Sabtu, 02 Maret 2013

Poin Tiga puluh dua. BAB II Buku Kunci Kebahagiaan Karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah



Sesungguhnya ilmu adalah kehidupan dan cahaya. Sedangkan, kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Semua keburukan penyebabnya adalah  tidak adanya kehidupan (hati) dan cahaya. Semua kebaikan sebabnya adalah cahaya  dan kehidupan (hati). Sesungguhnya cahaya itu menyingkap hakikat segala sesuatu  dan menjelaskan tingkatan-tingkatannya. Dan, kehidupan adalah pembukti sifat-sifat kesempurnaan yang mengharuskan munculnya pembenaran terhadap ucapan dan perbuatan. Karena itu setiap kali dia berbuat dalam kehidupan, maka semuanya adalah kebaikan, seperti rasa malu yang disebabkan oleh kesempurnaan kehidupan hati, pemahamannya terhadap hakekat keburukan, dan ketakutannya dari keburukan. Sebaliknya, kebodohan dan keburukan yang disebabkan oleh kematian hati dan tidak takutnya kepada yang buruk. Ini seperti kehidupan di mana hujan  adalah sebab kehidupan segala sesuatu. Allah berfirman, "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang; dengan cahaya itu dia berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?" (al-An'aam: 122)
Hatinya pernah mati karena kebodohan, lalu Allah menghidupkannya dengan ilmu dan memberinya iman sebagai cahaya yang dipakai untuk berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia. Allah SWT berfirman,"Wahai orang-orang yang beriman (kepada  para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmatnya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al-Hadiid: 28)
"Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (al-Baqarah: 257)
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelum kamu tidaklah mengetahui apakah Al-kitab (Al-Qur'an) dan tidakpula mengetahui apakah iman itu. Tetapi, Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (asy-Syuuraa: 52)
Allah SWT menyatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah ruh yang menyebabkan adanya kehidupan, dan cahaya yang menyebabkan adanya penerangan. Dengan demikian, dia menghimpun dua asas, yaitu kehidupan dan cahaya. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah  menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, (dan dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada  cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus." (al-Maa idah: 15-16)
"Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada cahaya yang Kami turunkan. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat." (at-Taghaabun: 8)
"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu suatu bukti dari Tuhan kamu dan Kami telah menurunkan cahaya yang menerangkan. "(an-Nisaav:174)
"Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu dan mengutus seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dari kegelapan kepada cahaya."  (ath-Thalaaq: 10-11)
"Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang becahaya seperti mutiara yang dinyalakan di dalamnya dengan minyak dan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di  sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah (barat)nya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (belapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (an-Nuur: 35)
Di dalam ayat ini Allah SWT membuat perumpamaan bagi cahaya-Nya yang Dia tanamkan dalam hati orang yang beriman, sebagaimana yang dikatakan oleh Ubai bin Ka'ab r.a., "Allah membuat perumpamaan atas cahaya-Nya yang terdapat dalam hati orang beriman, yaitu Al-Qur'an dan iman yang diberikan kepadanya sebagaimana dalam firman-Nya pada akhir ayat,
"Cahaya di atas cahaya." (an-Nuur: 35) Yakni cahaya iman di atas cahaya Al-Qur'an."
Juga sebagaimana dikatakan beberapa ulama salaf, "Seorang mukmin dapat berbicara berdasarkan hikmah meskipun dia tidak pernah mendengarnya dari riwayat. Dan apabila ia pernah mendengarnya dari riwayat, maka itu ibarat cahaya di atas cahaya."
Di dalam Al-Qur'an beberapa kali Allah SWT mengulang penyebutan kedua cahaya ini, yaitu Al-Qur'an dan iman secara bersamaan, seperti dalam firman-Nya, "Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apa  itu Al-kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami." (asy-Syuuraa: 52)
"Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Yunus: 58)
Karunia Allah adalah Al-Qur'an dan rahmat-Nya adalah keimanan. "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan keadaan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya." (al-An'aam: 122)
Allah SWT berfirman, "Cahaya di atas cahaya" (an-Nuur: 35) Yaitu cahaya iman di atas cahaya Al-Qur'an. Dalam hadits an-Nuwas bin Sam'an r.a. mengenai ayat 25 surah  Y\mus,"Sesungguhnya Allah membuat suatu perum-pamaan jalan lurus dan pada kedua tepinya ada dua rumah. Keduanya memiliki pintu yang terbuka, dan di atas pintu ada tirai dan seseorang yang menyeru ke jalan tersebut dan di atasnya ada seorang lagi yang menyeru, 'Allah mengajak kepada tempat keselamatan dan menunjuki orang yang dikehendakinya kepada jalan lurus," Nabi saw. bersabda,
"Pintu-pintu yang berada di pinggir jalan adalah hukum-hukum Allah. Jadi tidak ada orang yang sampai ke hukum-hukum Allah tersebut sebelum tirainya disingkapkan. Adapun orang yang menyeru dari atasnya adalah penasehat dari Tuhan." (HR Tirmidzi).
Sedangkan riwayat dan lafal Imam Ahmad adalah, "Dan penyeru di ujung jalan adalah kitab Allah dan penyeru dari atas jalan adalah penasehat Allah yang ada dalam hati setiap orang mukmin. "(HR Ahmad dan Hakim) Jadi dia menyebutkan dua pokok, yaitu  Al-Qur'an dan iman, yang keduanya merupakan penyeru dari-Nya.
Hudzaifah mengatakan bahwa Rasulullah, "Sesungguhnya keimanan itu turun ke relung hati orang-orang, setelah itu turun Al-Qur'an kepadanya. Maka, terlebih dahulu mereka mengetahui dari keimanan kemudian mereka mengetahui Al-Qur'an."(HR Bukhari dan Muslim)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah atrujah (limau), rasanya enak dan baunya harum. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah kurma, rasanya enak namun tidak memiliki aroma. Dan, perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an adalah seperti tumbuhan wangi-wangian, baunya harum namun pahit rasanya. Sedangkan, perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an adalah seperti buah Hanzhalah (sejenis labu), rasanya pahit dan tidak berbau." (HR Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadits di atas Rasulullah saw. membagi manusia menjadi empat bagian.
Pertama, orang-orang yang beriman dan selalu membaca Al-Qur'an. Mereka ini adalah orang-orang yang terbaik. 
Kedua, orang-orang beriman namun tidak membaca Al-Qur'an. Mereka ini di bawah tingkatan golongan pertama. Kedua golongan ini adalah orang-orang yang berbahagia.

Dan Rasulullah saw. membagi orang-orang menderita menjadi dua golongan. Pertama, orang-orang yang membaca Al-Qur'an tanpa keimanan. Mereka adalah orang munafik. Kedua, orang-orang yang tidak beriman dan tidak mendapatkan cahaya Al-Qur'an.
Maksudnya, Al-Qur'an dan iman adalah dua cahaya yang diletakkan Allah SWT di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki. Keduanya merupakan pangkal dari segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Pengetahuan tentang keduanya merupakan ilmu yang paling tinggi dan mulia. Bahkan, tidak ada ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada pemiliknya kecuali ilmu tentang keduanya. 
"Dan Allah menunjuki orang yang dikendakinya kepada jalan lurus."  (al-Baqarah:213)
 

Followers