Minggu, 02 Maret 2014

PENGUKURAN SUDUT LERENG Konservasi tanah dan Air


PENGUKURAN SUDUT LERENG

Aben Candra
E1J010070
                                 
Program Studi Agroekoteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2012

I.                   PENDAHULUAN
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (0)..
Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan lereng dan beda tinggi dari permukaan laut.  Permukaan tanah dengan beda tinggi dan kemiringan yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung, sedangkan untuk beda tinggi dan kemiringan yang lebih rendah secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan berombak.  Ilmu yang membahas tentang topgrafi ini disebut geomorfologi.  Dua unsur topografi yang banyak dibahas dan besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng (length,) dan kemiringan lereng (slope).
Untuk mengetahui atau menentukan besar kemiringan data diukur dengan melalui beberapa metode atu alat antara lain dengan metode : alat Ondol - ondol (ondol-ondol), abney level dan clinometers. Sedangkan pada acara ini digunakan ondol-ondol dan abney level.dan clinometers.
Alat Ondol - ondol merupakan suatu alat sederhana pengukuran kemiringan lereng. Alat ini terbuat dari dua potong bamboo atau kayu yang diikat longgar pada dua ujungnya sehingga mudah digerakkan. Di bagian tengah alat dipasang suatu kayu penyangga melintang sehingga bentuknya persis seperti huruf A. Alat ini dilengkapi dengan beberapa tambahan seperti benag gandulan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan suatu tempat.
Sedangkan abney level merupakan suatu alat pengukuran kemiringan lereng , bentuknya mirip teropong, dengan panjang kurang lebih 15 cm, dengan berat 150 g. alat ini terdiri atas beberapa bagian, yakni : bodi (logam), tabung kaca berisi air tidak penuh bila digerakkan akan kelihatan gelembung air disebut nivo, skala kemiringan lereng dan celah bidik.
Pengaruh panjang lereng terhadap erosi ditentukan oleh sifat tanah dan intensitas hujan.  Erosi meningkat dengan meningkatnya panjang lereng untuk intensitas hujan tinggi, jika intensitas hujan rendah, erosi menurun (Baver et al., 1972).  Jika aliran permukaan terjadi di sepanjang lereng, maka laju aliran permukaan pada lereng bagian bawah lebih cepat akibat akumulasi aliran yang semakin tinggi.  Peningkatan laju aliran permukaan berakibat pada meningkatnya daya penghancur agregat dan pengikisan tanah akan semakin tinggi pula.  Oleh sebab itu, semakin panjang lereng, semakin tinggi potensi air untuk menimbulkan erosi.  Apabila panjang lereng meningkat dua kali maka jumlah erosi juga akan meningkat sekitar dua kali. Sehingga praktikum ini penting untuk dilaksanakan.
II.                TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Mengukur sudut lereng dengan berbagai alat pada berbagai kemeringan.
2.      Membandingkan hasil pengukuran sudut lereng dengan berbagai alat.


III.             OBJEK PRAKTIKUM
Pengukuran sudut kelerengan dengan Ondol-ondol, Abney level, dan Clinometer.

IV.             BAHAN DAN ALAT
ü        Ondol-ondol
ü        Clinometer
ü        Kalkulator Scientific
ü        Meteran
ü        Abney level
ü        Patok kayu panjang
ü        Alat tulis

V.                PROSEDUR KERJA
A.    Pengukuran kemiringan lereng dengan alat Ondol - ondol
a.       Cari  lokasi kemiringan lereng yang beragam dalam satu kawasan minimal 3 macam kemiringan, lalu pasang patokk kecil pada batas masing-masing satuan klemeringan lereng
b.      Tegakkan ondol-ondol ditempat miring pada salah satu satuan kemiringan lereng bagian kaki di titik A di bagian bawah lereng dan kaki yang lain di titik B di bagian atas lereng sehingga A-B membentuk garis yang searah dengan kemiringan lereng. Alat harus dipegang atau dipasang kayu penyangga agar tidak tumbang
c.       Perhatikan  alat pengukur kemiringan lereng Ondol - ondol seperti segitiga ABC (GAmbar 1.1). DF adalah benang gandul. Mengukur jarak E ke F1 di benang gandul misalnya a cm dan DE= b cm (DEF1 adalah segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di titik E). F1DE adalah sudut kemiringan lereng yang dapat dicari dengan rumus  tg F1DE x 100% =a/b. 100% dengan menggunakan kalkulator sudut F1DE dapat dihitung. Melakukan pengukuran kemiringan lereng pada tempat dan kemiringan yang berbeda sebanyak 5 kali dan memasukkan datanya pada lembar kerja.



B.     Pengukuran kemiringan lereng dengan menggunakan abney level
Prosedur kerjanya, yaitu :
1.      Lokasi sama seperti poin A.tegakkan pancang 1 dilereng bawah dititik A, dan pancang 2 dilereng atas titik B, jarak A-B sekitar 5-10 m.
2.      Beri  tanda garis setinggi mata si pengamat .
3.      Menegakkan patok tersebut pada poin 1 sejauh kurang lebih 30 m dari si pengamat.
4.      Lewat celah pada alat, si pengamat membidik kearah pancang yang sedang berdiri menegakken dan menggerakan alat naik-turun sehingga kelihatan gelembung nivo yang sedang bergerak
5.      Menempatkan gelembung nivo ke tengah-tengah tabung kaca tepat berimpit dengan tanda garis pada pancang. Amati angka pada skala yang ditunjukkan oleh jarum skala kemiringan lereng, lalu catat pada lembar kerja.
6.      Melakukan pengukuran kemiringan lereng pada tempat dan kemiringan lereng yang berbeda sebanyak 5 kali dan mencatat angkanya pada lembar kerja.

C.    Pengukuran sudut lereng mengunakan Clinometer
1.      Lokasi sama seperti poin A.
2.      Lakukan langkah seperti B: 1,2,3 tapi alat diganti dengan clinometers
3.      Sudut lereng dapat dibaca langsung lewat celah pengamatan dicelah bagian belakang alat.
4.      Ulangi sebanyak 3 kali pada berbagai kemeringan..












VI.             HASIL PENGAMATAN
Tabel Kerja
No.
Alat
Satuan
Jarak
Sudut Lereng (α)
lereng
E-F1= a (cm)
D-E=b
 Tg α = a/b x 100%
(O)
(%)

(cm)
1.
Ondol-ondol
1
1.0
8.3
12.05
6.86
12.05
2
1.6
8.3
19.27
10.9
19.27
3
1.4
8.3
16.86
9.57
16.86
4
2.1
8.3
25.30
14.1
25.30
2
Abney level
1



12.1
20
2



13.2
21.4
3



14
22.7
3.
clinometer
1



11
21
2



14
25
3



14
24
VII.          PEMBAHASAN
Dari pengamatan terhadap kegiatan yang praktikan lakukan, didapatlah hasil seperti yang tertera pada tabel kerja, dimana dilakukan pengamatan terhadap kemiringan yang berbeda pada areal yang terdapat di depan laboratorium ilmu tanah dengan menggunakan tiga buah alat yaitu ondol-ondol, Abney Level, dan clinometers.
Pada pengamatan dengan menggunakan Alat Ondol - ondol, pada pengukuran pertama didapatlah garis a sebesar 3,5 cm dengan mengukur jarak antara E ke F1 atau dari titik pusat gandulan menuju sudut simpangan dari tali. Lalu nilai b didapatkan dari panjang D ke E yaitu sebesar 12,5. Lalu dihitiung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 28% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng tersebut adalah 15,64O. Pada pengukuran kedua dengan tempat yang berbeda tentunya, didapatlah garis a sebesar 1,3 cm lalu nilai b sebesar 12,5setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 10,4% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng tersebut adalah 6O. Pada pengukuran ketiga dengan tempat yang berbeda juga tentunya, didapatlah garis a sebesar 4,4 cm lalu nilai b sebesar 12,5setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 35,2% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng tersebut adalah 19,4O. Pada pengukuran keempat dengan tempat yang berbeda lagi, didapatlah garis a sebesar 1,5 cm lalu nilai b sebesar 12,5 setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 12% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng tersebut adalah 6,64O. Pada pengukuran kelima dengan tempat yang berbeda, didapatlah garis a sebesar 3,3 cm lalu nilai b sebesar 12,5setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 26,4% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng tersebut adalah 14,78O.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai a atau jarak dai E ke F1 maka sudut yang dihasilkan akan semakin besar juga. Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan dari kelompok lainpun, praktikan kira hasilnya juga akan berbeda-beda tergantung dari mana menilai kelerengan tersebut dan dimana tempat pengukuran kelerengan atau kemiringan lereng.
Pada penggunaan alat Abney level dirasa cukup mudah dalam penggunaanya, dan juga cukup praktis, karena praktikan membidikkan abney level tersebut ke objek yang tingginya kira-kira sama dengan mata praktikan, lalu  melihat gelembung nivo yang terdapat pada abney level dan diusahakan gelembung tersebut menuju ke tengah tabung kaca dengan cara menggerakkan alat penunjuk skala turun naik, ketika gelembung tersebut telah tepat di tengah, dilanjutkan dengan memperhatikan skala yang tertera pada abney level tersebut dan dilanjutkan dengan menuliskan skala yang tertera pada lembar Kerja 1.
Pada pengamatan dan pengukuran pertama dengan menggunakan abney level, praktikan mengamati objek (seorang teman yang tingginya kira-kira sama dengan praktikan tepat di daerah matanya agar sejajar, lalu menempatkan gelembung nivo ditengah-tengah dengan menaik-turunkan skalanya, dan setelah gelembung tersebut berada di tengah praktikan amati skala yang muncul adalah 10 yang berarti 10O. dan jika dikalkulasikan dalam % maka didapati kemiringan lereng adalah 17,63%.Begitu juga untuk pengukuran kedua pada tempat yang berbeda didapati hasil pada skala abney level adalah 7O dan jika di jadikan dalam bentuk %, kemiringan lereng adalah 12,27%. pengukuran ketiga pada tempat yang berbeda juga didapati hasil pada skala abney level adalah 7O dan jika di jadikan dalam bentuk %, kemiringan lereng adalah 12,27%. pengukuran keempat pada tempat yang berbeda didapati hasil pada skala abney level adalah 7O dan jika di jadikan dalam bentuk %, kemiringan lereng adalah 12,27%. Dan pada pengukuran kelima didapati sudut yang tertera pada skala dalam abney level adalah 8O, sehingga jika dikalkulasikan dalam %, maka kemiringan lereng adalah 14,05%.
Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan pada kelompok lain, praktikan bisa memastikan hasilnya juga akan berbeda tergantung pada dimana kelompok lain tersebut mengamati suatu objek dan bagai mana cara yang mereka gunakan.
VIII.       KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
ü        Alat yang digunakan untuk mengukur kemiringan lereng pada berbagai tempat adalah abney level, Alat Ondol - ondol, dan clinometers.
ü        Penggunaan abney level dirasa cukup praktis dibandingkan dengan menggunakan alat Ondol - ondol.

Saran

ü        Sebaiknya ko ass mencontohkan atau menerapkan bagaimana cara membuat Alat Ondol - ondol seperti yang tertulis pada penuntun praktikum, agar praktikan bisa lebih memahami.

3 komentar:

 

Followers