersebut. Lapisan ini mengandung zat yang dapat mengurangi efektifitas perkecambahan, sehingga harus dihilangkan terlebih dahulu. Persentase benih yang berkecambah hanya sebesar 33,33%
Dari analisis yang dilakukan pada variabel tinggi kecambah didapat hasil yang signifikan dan merupakan satu-satunya data yang signifikan, yaitu pada blok. Hal ini berarti pemakaian media ekstraksi tidak berpengaruh terhadap perkecambahan tanaman kopi, namun blok yang berpengaruh nyata terhadap tanaman kopi. Dalam hal ini kondisi lapangan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi pada blok-blok yang berbeda. Kondisi lapangan mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau kecambah kopi.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hal tersebut. Pertama dapat disebabkan bahwa blok-blok tersebut tidak mendapatkan persebaran cahaya yang tidak merata, atau yang lainnya karena kondisi blok yang memiliki kandungan air yanbg berbeda-beda. Beberapa hal ini menyebabkan pertumbuhan kopi menjadi optimal sehingga melejitkan variabel pertumbuhan tanaman kopi.
Dengan hasil analisis yang telah didapatkan, berhubung data yang ditampilkan adalah tidak berbeda nyta maka data tidak perlu dilanjutkan untuk analisis lanjut atau uji lanjut baik secara BNT maupun DMRT. Sebab tidak perlu dicari perlakuan mana yang terbaik untuk memperlakukan benih sebelum dikecambahkan atau ditanam, karena seluruh data yang ditampilkan tidak berbeda nyata dan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi.



 VI.            KESIMPULAN
1.      Benih perlu diperlakukan sebelum dikecambahkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi.
2.      Perlakuan ekstraksi benih yang diberikan hanya mampu meningkatkan persentase benih berkecambah sebesar 33,33%
3.      Perlakuan ekstraksi tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kopi dari variabel tinggi kecambah dan tinggi bibit kopi.
4.      Blok memberikan hasil yang berbeda nyata, hal ini disebabkan karena lingkungan tumbuh memberikan pengaruh yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman kopi.








ACARA VI
PENGARUH MEDIA EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN COKLAT (Thebroma cacao)

       I.            PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Lambangnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Bahwa lambatnya penurunan daya kecambah benih coklat selama masih ada dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotik menghalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstaraksi untuk mempercepat perkecambahan, adapun media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan lain-lain.

b.      Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat.

c.       Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih coklat dan ekstraksi yang tepat untuk benih coklat.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Buah yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan berbagai media ekstraksi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung. Penurunan kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi terbaring yang dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih diberi perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari cabutan atau dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat digunakancampuran serbuk sabut kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah dengan sekam padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian pupuk selama di persemaian. Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3 bulan.
Biji/ benih coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung dikecambahkan.
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan.
 Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakaoLambatnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan.

   III.           METODELOGI
a.       Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2009 sampai selesai yang dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
b.      Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu alang-alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan, pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan.
c.       Metode pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Percobaan/praktikum ini disusun dengan pola dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang diulang 4 kali yang menggunakan faktor tunggal yaitu M1 = media ekstraksi serbuk gergaji, M2 media ekstraksi abu dapur, M3 = sekam M4 = tanpa media ekstraksi. Masing-masing kelompok ulangan.
d.     Cara kerja
1.      Persiapan benih
·         Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau, kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian pangkal), untuk praktikum ini hanya diambil bagian tengahnya saja.
·         Benih kemudian diekstraksi sesuai dengan : Media ekstraksi gergaji (SB), media ekstraksi abu dapur (AD), media ekstraksi sekam padi (SP), tanpa media ekstraksi (TE)
·         Persiapan tanah :
ü        Campurkan tanh dengan pupuk kandang perbandingan 1:1
ü        Masukkan campuran tanah dan pupk kandang tersebut kedalam polibag sehingga ketinggian media 1-2 cm dari atas bibir polibag.
·         Persiapan tanam dan penanaman
ü        Benih yang tealah diekstraksi tersebut ditanam pada media dalam polibag, dengan cara membenankan 2/3 bagian benih
ü        Setiap kelompok mengamati lima (5) benih dari masing-masing perlakuan media ekstraksi
ü        Setiap kelompok merupakan ulangan dari kelompok lain
ü        Benih yang ditanam dalam polibag disusun bawah naungan
ü        Berikan dithen M-45 dengan cara direndam selam 2 menit (5 mg/air)
2.      Pengamatan
a.       Pengamatn dilakukan setiap minggu sejak penanaman (kecuali variabel persentase benih berkecambah dan umur berkecambah)
b.      Variabel yang diamati meliputi
o   Persentase benih berkecambah, diamati 10 hari setelah penanaman benih
o   Umur berkecambah, diamati setiap hari, apabila 4 benih sudah berkecambah maka hal tersebut merupakan umur berkecambah
o   Tinggi tanaman/bibit, diukur setela tanaman berumur 1,5 bulan
o   Jumlah daun, diukur setelah tanaman berumur 1,5 bulan
o   Diameter batang, diukur setelah tanaman berumur 1,5 bulan (diukur mulai dari 1 cm pada pangkal batang).

 IV.            HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

·         PERSENTASE BENIH BERKECAMBAH

Rata-Rata Berkecambah                     = 35
Jumlah yang dikecambahkan              = 60
Persentase Benih Berkecambah          = 35/60 x 100 %
= 58,33 %
·         JUMLAH DAUN
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
U1
U2
U3
U4
U5
MO
6
4,2
2
2,4
0
14,6
2,92
M1
2,2
2,6
1
3,6
2
11,4
2,8
M2
1
1,4
2
1,6
0,8
6,8
1,36
M3
1
4,8
3,6
4,2
3
16,6
3,32
Total
10,2
13
8,6
11,8
5,8
49,4
10,4
Rata-rata
2,55
9,25
2,15
2,95
1,45
12,35
2,6

Keterangan Perlakuan (M) = 4
                        Ulangan (U) = 5
·         fk = 122,018
·         Jk perlakuan = 10,966
·         Jk total = 44,742
·         Jk galat = 33,776

Tabel Anava
SR
Db
Jk
Kt
F hit
F tabel
5 %
1 %
Perlakuan
3
10,966
3,655
1,731 ns
3,29
5,42
Galat
16
33,776
2,111



Total
19
44,742





·         TINGGI TANAMAN

Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
U1
U2
U3
U4
U5
MO
8,3
12,5
5,2
7,5
0
33,5
6,7
M1
16,7
10,9
7,8
19.5
18,7
73,6
14,72
M2
5,9
6,9
13,4
10.2
3,4
39,8
7,96
M3
12
25
18,7
19.3
16
91
18,2
Total
42,9
55,3
45,1
56,5
38,1
237,9
47,58
Rata-rata
10,72
13,82
11,27
14,12
9,52
59,47
11,89
·         Fk = 2829,82
·         Jk perlakuan = 451,03
·         Jk total = 791,85
·         Jk galat = 340,82

Tabel Anava
SR
Db
Jk
Kt
F hit
F tabel
5 %
1 %
Perlakuan
3
451.03
150,34
7,06*
3,29
5,42
Galat
16
340,82
21,30



Total
19
791,85






Rata-rata
Notasi
M0
a
M2
ab
M1
bc
M3
c

 
Uji lanjut
Bnt 5 % : t 5% √2 kt galat
                                    R
                : 2,120 √2 (21,3)
                                    4
                : 2,120 x 3,26
                : 6,918


·         DIAMETER BATANG
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
U1
U2
U3
U4
U5
MO
0,2
0,3
0,4
0,16
0
1,06
0,21
M1
0,46
0,28
0,28
0,34
1,34
1,7
0,34
M2
0,2
0,14
0,2
0,06
0,06
0,92
0,18
M3
0,18
0,34
0,34
0,24
0,24
1,52
0,3
Total
1,08
1,06
1,22
0,64
0,64
5,2
1,03
Rata-rata
0,27
0,26
0,3
0,16
0,16
1,3
0,26

·         Fk = 1,352
·         Jk perlakuan = 0,082
·         Jk total = 0,266
·         Jk galat = 0,184

Tabel Anava
SR
Db
Jk
Kt
F hit
F tabel
5 %
1 %
Perlakuan
3
0,082
0,027
2,25ns
3,29
5,42
Galat
16
0,184
0,012



Total
19
0,266





    V.            PEMBAHASAN
Perlakuan ekstraksi merupakan usaha untuk mempercepat pertumbuhan kecambah tanaman kakao. Ekstraksi dimaksudkan untuk membuang lapisan pulp yang melapisi benih tanaman sehingga dapat mengganggu jalannya proses perkecambahan. Hal ini disebabkan karena lapisan pulp merupakan zat yang dapat mempengaruhi keadaan pH benih sehingga mempengaruhi reaksi metabolisme dan fisiologis yang ada di dalam benih tanaman kakao. Laipsan ini juga mengandung sukrosa yang tinggi sehingga dapat memancing datangnya semut yang dapat merusak benih.
Dari hasil yang didapatkan, perlakuan benih sebelum dikecambahkan dengan menggunakan media ekstraksi dapat meningkatkan persentase pertumbmbuhan tanaman kakao sebesar 58,33%. Biji yang diambil untuk dijadikan benih adalah biji yang berada di bagian tengah buah, yaitu 1/3 dari buah yang ada, sehingga masing-masing 1/3 bagian di ujung dan pangkal buah tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil pertumbuhan kecambah kakao yang seragam, karena tingkat kematangan fisiologis yang hampir sama antar benih kakao.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data dengan menggunakan RAKL didapatkan bahwa pemakaian media ekstraksi pada tanaman kakao sebelum dikecambahkan menyebabkan pengaruh yang tidak nyata pada variabel tinggi tanaman dan diameter batang tanaman kakao. Sedangkan untuk variabel jumlah daun, pemakaian media ekstraksi sebelum benih dikecambahkan mengakibatkan pengaruh yang nyata berbeda pada pertumbuhan tanaman kakao.
Pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi dan diameter batang tanaman kakao lebih disebabkan kepada faktor eksternal dimana kurangnya perawatan terhadap pertanaman kakao, sehingga hasil pertumbuhannya tidak optimal dan tidak dapat menggambarkan pengaruh pemakaian media ekstraksi terhadap benih tanaman kakao. Perawatan yang kurang terutama terjadi pada saat penyiraman yang sangat tidak teratur dilakukan, yakni hanya mengandalkan air hujan yang jatuh. Untuk mengambil air dan menyiram pertanaman sebenarnya telah dilakukan, namun karena sulitnya menjangkau sumber air dan medan lahan yang cukup terjal, membuat usaha ini tidak berjalan dengan semestinya.
Data yang berbeda nyata yaitu jumlah daun selanjutnya dianalisis dengan uji lanjut BNT dengan taraf 5% dengan tujuan untuk mendapatkan perlakuan yang terbaik untuk mempengaruhi pertumbuhan daun tanaman kakao. Dari hasil data yang dilakukan didapatkan bahwa perlakuan M3 (media ekstraksi dapur) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan daun tanaman kakao.


 VI.            KESIMPULAN
1.      Pemakaian media ekstraksi pada benih kakao diberikan dengan maksud untuk menghilangkan lapisan pulp yang dapat menghambat perkecambahan tanaman kakao.
2.      Pemakaian media ekstraksi secara keseluruhan dapat meningkatkan persentasae perkecambahan benih kakao sebesar 58,33%.
3.      Pemakaian media ekstraksi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman kakao dilihat dari variabel tinggi dan diameter batang tanaman kakao.
4.      Pemakaian media ekstraksi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao.
5.      Dari hasil uji lanjut yang dilakukan terlihat bahwa pemakaian media ekstraksi dengan menggunakan abu dapur mampu menyebabkan pengaruh yang berbeda nyata.












ACARA VII
KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN BATANG ATAS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)
       I.            PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Okulasi berasal dari bahasa Belanda “Okulatif” atau dalam bahasa Inggeris disebut “Budding” yaitu penempelan satu mata tunas (bud) sebagai batang atas kepada batang bawah, sehingga terbentuk kombinasi tanaman baru.
Tanaman hasil okulasi memilki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan perbanyakan stek atau cangkok, yaiatu : Perakaran kuat, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan kualitas dan kuantitas hasil baik. Sedangkan kelemahan okulasi adalah tingkat keberhasilannya rendah, bila dilakukan okulasi terhadap spesies yang berbeda, sebab antara batang atas dan batang bawah terdapat perbedaan fisiologis. Disampinh itu untuk tanaman-tanaman yang mengandung kadar ketah tinggi seperti nagngka, manggis, sawo dan duku tingkat keberhasilannya juga rendah.
Teknik okulasi dapat dibedakan menjadi empat bagain yaitu : Okulasi T, Okulasi Fokert, Okulasi Hukum, dan okulasi Segi empat. Dalam hal ini okulasi kompabilitas atau kesesuaian batang atas dan batang bawah merupakan hal yang diperlu diketahui, hal ini akan berdampak terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tersebut.
Dalam melakukan okulais kompabilitas atau kesesuaian batang atas dan batang bawah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini akan berdampak terhadap pertumbuhan hasil tanaman tersebut.

b.      Tujuan Praktikum
Mengetahui kompabilitasi batang bawah yang berasal dari biji enam klon karet dengan dua klon sebagai entres.

c.       Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara kompatibilasi okulasi beberapa batang bawah dengan batang atas tanaman karet.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman unggul hasil okulasi umumnya dihasilkan dari pengelolaan intensif kebun entres. Bahan tanaman ini umumnya sangat mahal bagi kebanyakan petani dan juga tidak tersedia di lokasi petani, walaupun harganya terjangkau. Beberapa petani di Desa Lubuk Bandung di Sumatera Selatan, setelah mengetahui keuntungan yang didapat dari tanaman klon dan cara mengokulasi, mengembangkan sendiri teknik okulasi langsung. Teknik ini  lebih murah dibandingkan dengan membeli okulasi mata tidur, meskipun tenaga okulator harus didatangkan dan mempunyai keuntungan ekologis sebagaimana yang diterangkan oleh petani selama wawancara pengetahuan lokal dengan menggunakan metode KBS (knowledge-based  system). Dibandingkan dengan okulasi tanaman di pembibitan, okulasi langsung dapat menghasilkan tanaman.
Jenis klon karet unggul yang dianjurkan untuk sistem wanatani karet di daerah Sumatera dan  alimantan adalah PB 260, RRIC 100, BPM 1 dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon karet tersebut memberikan hasil yang baik pertumbuhan batang yang cepat, dan dapat diadaptasikan ke dalam kondisi perkebunan rakyat, yang kondisi pengelolaannya tidak sebaik perkebunan Semua jenis klon tersebut memunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit daun Colletotrichum kecuali BPM 24 dan toleran terhadap penyadapan yang kasar yang tumbuh lebih cepat, terutama selama musim kemarau. Walaupun teknik okulasi langsung di lapangan bukan baru, petani di Desa Lubuk Bandung telah mengamati bahwa keberhasilan okulasi langsung dapat ditingkatkan dengan beberapa perhatian khusus.
Adalah sangat nyata bahwa petani karet telah mengembangkan inovasi untuk memecahkan masalah utama seperti masalah finansial dan keterbatasan lahan. Pengetahuan para petani yang telah dikumpulkan dalam suatu proses adalah sumber bagi apa yang relevan bukan hanya bagi petani, namun juga bagi penurunan kualitas lingkungan. Pengetahuan lokal dan inovasi juga memberikan potensi nyata untuk penelitian dan pengembangan kebun karet rakyat di masa datang.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan untuk  memperbaiki keberhasilan okulasi langsung :
• Pupuk batang bawah satu bulan sebelum diokulasi.
• Pelihara keseragaman batang bawah di kebun.
• Siang batang bawah sebelum diokulasi, sehingga  mengurangi kompetisi, dan mengurangi kelembaban  disekelilingnya
• Pilih batang bawah yang kuat dan sehat dimana payung  daun terakhir seluruhnya sudah tua.
• Okulasi pada awal dan akhir musim hujan.
• Jangan mengokulasi batang bawah dengan payung daun  muda.
• Jangan mengokulasi batang bawah yang masih basah.
• Jangan mengokulasi pada musim sangat kering atau  sangat basah.
Karet yang belum tumbuh dan yang tidak tumbuh kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, mata entres yang digunakan bukan mata entres daun. Kedua, bibit batang bawah yang digunakan berakar serabut/ berkulit tipis; ketiga, petani tidak menggunakan perangsang pertumbuhan akar; keempat, petani tidak melakukan penyiraman secara teratur (sekali sehari) atau kelebihan air pada saat penyiraman yang menyebabkan terjadinya genangan air di polibag; dan kelima, bibit terserang hama dan penyakit. Selain itu, media tumbuh yang hanya mengandalkan tanah (terutama jika menggunakan tanah lapisan bawah) dan tidak menggunakan pupuk organik juga dapat menyebabkan kegagalan tumbuh bibit karet.
Ritung, dkk (2007) menyebutkan, beberapa faktor pembatas pertumbuhan karet adalah genangan, rendahnya kesuburan tanah, dan drainase yang tidak berjalan dengan baik. Selain itu, faktor lain adalah suhu udara yang terlalu tinggi/ rendah, kurangnya ketersediaan oksigen dalam tanah, serta penyiapan tanah yang kurang baik. Lebih lanjut dijelaskan, karet akan bertumbuh dengan baik jika kesuburan tanah memadai, drainase berjalan baik, suhu udara (260C-360C), curah hujan 2.500 mm – 3.500 mm per tahun, dan ketersediaan oksigen di dalam tanah yang cukup memadai. Sementara itu, Setiawan dan Andoko (2005) menyatakan, anakan (bibit) karet mengalami kematian karena serangan berbagai macam hama seperti tikus, belalang/ serangga, siput, uret tanah, rayap dan kutu, monyet, dan babi hutan.


 III.            METODELOGI
a.      Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2009 sampai selesai yang dilaksanakan di kebun pak Imron yang berlokasi di Sukarami, Pagar Dewa Bengkulu.

b.      Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah GT-1, PR-300, AVROS-2037, RRIM-600, klon lokal Bengkulu yaitu Cenggeri 1 dan 2 sebagai batang bawah dan BPM-1, PBM-26 sebagai batang atas. Selain itu juga digunakan plastik pembungkus es sebagai pengikat hasil okulasi dan vaselin, pisau okulasi, kertas label, dan polibag.  
c.       Metode pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Percobaan/praktikum ini disusun dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah batang atas yang terdiri dari dua klon, dan faktor kedua adalah batang bawah yang terdiri dari enam (6) biji klon : adapun faktor 1 batang atas terdiri dari A1 = BPM-1, A2 = PBM-26. Faktor batang bawah terdiri dari : B1 = GT-1, B2 = PR-300, B3 = AVROS-2037, B4 = RRIM-600, B5 = Lokal Cenggeri 1, dan B6= Lokal Cenggeri 2.
Setiap kombinasi perlakuaan terdapat 1 bibit karet, sedangkan kelompok lain merupakan ulangan (4 ulangan).
d.      Cara kerja
Teknik okulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat. Tahapan okulasi segi empat adalah sebagai berikut :
·         Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit yang telah diiris tersebut dikelupaskan dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak mengering.
·         Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi ukurannya sedikit labih kecil.
·         Selanjutnya mata tunas ditempelkan pada batang bawah, pada bagian luka dioles dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.
·         Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.
e.       Variabel yang diamati meliputi
Dilakukan samapai akhir percobaan (2 bulan), yang meliputi :
o   Persentasi okulasi (%)
o   Panjang tunas (mm)
o   Jumlah daun (helai)
o   Diameter tunas (mm)

 IV.            HASIL PENGAMTAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang diadakan, didapatkan persentase keberhasilan yang nihil, artinya tidak ada okulasi yang berhasil dilakukan. Hal ini disebabkan karena praktikan yang kurang lihai dalam melakukan teknik okulasi. Faktor lain disebabkan karena okulasi dilakukan pada musim kemarau. Selanjutnya, kompatibilitas batang atas dengan bawah yang rendah sebab berasal dari varietas yang berbeda, sehingga secara fisiologis berbeda dan juga ditambah karena fakta bahwa tanaman bergetah sangat sulit untuk diokulasi. Dengan ketidakberhasilan teknik ini, analisis data terhadap panjang tunas, jumlah daun, dan diameter tunas tidak dapat dianalisis. Jikapun ada data yang menyebautkan okulasi masih hidup, pertumbuhannya stagnan dengan ditunjukkan tidak adanya tunas yang keluar, atau dengan kata lain tidak didukung oleh ketersediaan air (kemarau).
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
- Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi.
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah berumur 8-18 bulan diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah 2,5-4 cm. Warna kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.
2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung yang berwarna hijau.
3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3 bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu entres hijau muda sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik (csale bud.Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun okulsi coklat.
Teknik Mengokulasi :
1. Membuat Jendela Okulasi
Ukuran jendela disesuaikan dengan perisai dan besarnya batang bawah. Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat ukuran jendela (¾ - 1) cm x (3 – 4) cm.Torehan membujur dapat dimulai daribawah atau dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka kebawah atau juga sebaliknya.Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan.Setelah ditoreh akan keluar lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum jendela dibuka.
2. Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang sehat, segar dan mudah dikupas.Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian kayu, bentuk perisai yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela okulasi. Pengambilan mata okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan pemulihan luka lambat.Untuk melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya mata tetap menempel pada kulit.Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan kambium jangan sampai terkena tangan atau kotoran.Perisai yang telah dibuat harus segera diselipkan ke jendela okulasi.
3. Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi dibuka denga cara menarik bibir jendela okulasi.Perisai diselipkan dibawah jendela okulasi dan dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam keadaan perisai terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan salah satu sisi perisai berimpit dengan jendela okulasi.Pembalutan dimulai dari torehan melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm. Akhir ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai bergeser.
4. Pemeriksaan Hasil Okulasi
Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut.Okulasi yang gagal diberi tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan untuk memudahkan okulasi janda.Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama.

    V.            KESIMPULAN
1.      Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan secara vegetatif yang memungkinkan diperolehnya tanaman yang kuat dengan menggabungkan dua sifat unggul tanaman.
2.      Kegagalan dalam mengokulasi dapat disebabkan karena kompatibilitas batang atas dan bawah yang tidak sesuai, okulasi pada musim kemarau, ikatan plastik yang tidak kuat, jendela dan entress yang kotor, dan juga karena kekuranglihaian orang yang melakukan okulasi.
3.      Keberhasilan teknik okulasi pada tanaman bergetah relatif rendah

ACARA VIII
PEMELIHARAAN TANAMAN KAKAO SEBELUM MENGHASILKAN MENGGUNAKAN UREA, SP-36 SERTA KCL

       I.            PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Salah satu aspek budidaya tanaman tahunan yang perlu mendapatkan perhatian dalam budidaya tanaman adalah pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan, penagturan naungan dan pemupukan.
Tanaman muda yang baru dipindahkan ke lapangan perlu adaptasi baik terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi intern bibi itu sendiri. Permasalahan yang sering timbul adalah terjadinya stagni bibit setelah dipindahkam ke lapangan. Untuk itu pemeliharaan dan perwatan tanaman muda pada budidaya tanaman tahunan perlu mendapatkan perhatian yang serius agar tanaman dapat tumbuh normal sehingga akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang optimal.
Untuk memperolah tanaman yang tumbuh cepat, sehat dan berproduksi tinggi, pemupukan secara tepat dan teratur merupakan tindakan kultur teknis yang perlu dilakukan, baik berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Salah satu usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu melakukan pemupukan dengan pupuk kandang. Dikatakan bahwa walaupun kandungan hara pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, porositas dan daya penahan air tanah. Komposisi pupuk kandang dengan tanah yang digunakan dalam pembibitan antara satu jenis dengan jenis yang lainnya sangat bervariasi, demikian juga dalm penggunaan salah satu jenis pupuk kandang.
Selain pupuk organik, untuk menambah unsur hara di dalam tanah dapat juga digunakan pupuk organik. Urea merupakan pupuk anorganik dengan kadar Nitrogen 46%. Keuntungan pupuk urea dalah kandungan Nnya yang tinggi yang sangat dibutuhkan oleh bibit untuk pertumbuhan vegetataif, sedankan kelemahan adalah bahwa di dalam tanah urea mudah berobah menjadi amoniak dan karbodioksida dan urea bisa menybabakan kematian pada bibit.

b.      Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan mengetahui pengaruh pupuk kandang dan dosi anoraganik terhadap pertumbuhan tanaman kopi dan kakao sebelum menghasilkan.
c.       Manfaat yang Diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami dapat mengetahui dosis pupuk dan cara pemupukan yang baik dalam pemeliharaan tanaman kopi dan kakao sebelum menghasilkan.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan tanaman kakao merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dalam meningkatkan produksi buah kakao di Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan sebagian besar lahan pertanaman kakao di Sultra memiliki base kesuburan lahan yang sangat beragam dan umumnya tergolong lahan yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat rendah sampai sedang. Selanjutnya berdasarkan hasil survei kesuburan tanah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanaman kakao di Kabupaten Kolaka memiliki status bahan organik yang sangat rendah. Selain itu penanaman tanaman kakao yang dilakukan oleh masyarakat seringkali mengabaikan pertimbangan konservasi lahan akibatnya proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat setiap tahunnya.
Dengan demikian salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah pentingnya memperbaiki base kesuburan lahan melalui penambahan unsur hara lewat pemupukan. Masalahnya adalah rujukan pemupukan yang tersedia selama ini masih sangat umum, padahal kondisi di lapangan sangat bervariasi utamanya ditinjau dari aspek kesuburan lahan. Belum lagi aspek-aspek lainnya seperti kondisi iklim dan tingkat pengelolaan serta aspek sosial ekonomi. Hal ini semua memberikan dampak terjadinya kesinambungan produksi kakao di Sultra. Tujuan. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pemupukan spesifik lokasi pada tanaman kakao pada sentra tanaman kakao di Sulawesi Tenggara.
Ada beberapa acuan dalam pemupukan kakao. Adapun rujukan pemupukan kakao yang berumur lebih dari 4-10 tahun adalah 220 g Urea, 180 g SP-36, 170 g KCl dan 180 g kapur dolomit per tanaman. Waktu aplikasi pemupukan adalah 2 kali yaitu pada awal dan akhir musim penghujan.
Berikutnya paket teknologi peralihan antara teknologi hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan teknologi ditingkat petani, dengan formulasi 250 g Urea, 250 g SP-36 dan 180 g KCl/pohon dan 10 kg pupuk kandang/pohon. Waktu aplikasi pemupukan adalah 2 kali yaitu pada awal musim penghujan dan akhir musim penghujan.
Terakhir paket teknologi yang selama ini diterapkan oleh petani dengan formulasi 100 g Urea, 50 g SP-36 dan 50 g KCl/pohon. Waktu aplikasinya satu (1) kali.
Hasil karakteristik lahan pada lahan Ultisol (seperti lahan praktikum) menujukkan bahwa tanah di lokasi penelitian termasuk bertekstur lempung liat berdebu dan reaksi tanah (pH) sebesar 4,03 (kategori sangat masam). Hal ini berarti penting penambahan kapur dalam bentuk kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) untuk meningkatkan pH tanah. Apalagi hasil analisa kandungan basa-basa tukar Ca dan Mg memang pada kategori sangat rendah. Selain itu penting penambahan bahan organik dalam bentuk pupuk kandang atau pengembalian limbah hasil panen sehingga mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang juga masih pada kategori sangat rendah sampai rendah.
Selanjutnya kandungan P2O5 dan K2O potensial yang diekstrak dengan HCl25% berada pada kategori rendah, demikian pula kandungan P2O5 dan K2O yang tersedia pada kategori sangat rendah. Hal ini disebabkan reaksi tanah yang sangat masam menyebabkan beberapa unsur makro utamanya N, P dan K menjadi tidak dapat tersedia bagi tanaman karena tertekan oleh unsur mikro seperti Al dan Fe. Selain itu tingginya retensi P turut memberikan kontribusi terhadap rendahnya yang mampu tersedia bagi tanaman. Selanjutnya rendahnya kandungan basa-basa tukar (Ca, Mg, K dan Na) menyebabkan rendahnya Kapasitas Tukar kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB).
Percobaan pemupukan kalium lewat daun telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, untuk mempelajari pengaruhnya terhadap pembungaan dan pembuahan kakao. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian pupuk lewat daun lebih efektif dan respons tanaman lebih cepat dalam meningkatkan pembentukan bunga baru, sebaliknya pemberian pupuk lewat tanah pengaruhnya lebih lambat. Pemupukan kalium lewat daun disertai pemupukan kalium lewat tanah lebih efektif dalam bentuk KNO3 daripada dalam bentuk KCl dalam meningkatkan pembentukan bunga baru. Meskipun pemupukan K lewat daun meningkatkan pembentukan bunga baru, namun tidak berpengaruh terhadap pembentukan pentil baru, sebaliknya dosis aplikasi kalium lewat tanah mampu meningkatkan pembentukan pentil baru secara nyata.

 III.            METODELOGI
a.     Bahan dan alat
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pupuk kandang (kotoran sapi), Urea, Sp-36, KCL, ayakan tanah 0,5 cm. Alat yang digunakan seperti cangkul, gunting, setek, cetok, gembor plastik.
b.      Metode pelaksanaan/Rancangan Percobaan
Praktikum ini dilakukan secara berkelompok terdiri dari 2 faktor dengan menggunakan pola dasar Acak Kelompok Lengkap (RAKL), dengan tiga ulangan sebai bloknya adapun faktor sebagainya adalah
Kelompok I, melakukan perlakuan :
P1            = tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang diberikan dengan cara tugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P2            = tanamanan tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang diberikan dengan cara disebar secara melingkar dibawah tajuk pohon terluar.
P3            =  tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang diberikan dengan cara ditugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P4            = tanamanan tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang diberikan dengan cara disebar secara melingkar.
Kelompok II, melakukan perlakuaan :
P1            = tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang diberikan dengan cara tugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P2            = tanamanan tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang diberikan dengan cara disebar secara melingkar dibawah tajuk pohon terluar.
P3            =  tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang diberikan dengan cara ditugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P4            = tanamanan tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang diberikan dengan cara disebar secara melingkar

Kelompok III, melakukan perlakuan :
P1            = tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang diberikan dengan cara tugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P2            = tanamanan tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang diberikan dengan cara disebar secara melingkar dibawah tajuk pohon terluar.
P3            =  tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang diberikan dengan cara ditugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P4            = tanamanan tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang diberikan dengan cara disebar secara melingkar
c.       Cara kerja
1.      Timbang pupuk anorganik (urea, sp-36 dan kcl) yang akan digunakan (di laboraterimu) sebelum dibawa ke lahan pertanaman.
2.      Tentukan tanaman yang akan diperlukan, dan diusahkan letaknya berdekatan
3.      Buat piringan tanaman yang akan diperlukan dengan lebar piringan sekitar 1 meter dari batang pokok
4.      Ukur terhadap viabilitas ; tinggi tanaman, jumlah pelepah, kenampakan tanaman 9sebelum perlakuaan)
5.      Beri perlajuan pupuk sesuai dengan masing-masing kelompok
6.      Buatlah label sesaui dengan perlakuan
7.      Pemeliharaan ; lakukan penyiraman setiap hari atau sesuai dengan kondisi yang ada, sambil dilakuakn pengamtan terhadap kemungkinan adanya serangan hama/penyakit, jika ada lakukan pengendalian gulma.
8.      sPengamtan : setelah tanaman berumur 2 bulan setelah tanaman, amati terhadap sifat-sifat tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah pelepah, kenampakan tanaman. Data yang dianalisi adalah merupakan data selisih antara pengamatan akhir dengan pengamtan awal (pertumbuhan).

 IV.            HASIL PENGAMATAN
A.    TINGGI TANAMAN KAKAO
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
U1
U2
D50  P1
1,75
6
6,75
3,37
         P2
10,75
8,75
19,5
9,75
         P3
14,5
13
27,5
13,75
         P4
12,75
23,75
36,5
18,25
D75  P1
0
3,73
3,73
1,86
         P2
4
9,6
13,6
6,8
         P3
0
2,67
2,67
1,33
         P4
5,33
3
8,33
4,16
D100 P1
15,8
9
24,8
12,4
          P2
1,06
6
7,06
3,53
          P3
16
2,6
18,6
9,3
          P4
5
0
5
2,5
TOTAL
86,94
88,1
175,04
87,52
RATA-RATA
7,24
7,34
14,58
7,29

TABEL BANTU D X P

P1
P2
P3
P4
Total
Rata-rata
D50
6,75
19,5
27,5
36,5
90,25
22,56
D75
3,73
13,6
2,67
8,33
28,33
7,08
D100
24,8
7,06
18,6
5
55,46
13,86
Total
35,28
40,16
48,77
49,83
175,04

Rata-rata
11,76
13,39
16,26
16,61



·         Fk = 1276,625067
·         Jk blok = 0,06
·         Jk perlakuan = 636,15
·         Jk P = 9,89
·         Jk D = 226,31
·         Jk P X D  = 399,95
·         jk total = 882,58
·         Jk galat = 246,37




Tabel anava
SR
Db
Jk
Kt
F hit
F tabel
5 %
1 %
Blok
1
0,06
0,06
0,003ns
4,84
9,65
Per
11
636,15
57,83
2,58ns
2,82
4,46
D
2
226,31
113,15
5,05*
3,98
7,2
P
3
9,89
3,3
0,15ns
3,59
6,22
D X P
6
399,95
66,66
3,00ns
3.09
5,07
Galat
11
246,37
22,4



Total
23
882,58





Uji lanjut

Rata-rata
Notasi
D75
a
D50
ab
D100
b

 
Bnt 5 % : t 5% √2 kt galat
                                    R
                : 2,20 √2 (27,4)
                                    2
                : 2,20 x 4,73
                : 10,417

B.     JUMLAH DAUN TANAMAN KAKAO
Perlakuan
Ulangan
Total
Rata-rata
U1
U2
D50  P1
9,33
0,75
10,08
5,04
         P2
4
4,75
8,75
4,37
         P3
8,25
4,75
13
6,5
         P4
6,75
6
12,75
6,37
D75  P1
5,6
0
5,6
2,8
         P2
0,5
14,4
14,9
7,45
         P3
0
4
4
2
         P4
6,5
4,5
11
5,5
D100 P1
8,75
9,25
18
9
          P2
3
0,25
3,25
1,62
          P3
2
20,25
22,25
11,125
          P4
0
3,25
3,25
1,62
TOTAL
54,68
72,15
126,83

RATA-RATA
4,56
6,01






TABEL BANTU D X P

P1
P2
P3
P4
Total
Rata-rata
D50
10,08
8,75
13
12,75
44,58
11,14
D75
5,6
14,9
14
11
45,5
11,37
D100
18
3,25
22,25
3,25
46,75
11,69
Total
33,68
26,9
49.25
27
126,83

Rata-rata
11,23
8,97
16,42
9




·         Fk = 670,24
·         Jk blok = 12,72
·         Jk perlakuan = 289,90
·         Jk D = 110,16
·         Jk P = 165,18
·         Jk D X P  = 14,56
·         jk total = 541,40
·         Jk galat = 238,78


TABEL ANAVA
SR
Db
Jk
Kt
F hit
F tabel
5 %
1 %
Blok
1
12,72
12,72
0,58ns
4,84
9,65
Per
11
289,90
26,35
1,21ns
2,82
4,46
D
3
165,18
55,08
2,54ns
3.59
6,22
P
2
110,16
2,43
2,54ns
3,98
7,2
D X P
6
14,56
21,71
0,11ns
3,09
5,07
Galat
11
238,78




Total
23
541,40





    V.            PEMBAHASAN
Pemupukan tanaman tahunan sebelum menghasilkan mutlak harus dilakukan untuk menjaga kondisi tanaman untuk tetap tumbuh dengan optimal, sehingga dapat meningkatkan hasil pada saat panen pertama dan dapat menjaga stabilitas hasil dari tanaman itu sendiri. Selain itu, pemupukan juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dan juga dapat meningkatkan daya resistensi atau toleransi tanaman terhadap penyakit dan hama.
Pemupukan yang dilakukan sebagian besar adalah pemupukan hara utama, yaitu N, P, dan K. pada perkebunan-perkebuanan pemupukan hara N diberikan dengan ureea, P dengan SP-36, dan hara K dengan pupuk KCl. Adapun konsentrasi haranya beraneka ragam, yaitu N dalam urea 46%, P dalam SP-36 36%, dan K dalam KCl 50%. Sisa dari bahan penyusun pupuk tersebut adalah hara lain, sehingga jarang kita mendengan pemupukan S, pemupukan Mo, bahkan Pemupukan B, sebab bahan-bahan ini juga telah terkandung di dalam pupuk tersebut, baik hara mnakro maupun hara mikro. Dosis yang digunakan pun bervariasi, biasanya semakin tinggi pengaruhnya semaik meningkat, namun pada level tertentu ada stagnasi pertumbuhan bahkan dapat bersifat toxic.
Dari hasil analisis data diketahui bahwa pemberian pupuk menimbulkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kakao. Untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertambahan tinggi tanaman kakao dilakukan uji lanjut dengan menggunakan BNT pada taraf 5%. Hasil perhitungan dan analisisnya menyebutkan bahwa dosis pupuk masing-masing 100g memberikan hasil terbaik, namun pertambahan tingginya tidak jauh berbeda (signifikan) dengan penggunaan pupuk dosis 50g, sehingga untuk lebih efektifnya pemupukan sebaiknya dilakukan dengan dosis masing-masing pupuk utama 50 g pertanaman saja.
Sementara itu, perlakuan lain baik cara pemberian dan juga interaksi keduanya memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Ini artinya pemberian pupuk yang diberikan baik ditugal atau disebar dengan disiangi atau tidak, tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao.
Variabel jumlah daun menunjukkan bahwa pemupukan dan penyiangan (seluruh) perlakuan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Ini artinya bahwa perlakuan tersebut tidak dapat meningkatkan pertumbuhan daun tanaman kakao, sehingga untuk meningkatkan jumlah daun tanaman kakao perlu dicari cara pemberian yang tepat atau dengan menaikkan dosis pemupukan.


 VI.            KESIMPULAN
1.      Pemupukan tanaman kakao sebelum menghasilkan bertujuan untuk mensuplai hara utama sehingga dapat meningkatkan hasil panen pertama, menjaga stabilitas hasil, dan meningkatkan toleransi dan resistensi terhadap OPT dan cekaman lain.
2.      Pemupukan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap variabel tingggi tanaman kakao
3.      Pemupukan dengan dosis 50 g pertanaman per pupuk memberikan hasil yang paling efisien, namun pemberian dengan dosisi 100 g memberikan pengarh yang tertinggi tetapi tidak signifikan.
4.      Cara pemberian pupuk dan interaksi tidak meberikan hasil yang berbeda nyata, sehingga pemberian dengan cara ditugal atau disebar dan dengan disiangi atau tidak, tidak menjadi masalah berdasarkan hasil analisis data.
5.      Pemupukan tidak berpengaruh apapun terhadap variabel jumlah daun.


DAFTAR PUSTAKA
 
Anonim, 2009. Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar. http://ditjenbun.deptan.go.id/perlinbun/linbun/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=157. Donwlod 29 Mei 2009.


Josih, L. 2001. Okulasi langsung dengan entres anakan tanaman karet. http://www.worldagroforestrycentre.org/Sea/Publications/files/leaflet/LE0012-04.PDF. 28 Mei 2009.

Prasetyo. 2008. Hand-Out Materi Kuliah Budidaya Tanaman Tahunan. Faperta Unib. Bengkulu.

Prasetyo, dkk. 2009. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
 
Santoso. 2008. Pengaruh waktu pemotongan akar tunggang terhadap pertumbuhan bibit empat klon unggul okulasi karet. www.BDP unib.org. 28 Mei 2009.  
Sofyan, A. 2008. Pembukaan areal Perkebunan. http://pla.deptan.go.id/pdf/05_areal_bun_2008.pdf. Donwlod 29 Mei 2009.

 

Followers