LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR AGRONOMI
(AGT- 202)
“APLIKASI DOSIS PUPUK NITROGEN (N)
PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”
OLEH
Nama : ABEN CANDRA
Npm : E1J010070
Shift : 2 (DUA)
Perlakuan : D2 (90 Kg N / Hektar)
Dosen : HESTI PUJIWATI, S.P, MS
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi fakultas pertanian universitas bengkulu dengan kode (AGT- 202) berbobot SKS 3(2-1), menjadi mata kuliah wajib pada Program Studi Agroekoteknologi dan Agribisnis. Untuk mencapai Tujuan Instruksionak Umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu perkuliahan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan bobot 1 sks. Di dalam latar belakang dan tujuan laporan ini membahas tentang budidaya tanaman jagung yang telah dipraktekkan dilapangan dalam mata kuliah Dasar Dasar Agronomi.
Jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia, menduduki urutan kedua setelah padi. Namun jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi.
Di Negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung. Sebab tanaman jagung memiliki potensi yang cukup untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan. Peranan panagan keanekaragaman kebutuhan pangan dari bahan jagung sangat diperlukan dalam usaha tani ini, Sehingga tidak mustahil komoditi jagung pada dewasa ini mendapat perhatian. Bahkan dalam jangka waktu yang relative pendek areal penanaman jagung .
Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun mencoba membuat laporan praktikum Dasar Dasar Agronomi berupa laporan Aplikasi Dosis Pupuk Nitrogen (N)Pada Budidaya Tanaman Jagung dan Budi Daya Jagung.
Laporan ini disusun untuk tujuan mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung serta para mahasiswa bisa menambah pengetahuan mereka di Jurusan Budidaya Pertanian sebagai bekal di lapangan.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, saya berharap semoga hasil laporan ini bermanfaat dan diterima oleh dosen pembimbing.
Hormat saya
ABEN CANDRA
E1J010070
BAB I
PENDAHULUAN
Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah belum tersedianya varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar. Yodpetch dan Bautista (1983) mengemukakan karakteristik varietas jagung yang dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya. Menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2002), varietas jagung yang banyak digunakan sebagai benih jagung baby corn di Indonesia antara lain adalah jagung hinrida varietas C-1 dan C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun kini perlu dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat utamanya di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani menempatkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja.
pengamatan Ispandi dan Soepangat (1986) yang menyatakan bahwa petani di Kabupaten Kediri menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jagung antara lain :
1). Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\pupuk yang digunakan.
2). Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal dibandingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
3). Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik dibangingkan dengan jagung yang menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.
Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene 1987).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al. 1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.
Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006 mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton. Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul untuk industri makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan demikian seharusnya produksi jagung dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan pakan ternak. Namun demikian, produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan wilayahnya tersebar di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply) jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak terjamin kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri pakan ternak cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik pakan ternak terhadap jagung impor sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang 1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan karena para industri pakan ternak lebih senang untuk melakukan impor karena terjaminnya pasokan yang kontinyu serta terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pada saat ini pabrikan pakan ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo dan gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan pedagang juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai, sehingga pada saat panen raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kesempatan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong keengganan petani untuk menanam jagung di masa depan.
· Jenis-Jenis Jagung
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm, (ii) warna biji, (iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan. Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari, jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot heterogenus. Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct), seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.
1.2 Tujuan Praktikum
Ø Mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung
Ø Mahasiswa diharapkan mampu menghitung kebutuhan pupuk dan menganalisis akibat perbedaan dosis pupuk yang diaplikasikan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Ø Mahasiswa dapat mendiskripsikan karakteristik berbagai jenis sarana produksi (saprodi) pertanian.
Ø Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan jumleh setiap jenis bahan dari saprodi yang akan diperlukan untuk kegiatan usaha pertanian.
Ø Mahasiswa dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkorelasikan antara data peubah ke dalam bentuk informasi sederhana dan lengkap.
1.3 Rumusan masalah
Apakah ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman jagung ?
1.4 Hipotesis
Ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan Iklim :
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Makarim et al. 2003)
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.
Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan. (Makarim et al. 2003)
Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska(Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi (Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi
tanaman (Makarim et al. 2003)
Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi lahan kering yang bereaksi masam dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan pasang surut sulfat masam untuk menetralisasi keracunan Al maupun Fe.Tidak tersedianya kapur pada saat yang tepat dan biaya pengapuran yang mahal sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan produktivitas lahanmelalui pengapuran.Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar,mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik,di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasikesuburan hayati tanah.
Kebutuhan Hara Pada Tanaman Jagung
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara (Olsonand Sander 1988).
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi bahan kering sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander(1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada pertumbuhan fase 2, danserapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan kebiji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Pemupukan N, P, K, Dan S
Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung di Indonesia umumnya mengandungvhara makro N, P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara mikro,vkarena belum ada sentra sentra pengembangan jagung yang berindikasi kekurangan hara mikro.
Takaran Pupuk N P, K, dan S
Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Nitrogen yang dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and Reddy1976), P sekitar 20% (Hagin and Tucker 1982), K antara 50-70% (Tisdale andNelson 1975), dan S sekitar 33% (Morris 1987). Tanggapan tanaman terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda untuk setiap lokasi. Metode untuk menentukan kebutuhan pupuk didasarkan pada persamaan yang dikembangkan oleh Dobermann dan Cassman (2002):
di mana:
Fx = Takaran pupuk N, P, K, atau S yang direkomendasikan (kg/ha)
Rex = efisiensi recovery N, P, atau K (kg pupuk yang dimanfaatkan
per kg pupuk yang diaplikasikan)
Htarget = serapan hara pemupukan lengkap NPKS (kg hara/ha)
berdasarkan prediksi target hasil maksimum
H o x = Pasokan hara alami, yaitu serapan hara N, P, K atau S jika
tanpa pemberian N, P, K, atau S (kg/ha)
Sumber Pupuk N, P, K, dan S
Berkaitan dengan sifat tanah, bentuk pupuk menentukan efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pada tanah masam dengan kandungan Al tinggi,fiksasi hara (P) akan tinggi, sedangkan pada tanah basa (kapuran) persaingan serapan oleh Ca akan tinggi pula. Karena itu, pupuk yang cocok untuk kedua kondisi tersebut adalah yang dapat melepaskan hara secara perlahan (slow release) atau pupuk yang mempunyai kandungan yang dapat menetralisasi kondisi tersebut.Hara N yang bersumber dari urea tidak berbeda dengan yang bersumber dari ZA untuk tanaman jagung pada tanah dengan pH <6 (Fadhly et al.1993, Gunarto 1986, Subandi et al. 1990).
Pada tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk ZA memberikan kadar N daun, panjang tongkol,dan hasil yang lebih tinggi dibanding urea (Gunarto et al. 1986). Hal tersebut disebabkan karena tanah kapuran tanggap terhadap hara S, sehingga Za lebih efektif dibanding urea.
Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam pada lahan sulfat masam relatif lebih baik dibanding pemberian dalam bentuk TSP (Raihana 1993).Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P dalam bentuk TSP lebih baik dibanding fosfat alam (Sudaryono 1998).Pemberian hara P pada tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36 (36%) lebih rendah dibadingTSP (46%). Hal yang sama juga terjadi pada tanah sulfat masam (Noor danNingsih 1998).
Waktu dan Cara Pemberian Pupuk
Selain takaran dan bentuk pupuk, waktu dan cara pemupukan juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman dimana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadimelalui proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi didalam tanah.Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap.
Hasil penelitian Tirtoutomo et al. (1991) menunjukkan bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST, dan 1/3 bagian pada 45 HST relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N, dibanding dengan pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3takaran pada waktu tanam dan 1/3 takaran pada 30 HST. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gunarto (1986), di mana pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan 1/2 bagian pada saat 30 HST memberikan hasil dan serapan hara yang lebih tinggi dibanding jika pupuk N diberikan seluruhnya padasaat tanam. Pemberian N secara tugal atau larik lebih hemat 55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea dilarutkan). Pemberian 45 kg N/ha secara tugal atau larik memberikan hasil yang setara dengan pemberian 90kg N/ha secara sebar atau disiram (Fadhly et al. 1993).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jenis – jenis Jagung
· Flour corn atau soft corn (Zea mays L. amylacea Sturt= jagung tepung)
Banyak orang yang mengklasifikasikan tanaman jagung menurut sistem penggolongan dari masing-masing seperti Metzger, Alefeld, Harz dan Kornicke, tetapi hanya sedikit yang menggunakanny. Sistem penggolongan (klasifikasi) yang sering digunakan yaitu penggolongan yang disusun oleh Sturtevant’s, Grebencsikow, Kuleshow dan sistem penggolongan dari inggris dan jerman menurut jenisnya.
Tanaman jagung jenis flour corn atau soft corn sangat berarti di Amerika selatan, sebagian Peru, Bolivia dan Columbia serta di Afrika. Biji jagung ini banyak mengandung zat pati/tepung sehingga sebagian orang mengenal dengan nama jagung tepung. Biji jagung ini bersifat lunak dan merupakan jagung yang tertua. Pada endosperm (Cadangan makanan) dalam biji biasanya berisi tepung lunak. Apabila kena panas mudah pecah.
· Dent Corn (Zea mays indentata = Jagung gigi kuda)
Biji jagung yang berbentuk gigi kuda ini telah berkembang di lading jagung Amerika Serikat, Meksiko Utara dan terjadi peningkatan usaha di Eropa setelah jagung tersebut masuk ke Eropa.
Bentuk biji jagung jenis ini merupakan akibat dari depresi pada bagian tengah atau bagian atas biji. Lekukan yang menjadi cirri khas ini disebabkan pengerutan lapisan tepung pada saat biji mongering, sedangkan bagian samping dari biji mengalami pengerasan.pengerutan biji dari zat tepung yang lunak ini menyebabkan biji seperti gigi kuda.
· Flint corn (Zea mays indurate = jagung mutiara)
Pada permukaan bijinya ditandai dengan warna bersinar dan agak keras. Sedangkan kandungan zat tepung yang lunak dalam biji hanya sedikit dan letaknya di dilam (tengah). Biji jagung ini lebih tahan terhadap serangan hama (insekta) dan gangguan luar lainnya seperti keadaan hujan yang tidak teratur. Bijinya yang tidak berkerut pada saat mengering atau waktu masak menyebabkan daya tahan terhadap serangan hama, khususnya hama gudang akan lebih baik.
· Pop corn (Zea mays L. everta Sturt = jagung berondong)
Jagung yang termasuk kelompok pop corn mempunyai cirri biji yang lebih kecil dan keras tetapi apabila di panaskan dapat mengembang, sebab didalam biji terkandung zat pati yang penuh/cukup akibatnya biji menjadi keras. Biasanya jagung jenis ini bewarna putih atau kuning dengan bentuk yang agak meruncing dan tongkolnya berukuran kecil. Brat 1.000 biji antara 80 sampai 130 gram.
Jenis jagung ini terbagi dalam dua tipe yaitu :
- jagung yang berbiji pipih dan meruncing yang disebut tipe Rice pop corn.
- Jagung yang bentuk bijinya bulat dan kompak/mampat,disebut tipe pearl pop corn.
· Sweet corn (Zea mays L. saccharta = Jagung manis)
Tanaman jagung ini dapat menyumbangkan hasil untuk keperluan konsumsi manusia. Hasil produksinya yang berupa jagung muda apabila telah direbus mempunyai rasa enakdan manis. Rasa manis ini disebabkan kandungan zat gulnya yang terlalu tinggi, bahkan di meksiko ada beberapa varieta jagung yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sirup. Disamping itu terdapat gen yang resesif yang dapat mencegah perubahan gula menjadi pati.
Jagung manis mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda bercahaya dan bewarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut. Kandungan protein dan lemak di dalam biji lebih tinggi dari jagung biasa sehingga banyak diusahakan secara besar-besaran di Amerika.
Untuk membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut putih sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis antara 60 sampai 70 hari, namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter diatas permukaan laut atau lebih, biasanya bisa mencapai 80 hari.
· Pod corn (Zea mays L. tunicate Sturt = jagung bungkus)
Bentuk bijinya sangat sederhana dan mempunyai daun pembungkus ganda yaitu kelobot yang bentuknya kecil berasal dari sekam. Mahkota menyelubungi setiap biji pada janggel sedangkan tongkolnya terselubung oleh kelobot besar. Jadi bijinya tidak nampak.
Biji jagung ini kurang menguntungkan bila diusahakan tetapi seperti di Amerika seperti Uruguay, Paraguay juga jenis ini banyak ditanam sebab dianggap lebih dulu ada.
· Waxy corn (Zea mays L. ceratina Kulesch)
Jenis jagung ini warnanya jernih seperti lilin sehingga sering disebut waxy corn. Bijinya kecil dan mengkilap. Biji jagung ini mengandung zat pati yang berbeda dari jagung lain. Zat pati yang dibentuk mengandung erythrodextrine, tepung substansi keras lain. Jagung jenis ini berasal dari Asia, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebab dapat menggantikan kedudukan tepung tapioca dan bahan pengganti.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan ini akan diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:
Bahan: - Benih jagung
- Pupuk Urea
- SP 36
- KCl
- Dan Pestisida Furadan 3G
Alat : - Cangkul, Sabit, Tugal Meteran, Ajir, Tali Rafia, Timbangan
Pada praktikum ini akan dicoba taraf dosis pemupukan Nitrogen Yang terdiri dari : D2 = 90 kg N per hektar (dosis sedang)
· Cara Kerja :
1. Tentukan Lahan yang datar berukuran 2 m x 2,4 m, kemudian dibersihkan dari gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada.
2. buatlah bedengan berukuran 2,4 x 2 m
3. Sebagai pembatas antar bedengan buatlah siring berukuran lebar 50 cm dan dalam 30 cm
4. Buatlah lubang tanam dengan menugal sedalam 5-7 cm berjarak tanam 60 cm x 40 cm pada setiap petakan.
5. Masukan 2 butir benih jagung dan 5-10 butir Furadan 3 G ke dalam setiap lubang tanam, kemudian tutuplah dengan tanah sembil ditekan lemah.
6. Rawatlah pertanaman seluas 2 m x 2,4 m untuk setiap praktikum, hingga panen. Perawatan meliputi :
a. Lakukan pengairan setiap hari jika tanah kurang lembab.
b. Lakukan pemupukan dengan dosis per hektar, N sesuai perlakuan pada umur 0 hari setelah tanam sebanyak 1/3 bagian dosis Urea, 1 bagian dosis SP 18 dan 1 bagian dosis KCL per petak dengan cara dibenam sedalam 5 cm pada aluran yang berjarak 7-10 cm dari sebelah kanan dan kiri barisan tanaman. Dengan cara yang sama 2/3 bagian urea diberikan saat tanaman berumur 3 mingggu setelah tanam.
c. Lakukan pengendalian dulma secara manual (mekanik) dengan cara mencabuti semua gulma yang tumbuh pada petakan tersebut.
d. Lakukan pengendalian hama secara mekanik dengan cara menangkap dan membunuh setiap hewan yang mengganggu tanaman (kecuali binatang dilindungi/dipelihara) cukup dihalau (diusir) saja.
7. Lakukan Pemanenan tongkol jagung pada umur 10 mst dengan cara mematahkan dari batangnya.
· Pengamatan
Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam pembuatan laporan, lakukanlah pengamatan secara cermat terhadap 10 tanaman sampel peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sejak tanaman berumur 1 mst hingga panen, yang meliputi :
a. Amati tipe perkecambahan benih jagung pada umur 1 mst.
b. Amati jumlah tanaman yang tumbuh pada seluruh petakan anda dan hitunglah daya tumbuhnya.
c. Ukurlah tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dengan cara menguncupkan tajuk tanaman secara vertical.
d. Hitunglah jumlah seluruh daun yang bewarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap tanaman sampel.
e. Lakukan pengamatan luas daun per tanaman (A) dengan cara sebagai mengukur panjang (p) dan lebar (1) maksimum dari setiap daun efektif, lalu hitunglah luas daunnya dengan rumus sebagai berikut :
A = Σ (p x 1 x 0,75)
f. Amatilah berat segar batang + kelobot,daun, dan akar per tanaman sampel
g. Amatilah tongkol tanpa kelobot meliputi : berat, panjang, diameter, jumlah barisan biji per barisan rata-rata dari setiap tongkol sampel.
Keterangan :
Ø Pengamatan terhadap peubah a,b,c dan d dilakukan seminggu sekali hingga panen
Ø Pengamatan terhadap peubah e, f, dan g dilakukan pada saat panen
· Metode Analisis Data
a. Buatlah kurva laju pertumbuhan dari nilai rataan untuk membandingkan pengaruh perlakuan jarak tanam pada peubah a,b,c dan d.
b. Hitunglah nilai rataan dan simpangan baku dari seluruh peubah pengamatan dan susunlah dalam bentuk table sistematis.
· Waktu dan tempat percobaaan :
Pada pelaksanaan praktikum Dasar dasar Agronomi ini dilaksanakan pada Hari Senin, jam 08.00 – 10.00 WIB, yaitu bertempat pada lahan percobaan praktikum yang telah disediakan Oleh dosen pembimbing.
· Metode Pelaksanaan :
A. Teknik Pengamatan.
Ambilah satu contoh tanaman sebagai objek pengamatan. Lakukan pengukuran terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan bobot tanaman dengan cara :
a. Tinggi/panjang total tanaman : Diamati dengan cara mengukur panjang tanaman dari pangkal batang kr ujung daun terjauh dari pangkal batang ( untuk tanaman jagung).alat yang digunakan meteran
b. Diameter batang diukur sisi batang yang berukuran maksimim. Pengukuran menggunakan janka sorong.
c. Luas daun diukur dengan cara menghitung jumlah luasan mm2 dari kertas millimeter blok yang tertutup oleh lembaran daun terukur yang diletak rata di atasnya. Alat yang digunakan : millimeter blok, pensil, dan counter.
d. Bobot hasil pertanaman dengan cara menimbang semua buah/biji/umbi/polong yang ada pada satu tanaman. Alat yang digunakan : timbangan digital/Ohouse.
B. Analis Pertumbuhan tanaman
Lakukan perhitungan analisis pertumbuhan tanaman dari data berikut dengan menggunakan rumus berikut dibawah ini :
ILD = (Jumlah daun x rata-rata luas daun) : Luas area tanaman
NPA = Bobot bagian tanaman diatas permukaan tanah : Bobot bagian tanaman di bawah permukaaan tanah.
Keterangan :
Pada setiap pelaksanaan percobaan perktikum Dasar-dasar Agronomi yang dilakukan di lahan dasgron (DDA) yang bertempat dibelakang Fakultas Pertanian, yaitu pada acara 2,3,4,6,8,10 dan 11 melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman masing-masing kelompok dan tergantung jenis tanaman yang di tanam untuk mendapatkan analisis dan hasil pengamatan berupa: tinggi batang, panjang daun, Jumlah Daun, dan lebar daun yang hrus diamati pertumbuhannya setiap perminggunya pada acara prktikum, setelah itu baru dilaporkan hasil pengamatan untuk diditanda tangani oleh masing-masing asieten dosen bersngkutan menurut kelompok masig-masing.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pada praktikum dasar-dasar agronomi, didapat data hasil sebagai berikut :
1.
Sebelum panen
·
Persiapan Lahan
Persiapan
lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran
drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan
pembongkahan tanah dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma
dan sisa tanaman. Kemudian dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada
tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimum sedangkan pada
tanah berlempung berat maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna. Untuk
tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan tanah tidak perlu
dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam
lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4 cm.
·
Penanaman
Penanaman
tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat tanam
tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman
dapat dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November
dan pada Bulan Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal
pada kedalaman 3 – 5 cm, tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan
penjarangan sekaligus penyulaman pada tanaman yang mati agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
·
Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa
dilakukan pemupukan produksi jagung akan rendah. Sebaliknya pemupukan yang
berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan dan produksi
tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk
perlu memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering
adalah; 300 kg/ha Urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan
waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan KCL diberikan dalam
larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea
diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
Setelah dilakukan penyiangan, pada acara ke 7 tanggal 8-09-2010, dilakukan
observasi pemupukan dengan menggunakan insektisida Saung Decis. Decis 25 EC adalah insektisida racun kontak
dan lambung berbentuk pekatan berwarna kuning jernih yang dapat di emulsikan. Decis 2.5 EC
Grup
|
:
|
Insektisida
|
Bahan
Aktif
|
:
|
Deltamethrin
25 g/l
|
Ukuran
Kemasan
|
:
|
50
ml, 80 ml, 300 ml, 500 ml, 5 liter
|
Decis adalah insektisida non sistemik, yang
bekerja pada serangga dengan cara kontak dan pencernaan. Decis menguasai
spektrum besar dari serangga hama yang berbeda seperti Lepidoptera,
Homoptera, dan Coleoptera. Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama dari
kelas lain seperti Hemiptera (hama), Orthoptera (belalang),
Diptera (lalat) dan Thysanoptera (thrips.) Sekarang ini hampir semua Pyrethroid
terdiri atas beberapa isomers yang antaranya aktif, dan beberapa diantaranya
tidak aktif. Bahan aktif Decis yang
terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni D-CIS. Selalu lebih baik untuk memakai isomer yang
paling aktif daripada campuran optik isomers untuk melakukan perawatan pada
tanaman.
·
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase dan
aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang
masuk dan keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang
disebabkan oleh jamur atau busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung
akan lebih baik apabila tidak terjadi persaingan dengan gulma dalam mendapatkan
unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal. Penyiangan pertama dapat
dilakukan pada umur 10 – 15 HST dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 20 –
30 HST.
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong
dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman
lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih
yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan
jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada
tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu
dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah
tanaman berumur 15 hari.
3.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan
untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah
kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di
barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4.
Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman
secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman
tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
- Data dan Perhitungan presentase tumbuh
Sampel
|
Tinggi
Batang (cm)
|
Jumlah
Daun (helai)
|
||||||
Minggu ke-
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
15
|
77
|
100
|
160
|
6
|
8
|
11
|
13
|
2
|
19,5
|
75
|
95
|
137,5
|
7
|
8
|
10
|
12
|
3
|
17
|
78
|
104
|
147,5
|
3
|
9
|
10
|
12
|
4
|
13
|
88
|
122
|
160
|
6
|
8
|
11
|
13
|
5
|
13,5
|
71
|
92
|
136,5
|
6
|
7
|
10
|
11
|
Rata-rata
|
115,6
|
777,8
|
1102,6
|
1148,3
|
55,6
|
55
|
110,4
|
112,2
|
% tumbuh = Ʃ biji
yang tumbuh x 100 %
Ʃ
biji yang ditanam
= 45 x 100% = 93,75 %
48
- Grafik tinggi batang
- Grafik jumlah daun
2. Pasca
panen
Dari
hasil pemanenan tanaman jagung didapat data sampel sebagai berikut:
(N1)
Sampel
|
Berat Total (Kg)
|
Berat Akar (Kg)
|
Berat Batang (Kg)
|
Berat Tongkol (gr)
|
Diameter Batang (cm)
|
Diameter Tongkol (cm)
|
1
|
0,7
|
0,4
|
0,3
|
99,9
|
2,1
|
3,12
|
2
|
0,9
|
0,3
|
0,6
|
381,5
|
2,4
|
9,5
|
Rata-rata
|
0,8
|
0,35
|
0,45
|
240,7
|
2,25
|
6,31
|
- Grafik perbandingan data hasil antara perlakuan tanaman jagung NI dan
N2
Berat
tongkol : Sampel 1 = 189,54 +
250,46 = 440 gr
Sampel 2 =
129,01 + 22,49 = 381,5 gr
Diameter
tongkol : Sampel 1= 4,90
+ 4,42 = 9,3 cm
Sampel 2 = 5,25 +
4,25 = 9,5 cm
Ultisol merupakan tanah ber- pH rendah yang konsentrasi ion H+ melebihi ion OH+. Tanah ini mengalami pencucian yang berat, dan bersifat masam disebabkan oleh tercucinya basa-basa dari komplek jerapan dan hilang melalui drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan, tanah-tanah ini dapat mengandung Al, Fe dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Sumber kemasaman lain yaitu adanya hasil dekomposisi bahan organik dan oksidasi senyawa pirit Pada Ultisol, ketersediaan unsur hara sangatlah kecil. Hal ini disebabkan rendahnya pH yang mengakibatkan reaksi-reaksi pada tanah tidak dapat berlangsung dengan baik serta kelarutan Al dan Fe yang terlalu tinggi sehingga mengikat unsur hara P menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman dan keberadaannya menjadi racun bagi tanaman.
pH tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung terhadap tersedianya unsur hara tertentu serta mempengaruhi ketersediaan hara N dan P. Pada pH tanah lebih kecil dari 5.0 dan lebih besar dari 8.0 maka unsur N dalam tanah tidak dapat diserap tanaman akibat terhambatnya proses nitrifikasi. Pada pH lebih kecil dari 5.0 unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam.
Dalam pengelolaan tanah ini untuk budidaya pertanian terdapat kendala yang menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Kendala ini antara lain sifat kesuburan tanah yang sangat rendah, tingginya kadar unsur-unsur yang merusak dan meracuni akar tanaman dan menghambat perkembangan mikroba yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman.
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki sifat dari tanah Ultisol adalah pemberian kapur yang memberikan pengaruh yang baik terhadap ketersediaan hara fosfat, menurunkan kelarutan aluminium, besi dan mangan serta meningkatkan keterediaan hara tanaman. Disamping itu pemberian unsur hara N
melalui pemupukan dengan Urea dilaporkan juga dapat menurunkan pH tanah. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pemberian pupuk Urea dan kapur Dolomit terhadap perubahan pH tanah, serapan N dan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Ultisol.
Sebagian besar lahan penanaman jagung ini berupa lahan kering. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan. Selain itu masalah lain di lahan kering adalah memiliki pH dan kandungan bahan organik yang rendah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun.
Pupuk urea mudah menguap dan tercuci sehingga pemberiannya dilakukan beberapa kali agar kebutuhan unsur hara N tanaman dapat terpenuhi. Urea merupakan pupuk nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun menjadi hijau muda dan jaringan-jaringannya mati Lingga dan Marsono (2008) menyatakan pupuk urea termasuk pupuk yang higrokopis (menarik uap air) pada kelembapan 73% sehingga urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Jika diberikan ke tanah, pupuk ini akan mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah tercuci oleh air sehingga pada lahan kering pupuk nitrogen akan hilang karena erosi. Maka dari itu pemberian pupuk urea secara bertahap perlu dilakukan agar unsur nitrogen tersedia bagi tanaman jagung di lahan kering.
Dosis pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol namun berpengaruh nyata terhadap diameter tongkol. Pada dosis pupuk urea 90 kg/ha rata-rata panjang maupun diameter tongkol menunjukan nilai. Perbeda yang nyata juga terlihat pada bagian tengah maupun ujung pada diameter tongkol, yaitu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata antar perlakuan dosis pupuk urea.
Pemberian pupuk urea memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Peningkatan dosis pupuk kandang berbanding lurus dengan peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun. Semakin besar dosis pupuk kandang, maka tinggi tanaman dan jumlah daun semakin besar pula. Respon tersebut diduga berkaitan dengan kelebihan dari pupuk kandungan yang dapat menaikan bahan serap tanah terhadap air dan membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan. Pupuk kandang memiliki rasio C/N sebesar 48.3, menunjukan tingkat dekomposisi yang sangat tinggi sehingga laju produksi nitrat cepat tersedia bagi tanaman. Pemberian kapur berperan dalam memperbaiki pH tanah. Hal ini berpengaruh terhadap tanaman dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah, sehingga pertumbuhannya berkembang dengan baik.
Tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun. Semakin besar tinggi tanaman, maka jumlah daun semakin besar pula. Jumlah daun semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman. Tinggi tanaman juga mempengaruhi diameter batang. Semakin besar tinggi tanaman, maka diameter batang semakin besar dan sebaliknya.
Diameter batang berpengaruh terhadap kekokohan tanaman agar tidak mudah roboh ketika menghasilkan tongkol. Diameter batang jagung yang besar biasanya menghasilkan tongkol yang besar pula dan sebaliknya. Diameter batang juga berpengaruh terhadap bobot brangkasan dan tinggi tanaman, semakin besar diameter batang maka semakin tinggi bobot brangkasan dan tinggi tanaman.
Pada fase vegetatif, tinggi tanaman akan terus meningkat pada umur tertentu kemudian pertumbuhannya akan terhenti. Pemberian pupuk urea yang mengandung nitrogen berperan dalam merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji. Ketersediaan unsur P di dalam tanah sangat sedikit. Sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh tanaman dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis Pemberian pupuk kandang dapat menetralkan tanah masam dan penambahan pupuk NPK dapat menyediakan kebutuhan unsur P bagi tanaman
Efektivitas cara aplikasi pada takaran pupuk urea yang sama dihitung dengan rumus :
Hasil biji cara tugal/dilarutkan (t/ha)
Efektivitas cara aplikasi = ---------------------------------------------- X 100%
Hasil biji cara disebar (t/ha)
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan penanaman jagung pada kebun percobaan , APLIKASI DOSIS PUPUK NITROGEN (N) PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG” adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi pupuk nitrogen dengan dosis 90 Kg/Ha pada tanaman jagung mendapatkan hasil yang relatif tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan, bahwa pemberian pupuk N dengan jumlah dan waktu yang tepat berpengaruh terhadap komponen hasil (panjang tongkol dan lingkar tongkol). Dimana pemberian pupuk pada perlakuan aplikasi paling sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman.
2. Pada pengamatan terhadap rata-rata produktivitas, terlihat bahwa pemberian pupuk N yang berbeda dapat mempengaruhi produktivitas. Dari hasil analisis didapatkan bahwa perlakuan dosis 90 Kg/Ha N/ mencapai produktivitas lebih besar, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
NN. Pedoman Bercocok Tanam Padi,Jagung, Palawijaya dan Sayur-sayuran. Badan Pelaksana Bimas.1993NN. DeskripsiVarietas Padi, Jagung, dan Palawijaya. BPTP V JawaTengah & DIY dan BIP Jawa Tengah. 1987.
Hartmann, HT. et all. Plant Science, Growth Development andUtilization of Cultivated Plants. Prentice Hall inc. 1981.
NN. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Jakarta: DirektoratPerlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jendral PertanianTanaman Pangan, 1989.
Ir. Edhi Turmudi, MS. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi.Laboratorium Agronomi, Jurusan Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Bengkulu (UNIB).2008.
http://sendhysaputro90.wordpress.com/category/daerah/page/3/, diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/profil/tugas-dan-fungsi/129-bd-jgng, diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=180&Itemid=29, diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://krakatautetapjaya.wordpress.com/2010/01/24/decis-2-5-ec/, diakses pada t anggal 04 januari 2011
Loaris Trojan Remover Crack is a powerful and simple program. This is to get rid of your system from viruses and other Trojans. Introduced by Inc. and frees your PC from online security threats.
BalasHapusSerif Affinity Designer Crack
Synthesia Crack
Cinema Crack