PENGUKURAN
SUDUT LERENG
Aben Candra
E1J010070
Program Studi Agroekoteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2012
I.
PENDAHULUAN
Kemiringan lereng
adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief),
yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya
dihitung dalam persen (%) atau derajat (0)..
Topografi
merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan lereng dan beda tinggi
dari permukaan laut. Permukaan tanah
dengan beda tinggi dan kemiringan yang sangat besar, maka disebut topografinya
bergunung, sedangkan untuk beda tinggi dan kemiringan yang lebih rendah secara
berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan berombak. Ilmu yang membahas tentang topgrafi ini
disebut geomorfologi. Dua unsur
topografi yang banyak dibahas dan besar pengaruhnya terhadap erosi adalah
panjang lereng (length,) dan
kemiringan lereng (slope).
Untuk mengetahui atau
menentukan besar kemiringan data diukur dengan melalui beberapa metode atu alat
antara lain dengan metode : alat Ondol - ondol (ondol-ondol), abney level dan
clinometers. Sedangkan pada acara ini digunakan ondol-ondol dan abney level.dan
clinometers.
Alat Ondol -
ondol merupakan suatu alat sederhana pengukuran kemiringan lereng. Alat ini
terbuat dari dua potong bamboo atau kayu yang diikat longgar pada dua ujungnya
sehingga mudah digerakkan. Di bagian tengah alat dipasang suatu kayu penyangga
melintang sehingga bentuknya persis seperti huruf A. Alat ini dilengkapi dengan
beberapa tambahan seperti benag gandulan sehingga dapat digunakan untuk
mengukur kemiringan suatu tempat.
Sedangkan abney level
merupakan suatu alat pengukuran kemiringan lereng , bentuknya mirip teropong,
dengan panjang kurang lebih 15 cm, dengan berat 150 g. alat ini terdiri atas
beberapa bagian, yakni : bodi (logam), tabung kaca berisi air tidak penuh bila
digerakkan akan kelihatan gelembung air disebut nivo, skala kemiringan lereng
dan celah bidik.
Pengaruh
panjang lereng terhadap erosi ditentukan oleh sifat tanah dan intensitas
hujan. Erosi meningkat dengan
meningkatnya panjang lereng untuk intensitas hujan tinggi, jika intensitas
hujan rendah, erosi menurun (Baver et al.,
1972). Jika aliran permukaan terjadi di
sepanjang lereng, maka laju aliran permukaan pada lereng bagian bawah lebih
cepat akibat akumulasi aliran yang semakin tinggi. Peningkatan laju aliran permukaan berakibat
pada meningkatnya daya penghancur agregat dan pengikisan tanah akan semakin
tinggi pula. Oleh sebab itu, semakin
panjang lereng, semakin tinggi potensi air untuk menimbulkan erosi. Apabila panjang lereng meningkat dua kali
maka jumlah erosi juga akan meningkat sekitar dua kali. Sehingga praktikum ini penting untuk
dilaksanakan.
II.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Mengukur sudut lereng dengan berbagai alat pada
berbagai kemeringan.
2.
Membandingkan hasil pengukuran sudut lereng dengan
berbagai alat.
III.
OBJEK
PRAKTIKUM
Pengukuran sudut kelerengan dengan
Ondol-ondol, Abney level, dan Clinometer.
IV.
BAHAN DAN ALAT
ü
Ondol-ondol
ü
Clinometer
ü
Kalkulator Scientific
ü
Meteran
ü
Abney level
ü
Patok kayu panjang
ü
Alat tulis
V.
PROSEDUR
KERJA
A. Pengukuran kemiringan lereng dengan alat Ondol
- ondol
a.
Cari lokasi
kemiringan lereng yang beragam dalam satu kawasan minimal 3 macam kemiringan,
lalu pasang patokk kecil pada batas masing-masing satuan klemeringan lereng
b.
Tegakkan ondol-ondol ditempat miring pada salah satu
satuan kemiringan lereng bagian kaki di titik A di bagian bawah lereng dan kaki
yang lain di titik B di bagian atas lereng sehingga A-B membentuk garis yang
searah dengan kemiringan lereng. Alat harus dipegang atau dipasang kayu
penyangga agar tidak tumbang
c.
Perhatikan alat
pengukur kemiringan lereng Ondol - ondol seperti segitiga ABC (GAmbar 1.1). DF
adalah benang gandul. Mengukur jarak E ke F1 di benang gandul misalnya a cm dan
DE= b cm (DEF1 adalah segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di titik E).
F1DE adalah sudut kemiringan lereng yang dapat dicari dengan rumus tg F1DE x 100% =a/b. 100% dengan menggunakan
kalkulator sudut F1DE dapat dihitung. Melakukan pengukuran kemiringan lereng
pada tempat dan kemiringan yang berbeda sebanyak 5 kali dan memasukkan datanya
pada lembar kerja.
B. Pengukuran kemiringan lereng dengan
menggunakan abney level
Prosedur kerjanya, yaitu :
1.
Lokasi sama seperti poin A.tegakkan pancang 1 dilereng
bawah dititik A, dan pancang 2 dilereng atas titik B, jarak A-B sekitar 5-10 m.
2.
Beri tanda garis
setinggi mata si pengamat .
3.
Menegakkan patok tersebut pada poin 1 sejauh kurang
lebih 30 m dari si pengamat.
4.
Lewat celah pada alat, si pengamat membidik kearah
pancang yang sedang berdiri menegakken dan menggerakan alat naik-turun sehingga
kelihatan gelembung nivo yang sedang bergerak
5.
Menempatkan gelembung nivo ke tengah-tengah tabung kaca
tepat berimpit dengan tanda garis pada pancang. Amati angka pada skala yang
ditunjukkan oleh jarum skala kemiringan lereng, lalu catat pada lembar kerja.
6.
Melakukan pengukuran kemiringan lereng pada tempat dan
kemiringan lereng yang berbeda sebanyak 5 kali dan mencatat angkanya pada
lembar kerja.
C. Pengukuran sudut lereng mengunakan
Clinometer
1.
Lokasi sama seperti poin A.
2.
Lakukan langkah seperti B: 1,2,3 tapi alat diganti
dengan clinometers
3.
Sudut lereng dapat dibaca langsung lewat celah
pengamatan dicelah bagian belakang alat.
4.
Ulangi sebanyak 3 kali pada berbagai kemeringan..
VI.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel Kerja
No.
|
Alat
|
Satuan
|
Jarak
|
Sudut Lereng (α)
|
|||
lereng
|
E-F1= a (cm)
|
D-E=b
|
Tg α = a/b x 100%
|
(O)
|
(%)
|
||
|
(cm)
|
||||||
1.
|
Ondol-ondol
|
1
|
1.0
|
8.3
|
12.05
|
6.86
|
12.05
|
2
|
1.6
|
8.3
|
19.27
|
10.9
|
19.27
|
||
3
|
1.4
|
8.3
|
16.86
|
9.57
|
16.86
|
||
4
|
2.1
|
8.3
|
25.30
|
14.1
|
25.30
|
||
2
|
Abney level
|
1
|
|
|
|
12.1
|
20
|
2
|
|
|
|
13.2
|
21.4
|
||
3
|
|
|
|
14
|
22.7
|
||
3.
|
clinometer
|
1
|
|
|
|
11
|
21
|
2
|
|
|
|
14
|
25
|
||
3
|
|
|
|
14
|
24
|
VII.
PEMBAHASAN
Dari pengamatan terhadap kegiatan yang praktikan lakukan, didapatlah
hasil seperti yang tertera pada tabel kerja, dimana dilakukan pengamatan
terhadap kemiringan yang berbeda pada areal yang terdapat di depan laboratorium
ilmu tanah dengan menggunakan tiga buah alat yaitu ondol-ondol, Abney Level,
dan clinometers.
Pada pengamatan dengan menggunakan Alat Ondol - ondol, pada pengukuran
pertama didapatlah garis a sebesar 3,5 cm dengan mengukur jarak antara E ke F1
atau dari titik pusat gandulan menuju sudut simpangan dari tali. Lalu nilai b
didapatkan dari panjang D ke E yaitu sebesar 12,5. Lalu dihitiung TgF1DE.100%
=a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 28% untuk kemiringan lereng dan jika
diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng tersebut adalah
15,64O. Pada pengukuran kedua dengan tempat yang berbeda tentunya,
didapatlah garis a sebesar 1,3 cm lalu nilai b sebesar 12,5setelah itu dihitung
TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 10,4% untuk kemiringan lereng
dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka kemiringan lereng
tersebut adalah 6O. Pada pengukuran ketiga dengan tempat yang
berbeda juga tentunya, didapatlah garis a sebesar 4,4 cm lalu nilai b sebesar
12,5setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan nilai 35,2%
untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O) maka
kemiringan lereng tersebut adalah 19,4O. Pada pengukuran keempat
dengan tempat yang berbeda lagi, didapatlah garis a sebesar 1,5 cm lalu nilai b
sebesar 12,5 setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan
nilai 12% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O)
maka kemiringan lereng tersebut adalah 6,64O. Pada pengukuran kelima
dengan tempat yang berbeda, didapatlah garis a sebesar 3,3 cm lalu nilai b
sebesar 12,5setelah itu dihitung TgF1DE.100% =a/b.100% sehingga di dapatkan
nilai 26,4% untuk kemiringan lereng dan jika diasumsikan dalam derajad (O)
maka kemiringan lereng tersebut adalah 14,78O.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar nilai a atau jarak
dai E ke F1 maka sudut yang dihasilkan akan semakin besar juga. Jika
dibandingkan dengan hasil pengamatan dari kelompok lainpun, praktikan kira
hasilnya juga akan berbeda-beda tergantung dari mana menilai kelerengan
tersebut dan dimana tempat pengukuran kelerengan atau kemiringan lereng.
Pada penggunaan alat Abney level dirasa cukup mudah dalam penggunaanya,
dan juga cukup praktis, karena praktikan membidikkan abney level tersebut ke
objek yang tingginya kira-kira sama dengan mata praktikan, lalu melihat gelembung nivo yang terdapat pada
abney level dan diusahakan gelembung tersebut menuju ke tengah tabung kaca
dengan cara menggerakkan alat penunjuk skala turun naik, ketika gelembung
tersebut telah tepat di tengah, dilanjutkan dengan memperhatikan skala yang
tertera pada abney level tersebut dan dilanjutkan dengan menuliskan skala yang
tertera pada lembar Kerja 1.
Pada pengamatan dan pengukuran pertama dengan menggunakan abney level,
praktikan mengamati objek (seorang teman yang tingginya kira-kira sama dengan
praktikan tepat di daerah matanya agar sejajar, lalu menempatkan gelembung nivo
ditengah-tengah dengan menaik-turunkan skalanya, dan setelah gelembung tersebut
berada di tengah praktikan amati skala yang muncul adalah 10 yang berarti 10O.
dan jika dikalkulasikan dalam % maka didapati kemiringan lereng adalah
17,63%.Begitu juga untuk pengukuran kedua pada tempat yang berbeda didapati
hasil pada skala abney level adalah 7O dan jika di jadikan dalam
bentuk %, kemiringan lereng adalah 12,27%. pengukuran ketiga pada tempat yang
berbeda juga didapati hasil pada skala abney level adalah 7O dan
jika di jadikan dalam bentuk %, kemiringan lereng adalah 12,27%. pengukuran
keempat pada tempat yang berbeda didapati hasil pada skala abney level adalah 7O
dan jika di jadikan dalam bentuk %, kemiringan lereng adalah 12,27%. Dan pada
pengukuran kelima didapati sudut yang tertera pada skala dalam abney level
adalah 8O, sehingga jika dikalkulasikan dalam %, maka kemiringan
lereng adalah 14,05%.
Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan pada kelompok lain, praktikan
bisa memastikan hasilnya juga akan berbeda tergantung pada dimana kelompok lain
tersebut mengamati suatu objek dan bagai mana cara yang mereka gunakan.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
ü
Alat yang digunakan untuk mengukur kemiringan
lereng pada berbagai tempat adalah abney level, Alat Ondol - ondol, dan
clinometers.
ü
Penggunaan abney level dirasa cukup praktis
dibandingkan dengan menggunakan alat Ondol - ondol.
Saran
ü
Sebaiknya ko ass mencontohkan atau menerapkan
bagaimana cara membuat Alat Ondol - ondol seperti yang tertulis pada penuntun
praktikum, agar praktikan bisa lebih memahami.
keep it up good job SysTools Pen Drive Recovery Crack
BalasHapusVery good article! We will be linking to this particularly great post on our website. Keep up the good writing.
BalasHapusI am very impressed with your post because this post is very beneficial for me
Driver Genius Pro Crack
Autodesk 3ds Max Crack
K7 Total Security Crack
TeamViewer Crack
ManyCam Pro Crack
Adobe Animate CC Crack
BalasHapusI like your all post. You have done really good work.
Driver Genius Pro Crack
Autodesk 3ds Max Crack
K7 Total Security Crack
TeamViewer Crack
ManyCam Pro Crack
Adobe Animate CC Crack
Helicon Focus Pro Crack