LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
“PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA"
DISUSUN
OLEH:
Nama : Aben Candra
NPM : E1J010070
Prodi : Agroekoteknologi
Dosen : Ir. Nadrawati M.P
Co.Ass :
Tri
Nurhidaya
Yanti
CH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Untuk mengamati dan membedakan macam-macam
formulasi pestisida, cara penyiapannya dan alat-alat yang sesuai digunakan
untuk mengaplikan pada formulasi yang digunakan.
1.2.
DASAR
TEORI
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan
lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai
hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur),
bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran
mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur
dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu
(PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh
hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa
hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. ( Anonim, 1973)
Pestisida dapat digolongkan menjadi
bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan
tersebut disajikan sbb.:
1. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu..
2. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti
ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
* Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti
burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol
populasi burung.
3. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani
bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
4. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos
yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
5. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman
setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
6. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti
potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
7. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh
ulat atau larva.
8. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti
berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani
nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing
yang hidup di akar).
9. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi
untuk membunuh telur.
10. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma.
Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
11. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan.
Berfungsi untuk membunuh ikan.
12. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti
pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
13. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti
pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
15. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti
serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap. (Suharto.2007)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida sebelum digunakan harus
diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi
oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke
formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa
formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida
yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang
diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan
tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila
angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni.
Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan
aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan
emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan
membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada
bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu
tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran
biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan
kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25
persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah
bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang
nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible
granule).
3. Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri
atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian
pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien.
Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya
terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek
(biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di
belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water
soluble powder).
5. Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan
singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan
minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini
sering digunakan pada tanaman kapas.
(Soeharto, 2007)
(Soeharto, 2007)
KIMIA PESTISIDA
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang
jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai
unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai
adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur.
Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum,
mercury, zinc dan arsenic.
1. Sifat pestisida Setiap pestisida
mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah
daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan
titik didih.
2. Tata
Nama Pestisida Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian
nama atau dikenal dengan tata nama.
3. Cara
Kerja Pestisida
* Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh
setelah tubuh jasad terkena sasaran.
* Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya
bunuh setelah jasad sasaran terkena uap.
* Pestisida sistemik, berarti dapat
ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati
kalau mengisap cairan tanaman.
* Pestisida lambung, berarti mempunyai daya
bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. (Triharsono.2004)
BAB
III
METODOLOGI
2.1. BAHAN dan ALAT
1.
BAHAN
Macam-macam jenis pestisida meliputi
pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit, dengan berbagai
formulasi, seperti : D,G,WP,EC,DC,ULV, dan lain-lain beberapa dasar pembuat pestisida
2.
ALAT
Macam-macam alat aplikasi pestisida.
Saperti penugal, soil injector, semi-automatic sprayer, automatic high prayer,
mist blower
CARA KERJA
1.
PENGAMATAN
PESTISIDA
A. Amati contoh-contoh pestisida yang ada.
Perhatikan nama pestisida, formulasi, warna, bahan aktif, dan kadar bahan
aktifnya.
B.
Sebutkan
alat aplikasi apa yang mestinya digunakan untuk pestisida yang bersangkutan dan
bagaimana menyiapkannya.
C.
Perhatikan
contoh-contoh pestisida yang masih dalam kemasan dagang. Apa saj yang tertulis
pada kemasannya dan sebutkan apakah masih ada iformasi lain yang perlu
dicantumkan
2.
PENGAMATAN
ALAT-ALAT APLIKASI PESTISIDA
A. Amati contoh-contoh alat paklikasi yang
ada
B. Sebutakan setiap bagiannya dan jelaskan
fungsi setiap bagian tersebut
C. Jelaskan prinsip kerja alat yang saudara
amati
D. Sebutkan pula formulasi pestisida apa saja
yang dapat diaplikasikan dalam
pemeliharaan atau perawatan alat tersebut
E. Sebutkan apa saja yang harus diperahatikan
dalam pemeliharaaan atau perawatan alat tersebut.
BAB
V
KESIMPULAN
1.
Pestisida
adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai
hama.
2.
Pestisida
tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang
pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk
pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya
3.
pestisida
harus dijual dalam bentuk formulasi
4.
Pestisida
sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu
5.
Pedstisida
dapat dikelompokkan berfdasrkan sasarannya, misalnnya insektisida (racun
insekta ), rodentisda (racun binatang mangerat), herbisdia (racun gulma),
fungisida (racun jamur), bakterisida (racun bakteri0, virisida (racun virus),
avisida (racun burung0, silvisida (racun pohon hutan)
DAFTAR
PUSTAKA
Suharto, 2007. Pengenalan dan
Pengendalian hama tanaman pangan.Cv Andi Offset.YOGYAKARTA
Triharsono, 2004. Dasar-dasar
perlindungan tanaman.Gadjah Mada Universitas Press.YOGYAKARTA
etc, saya lupa
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGAMATAN
NO
|
NAMA
PESTISIDA
|
P.SASARAN
|
FORMULASI
|
WARNA
|
NAMA B.A
|
KADAR
B.A
|
1
|
Atonik
|
Pengatur
Tumbuh Tanaman
|
L
|
Coklat
|
Natrium orto
|
2,0 g/l
|
2
|
Dithane m45
|
Bercak &
busuk daun
|
WP
|
Kuning abu-abu
|
mankozeb
|
80 %
|
3
|
Indovin
|
Ulat grayak
& penghisap daun
|
SP
|
Putih
|
Karbanil
|
85 %
|
4
|
Dithane m45
|
Busuk daun
& bercak
|
EC
|
Kuning abu-abu
|
mankozeb
|
80 %
|
5
|
cacaron
|
serangga
|
EC
|
Kuning
kecokalatan
|
profenofos
|
500 g/l
|
6
|
matador
|
Pengisap buah
(helopeltis spp)
|
CS
|
Putih susu
|
Lamda sikalotrin
|
25 g/l
|
NO
|
NAMA
PESTISIDA
|
Formulasi
|
Bentuk
|
Pabrik
|
||
1
|
Atonik
|
ZPT
|
Cair
|
Mastalin
mandiri
|
||
2
|
Dithane m45
|
Fungisida 80
WP
|
granuler
|
Dow agro
science
|
||
3
|
Indovin
|
Insektisida
|
Tepung
|
Rhone pouloric
|
||
4
|
Dithane m45
|
Fungisida
|
Tepung
|
Rhome &
ross
|
||
5
|
cacaron
|
Akarisida
|
Solid
|
Mastalin
mandiri
|
||
6
|
matador
|
Insektisida
|
Cair
|
Dow agro
science
|
\
4.2. PEMBAHASAN
Pestisida mencakup bahan-bahan racun
yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan
sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti
hama, sedangkan cide berarti membunuh.
Dalam praktek, pestisida digunakan
bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya,
air pengencer, tepung untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan
penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer (dalam formulasi dust),
atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis
untuk penambah daya racun, dsb.
Karena pestisida merupakan bahan racun
maka penggunaanya perlu kehati-hatian, dengan memperhatikan keamanan operator,
bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk
pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan
dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.
Pestisida dalam bentuk teknis (technical
grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida
merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan
sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling),
penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah
diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.
Formulasi insektisida yang digunakan dalam
pengawetan kayu dan pengendalian hama hasil hutan pada umumnya adalah dalam
bentuk:
1. Untuk Penyemprotan (sprays) dan
pencelupan (dipping)
1.1. Emulsifiable / emulsible
concentrates (EC)
1.2. Water miscible liquids
(S)
1.2a. Water soluble concentrates
(WSC)
1.2b. Soluble concentrates (SC)
1.3. Wettable powder
(WP)
1.4. Flowable suspension (F)
1.5. Water soluble powders
(SP)
1.6. Ultra Low Volume Concentrates
(ULV)
2. Dalam bentuk Dusts (D)
2.1. Racun dust yang tidak
diencerkan, misalnya langsung dioleskan pada bagian tiang yang akan ditanam (direct
dust admixture)
2.2. Racun dengan pengencer aktif,
misalnya belerang
2.3. Racun dengan pengencer inert,
misalnya pyrophyllite
3. Fumigan misalnya kloropikrin
untuk Cryptotermes
4. Umpan (baits)
EC (emulsible atau emulsifiable
concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier
(bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi
dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini
merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang
menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air
pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan
bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan
butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75 % dari
seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible
Concentrates.
Bila partikel air diencerkan dalam minyak
(kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC
yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau
endapan setelah 24 jam.
S (solution, larutan
dalam air) merupakan larutan garam dalam air atau campuran yang jernih walaupun
semula mengandung cairan lain misalnya alkohol yang dapat bercampur dengan air.
Dusts (D) : Dusts,
debu, tepung atau bubuk – merupakan formulasi pestisida yang paling sederhana
dan yang paling mudah untuk digunakan. Contoh paling sederhana dari dust yang
tidak di “encerkan” adalah tepung belerang yang digunakan untuk menekan
hampi semua populasi serangga. Rayap Cryptotermes dapat dikendalikan
populasinya dengan dusting.
0 komentar:
Posting Komentar