Jumat, 07 Januari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISME PERTANIAN ALAT PEMANENAN PADI DAN ALAT PERONTOK GABAH

LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISME PERTANIAN

ALAT PEMANENAN PADI DAN
ALAT PERONTOK GABAH
UNIB WARNA                                                








DiSusun Oleh
Nama           : Aben Candra
Npm              : E1J010070
Prodi           : Agroekoteknologi
Dosen          : Ir. Meizul Zuki, MS


LABORATORIUM TIP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
ACARA I
ALAT PEMANENAN PADI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Lapangan
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau ,kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Pemanenan padi harus meng-gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo-nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar



1.2 Tujuan Praktek Lapangan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemanenan dengan menggunakan alat tradisional, agar mahasiswa belajar menggunakan,mengamati dan mengetahui masing-masing keunggulan dan spsifikasi dari alat panen pada tanaman padi tersebut.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemanenan padi, merupakan kegiatan yang cukup penting dari tahapan budidaya tanaman padi.  Meskipun cara bertanamnya benar dan benih yang ditanam menggunakan varietas unggul baru, namun bila penanganan saat  panen kurang benar, maka hasil panen tidak maksimal karena menghasilkan  mutu gabah yang rendah serta tingkat kehilangan hasil yang cukup tinggi (9,52%).  Oleh karena itu pemanenan padi harus ditangani dengan baik.Untuk mendapatkan hasil panen padi yang baik, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu : 1) umur panen; 2) peralatan panen; 3) sistem panen padi; 4) pengumpulan hasil panen.
Umur panen
Tanda-tanda umur panen layak dipanen adalah : 1) umur tanaman sesuai dengan diskripsi varietas (varietas Mekongga berumur 116 - 125 hari); 2) bila padi telah masak fisiologis yaitu bila  90 -95 persen gabah dari malai tampak kuning; 3) kadar air gabah 21 - 26 persen (diukur dengan moisture tester.;4) kenampakan malai.
Cara lain dalam penentuan umur panen padi adalah dengan metode optimalisasi.  Dengan meode ini, padi dipanen pada saat malai berumur 30 - 35 hari setelah berbunga rata, sehingga dihasilkan gabah dan beras bermutu tinggi.  Bila pemanenan dilakukan pada saat padi masak optimum, maka kehilangan hasil hanya mencapai angka 3,35 persen, sedangkan bila panen dilakukan padi lewat masak 1 - 2 minggu, akan menyebabkan kehilangan hasil sekitar 5,63 persen dan 8,64 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur tanaman layak panen diantaranya adalah varietas, iklim dan tinggi tempat.  Sehingga umur panen dapat berbeda antara 5-10 hari.  Padi yang dipanen pada kadar air 21-26 persen memberikan hasil yang optimal dan menghasilkan beras yang bermutu baik.     
  
Peralatan panen
Alat yang dipergunakan untuk panen padi harus mempertimbangkan secara teknis, ekonomis dan sosial.  Secara teknis, alat panen (mesin, ani-ani, sabit) yang digunakan harus sesuai dengn jenis varietas yang akan dipanen. 
 Saat ini alat dan mesin panen padi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring dengan makin terbatasnya tenaga kerja untuk panen di pedesaan.  Ada beberapa jenis alat pemanen yaitu :


1.  Ani-ani
Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bamboo diameter 10 - 20 mm, panjang sekitar 10 cm dan pisau baja setebal 1,5 - 3 mm. Ani-ani digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi;
2.  Sabit
Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat.  Ada dua macam sabit, yaitu sabi biasa dan sabit bergerigi.  Sabit digunakan untuk memotong varietas unggul baru termasuk varietas Mekongga dengan cara memotong bagian atas, tengah atau dibawah rumpun tanaman tergantung cara perontokan padinya. Pemotongan dengan cara potong bawah, dilakukan bila perontokan dilakukan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher.  Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah, dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher.
3.  Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen padi yang sangat cepat.  Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen dengan menggunakan sabit.  Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin.
4.  Reaper binder                 
Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti sapu lidi

Sistem panen
Untuk memperkecil persentase angka kehilangan hasil, sesuai Pedoman Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan, dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, pemanenan dilakukan dengan sistem berkelompok dengan ketentuan sebagai berikut :
1.  Pemanenan dilakukan dengan system beregu/ kelompok
2.  Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen
3.  Jumlah pemanen antara 5-7 orang yang dilengkapi dengan satu unit pedal thresher atau 15-20 orang yang dilengkapi satu unit power thresher.
Pengumpulan hasil panen
Untuk mengurangi terjadinya kehilangan hasil, sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengumpulan hasil panen menggunakan alas dari terpal atau plastik.  Dengan cara ini, kehilangan hasil panen dapat ditekan antara 0,94 - 2,36 persen.

Perontokan padi
Perontokan padi harus ditangani dengan baik, bila tidak kehilangan hasil sebagai akibat ketidak tepatan dalam melakukan perontokan mencapai lebih dari 5 %.  Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah penundaan perontokan dan alat dan mesin yang digunakan
Penyimpanan gabah basah
Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah penanganan gabah basah hasil panen.  Mengingat jumlah lantai jemur terbatas, tidak munculnya sinar matahari karena hujan, sulitnya mendapatkan mesin pengering dan biaya pengeringan cukup mahal yang mengakibatkan petani kesulitan menyimpan gabah sehingga gabah hasil panen mereka menjadi rusak dan berkecambah.
Untuk itu diperlukan teknologi penyimpanan gabah basah yang sederhana, biaya murah dan mudah diterapkan.  Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah mengurangi kadar air gabah sampai pada kadar air simpan atau dapat dilakukan juga dengan cara menghambat kenaikan suhu dalam tumpukan gabah dengan menggunakan zat higroskopis.















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANGAN


3.1 HASIL PENGAMATAN

Ulangan
Vertikal
Horizontal
Waktu panen
(detik)
1
26
22
41,12
2
27
24
37,86
3
23
27
44,30
4
23
28
37,5
5
28
23
39,42

3.2 PEMBAHASAN
A.  Nama Alat
            Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi.  Sabit biasa/ bergerigi pada umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan Cisadane.  Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur-kan karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990).
Nama alat : sabit bergerigi

B.   Spesifikasi  Sabit Bergerigi Yaitu:















Spesifikasi Teknis :

􀂾 Mata sabit

Pipih melengkung pada satu sisinya bergerigi dengan ukuran antara 12 – 16 gerigi per inchi.

􀂾 Dimensi

o Panjang kepala sabit

o Lebar kepala sabit

o Lebar sabit

o Tebal sabit
                         
o Tinggi gerigi

o Jarak gerigi

o PanjangGagang

o DiameterGagang

o Panjang total

o Berat total



Maximum 215 mm


135 - 150 mm


25 - 30 mm

1,5 – 1,6 mm

0,9 – 1,1 mm

2,3 – 2,5 mm

140 - 158 mm

25 - 35 mm

320 - 330 mm

Max 120 gram

􀂾 Mempunyai Test Report


C.  Fungsi Alat
Alat ini berfungsi untuk memanen padi dengan cara tradisional. Alat ini berguna untuk memotong batang padi. Dengan menggunakan tenaga manusia sendiri tanpa bantuan tenaga mesin

D.  Prinsip Kerja Alat
Cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi: 
o  Pegang rumpun     padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian tinggi tanaman.
o  Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga jerami terputus.

E.  Kapasitas Kerja Alat
Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat ini adalah :
1. Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2. Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis
3. Kenyamanan bekerja rendah
4. Kapasitas kerja rendah
5. Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat mekanis, tapi biaya awal tidak ada.
Sedangkan keuntungannya adalah :
1. Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada para buruh panen
2. Hasil pemotongan gabah dengan ani-ani ini lebih bersifat terpilih
3. Harga alat panen sangat murah, bisa dimiliki oleh setiap petani
Kapasitas kerja panen secara tradisional diukur dengan jumlah orang jam yang dibutuhkan tiap hektar. Sebagai contoh panen dengan sabit, kebutuhan orang jam adalah 148 orang jam/Ha untuk memotong dan mengikat padi. Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148 jam, atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1 jam untuk memanen satu hektar.
Dengan hasil tradisional ini, kehilangan gabah dilapang diperkirakan
berkisar antara 8 sampai 10 persen dari hasil perhektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau karena pencucianpencucian dan terinjak-injak ke dalam tanah. Bila dengan ani-ani padi dipotong pada 15-20 cm dari ujung malai, sedangkan dengan sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.










BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini diketahui bahwa sabit adalah perkembangan dari alat ani-ani. Sabit adalah alat yang digunakan saat panen, cara kerjanya sangat mudah hanya dengan mendorong kedepan lalu ditarik kebelakang. Maka, batang padi akan terpotong secara perlahan-lahan. Kapasaitas alat ini sanagt rrendah, untuk memeanen 1 hektar sawah saja diperlukan orang 10 untuk mengerjakannya dalam rentan waktu tang cukup lama. Namun alat ini tidak memerlukan biaya yang cukup mahal, namun tenaga manusia sangat diperlukan untuk menggerakan alat ini.

4.2. SARAN
Saat praktikum, harap untuk lebih memperhatikan praktikan. Kemudian lebih memprjelas pengertian tentang masing-masing dari alat pemanenan sampai pasca panen.


















ACARA II
ALAT PERONTOK PADI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Praktek Lapangan
Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik.
Bermacam – macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar.
Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu :
1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
2. Power Thresher (Thesher Mekanis)


1.2  Tujuan Praktek Lapangan
Praktikum ini diselenggarakan untuk :
1.    Untuk mengetahui konstruksi dan komponen-komponen penting dari alat perontok yang diamati
2.    Untuk mengetahui cara kerja dari perontok









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perontok padi merupakan kegiatan memisahkan bulir gabah dari malainya yang dapat dilakukan secara manual (digenjot) , semi mekanis menggunakan perontok tipe pedal (pedal threser) atau secara mekanis menggunakan mesin perontok ( power threser). Kinerja alat perontok akan menentukan tingkat kehilangan hasil. Kecepatan putaran silinder perontok menetukan hasil perontokan, kehilangan hasil dan gabah yang tidak terontok. Alat pedal threser disarankan berputar pada kecepatan 100-105 rpm, sedangkan power threser disarankan berputar pada kecepatan 400-450 rpm.
            Perontokan sebaiknya dilakukan setelah pemanenan. Penundaan perontokan padi disawah menjadi masalah besar karena dapat mengakibatkan tingginya susut hasil dan turunya mutu gabah. Apabila terjadi penundaan perontokan maka sebaiknya dilakukan denagn cara : 1. Menggunakan alas terpal saat pemupukan, 2. Lama pnundaan tidak boleh lebih dari satu malam dengan tinggi tumpukan padi tidak boleh lebih dari 1m.
Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat dikelompokkan menjadi beberapa cara, antara lain (1) iles/injak-injak, (2) pukul/gedig, (3) banting/gebot, (4) pedal thresher, (5) mesin perontok (BPS,1996) . Perontokan padi dengan cara dibanting dilakukan dengan cara membantingkan atau memukulkan segenggam potongan padi ke benda keras, misalnya kayu, bambu atau batu yang diletakkan pada alas penampung gabah. Kapasitas perontokan dengan cara gebot sangat bervariasi, tergantung kepada kekuatan orang, yaitu berkisar antara 41,8 kg/jam/orang sampai 89,79 kg/jam/orang. Kemampuan kerja pemanen di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta untuk merontok padi dengan cara gebot berkisar antara 58,8 kg/jam/orang sampai 62,73 kg/jam/orang Perontokan padi dengan cara gebot banyak gabah yang tidak terontok berkisar antara 6,4 % - 8,9 % Untuk menghindari hal tersebut, maka perontokan padi perlu menggunakan alat atau mesin perontok.
Penggunaan mesin perontok menyebabkan gabah tidak terontok sangat rendah, yaitu kurang dari satu persen. Hasil pengujian empat mesin perontok padi Type TH-6 menunjukkan bahwa kapasitas mesin perontok tersebut bervariasi antar 523 kg/jam/unit sampai 1.125 kg/jam/unit tergantung kepada spesifikasi atau pabrik pembuatannya.Penggunaan mesin perontok dalam perontokan padi, selain dapat menekan kehilangan hasil juga dapat meningkatkan kapasitas kerja.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK LAPANG

3.1 HASIL PENGAMATAN
Pengamatan pada petani yang sedang merontokkan padi dengan Power Threser. Beberapa pertanyaan yang kami lemparkan kepada pekerja sebagai berikut :

1. Penggunaan tenaga kerja ada 5 orang
·      1 orang memasukkan malai padi kedalam mesin
·      1 orang menampung di bawah mesin
·      1 orang membuang jerami
·      1 orang mengantar padi ke jalan
·       
2        Cara kerja alat
Ø    Dengan alat power threser
·      Padi dimasukkan kedalam box threser
·      Terjadi pembuangan sampah serta beras dan padi
Ø    Komponen
·      Blower = Kipas yang berfungsi mendorong sampah (sisa) dari rumpun padi agar terpisah dari bulir padinya.
·      Silinder perontok = mencacah atau merontokkan rumpun padi agar terpisah dari batang dan bulirnya

3        Kapasitas kerja alat
Kapasitas kerja tergantung dari jumlah tenaga kerja. Dalam 1 jam dapat memperoleh 10-11 karung, dalam 1 karung berisi bulir padi berkisar 35 Kg (dalam waktu 2 jam, 3 orang berganti joki)

4        Kebutuhan bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan adalah “bensin”.Karena bahan bakar yang digunakan irit, maka dalam 40 karung (50Kg/karung) hanya membutuhkan sekitar 5 liter bensin.

5        Sistem pembayaran alat
Perbandingan 10 : 1 ( dalam 10 karung pemilik alat menerima 1 karung beras)
3.2 PEMBAHASAN
A.  Nama Alat
Alat dan mesin perontok padi yang digerakkan oleh motor penggerak baik dengan bahan bakar diesel/solar atau bensin.







Nama Alat : POWER THRESHER

B.  Spesifikasi Alat
·      Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen lainnya.
·      Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.
·      Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok, terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan ukuran 15 – 15 mm.
·      Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui sitem as nocken.
·      Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
·      Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600 RPM.

C.  Fungsi Alat
Berfungsi untuk melepaaskan gabah dari malainya. Perontokan padi dapat dilakukan secara manual atau dengan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya adalah dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Proses perontokan padi memberikan kontribusi cukup besar pada kehilangan hasil padi secara keseluruhan.

D.  Prinsip Kerja Alat
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :            
(a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke dalam ruang perontok.
(b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan kepada alat perontok.
(c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang diinginkan untuk merontok padi
(d)Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari pintu pemasuk-kan.
(e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran jerami.
(f)  Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok, sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran jerami.
(g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
(h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i)   Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.

E.  Kapasitas Kerja Alat
Mesin PERONTOK dioperasikan oleh satu orang dan dibantu 2 orang untuk memasukan atau mengarungkan. Kapasitas kerja dari thresher adalah antara 3 jam setiap hektar.
Kelemahan dari penggunaan dari mesin ini adalah bagi varietas padi yang mudah rontok, dimana akan banyak padi yang rontok akibat getaran atau perlakuan oleh mesin. Kelemahan lainnya adalah biaya awal yang tinggi, yaitu harga pembeliannya dan harga bahan bakar yang terus meningkat. Akan tetapi keuntungan-keuntungannya adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas kerjanya (jam/ha) tinggi
2. Hanya membutuhkan 2-3 orang untuk panen dalam 1 hektar
3. Biaya panen per hektar relatif lebih rendah dibandingkan dengan cara
tradisional.
4. Kehilangan gabah di sawah relatif lebih rendah bagi varietas padi yang
sukar rontok.
5. Dapat dimiliki kelompok tani secara koperasi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 KESIMPULAN
            Alat ini berguna untuk merontokan padi. Alat perontok padi ada 2 jenis yang tradisional dan modern. Untuk tradisional adalah threser pedal alat ini bekerja menggunakan tenmaga manusia dan kapasitas kerja nya lebih lama. Untuk modern adalah powr threser kapasitasnaya lebih cepat disbanding yang modern. Tetapi lebih mudah kehilangan gabah jika tidak digunakan sesuai kapasitasnya.

4.2 SARAN
Saat praktikum, harap untuk lebih memperhatikan praktikan. Kemudian lebih memprjelas pengertian tentang masing-masing dari alat pemanenan sampai pasca panen.



DAFTAR PUSTAKA


·      AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.





·      Koga, Y. 1988. Farm Machinery Vol. II. Tsukuba International Agricultural Training Centre. JICA.





 

Followers