LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
Oleh
Nama : Aben Candra
Npm :
E1J010070
Co – Ass : Reka Purnama
Dosen pembimbing : Dr. Ir. Prasetyo, Ms.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI
Oleh :
Nama
: Aben Candra
NPM
: E1J010070
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
oleh dosen pada
Tanggal
Juni 2012
Bengkulu, Juni 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Praktikan,
(………………….............)
(
Aben Candra)
NIP.
NPM. E1J010070
ACARA I
PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL TANAMAN PERKEBUNAN
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka
lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman.
Di dalam pembukaan lahan areal yang dibuka ada yang berupa hutan
primer, hutan sekunder, oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada dan
intensitas pekerjaan yang harus dihadapi maka dapat digolongkan hutan berat,
hutan sedang dan hutan ringan. Pada praktikum acxara ini persiapan pembukaan
lahan yang akan dikerjakan berupa lahan semak belukar untuk persiapan penanaman
kakao
b.
Tujuan Praktikum
Tujuan
dari persiapan lahan ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah
dilakukan kerana lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada
umumnya, dalam rangka meningkatkan produksi tanaman perkebunan akan
dilaksanakan melalui peningkatan luas areal berupa penambahan baku lahan dan
peningkatan produktivitas. Untuk mendapatkan produktivitas yang maksimal dalam teknis budidaya
tanaman perkebunan dapat dilaksanakan melalui :
1.
Pemanfaatan lahan berdasarkan kesesuaian tanah dan iklim
(Agropedoklimat).
2.
Penggunanaan bahan tanaman unggul yang sesuai, dan
3.
Pelaksanaaan kultur teknis yang tepat, melalui budidaya pertanian baku.
Sementara
itu, untuk meningkatkan margin atau keuntungan peningkatan efisiensi, mutlak
dilaksanakan dengan mempertimbang-kan faktor teknis, ekonomis, sosial, dan
lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pengembangan perkebunan
rakyat hendaknya dilaksanakan secara holistik, menyeluruh dari semua aspek,
melalui tahapan yang jelas seperti Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani
melalui Survey Investigasi Desain (SID), Penyiapan Lahan, Penyiapan Bahan
Tanaman, Pengembangan Infrastruktur seperti jalan dan jembatan.
Dalam
pelaksanaan pengembangan tersebut mutlak melibatkan petani secara langsung dan
transparan, baik yang dilaksanakan secara Padat Karya maupun Penguatan Modal
Usaha Kelompok (PMUK), yang pengembangan lokasinya didasarkan pada pendekatan
kawasan secara terpadu dan memenuhi skala ekonomi. Salah satu perencanaan dalam
peningkatan produksi adalah perluasan lahan. Untuk meluaskan lahan, maka
diperlukan tindakan pembukaan lahan dan persiapannya untuk penanaman.
Pada lahan
alang-alang dan semak belukar cara pembukaan lahan dilakukan dengan pembabatan
secara manual atau dengan menggunakan herbisida. Pada lahan primer dilakukan
dengan cara menebang pohon-pohon , sedangkan yang dari lahan konversi dilakukan
dengan menebang atau membersihkan tanaman yang terdahulu. Lahan yang dipergunakan
untuk penanaman kakao dapat berasal dari lahan alang-alang dan semak belukar,
lahan primer atau lahan konversi.
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam
fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena
lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan
kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan
sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia,
maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan
tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan
untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan
yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering.
Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan
pencegahan erosi terlebih pada lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang
atu berbukit), maka usaha-usaha dalam mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu:
a. Penanaman secara kontur/garis tinggi
b. Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras
individu dan teras kolektif.
c. Penanaman tanaman penutup tanah, sangat
penting untuk pencegahan erosi.
III.
METODELOGI
a.
Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal 8 Maret 2009 yang bertempat kebun percobaan Laboratorium
Agronomi Fakultas Pertanian.
b.
Bahan dan Alat
Bahan dan
alat yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : Semperotan punggung, ember,
gelas ukur, tali rafia, herbisida ( Round Up, Clean Up, Sun Up,Sida Up).
c.
Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
§
Membuat batas lahan dengan menggunakan talia raffia untuk menentukan areal yang kan ditebas atau disemprot.
Pekerjaan penebasan semak belukar dilakukan 2 minggu sebelum penyemprotan.
Adapun luas lahan yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 15 m x 15 m.
§
Membuat larutan herbisida yang sesuai dengan dosis anjuran yang tertera
pada wadah yang ada.
§
Adapun tahapan pembuatan larutan herbisida yaitu sebagi berikut yang
pertama memasukan cairan herbisida sesuai takaran ke dalam alat semprot
punggung selanjutnya memasukan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk
hingga larutan merata.
§
Menyemprotkan larutan herbisida tersebut dengan menggunakan nozel
setinggi permukaan semak/belukar.
§
Menyemprotkan larutan herbisida tersebut secara merata kesemua bagian
tanaman semak atau belukar yang da pada arealyang telah ditentukan. Arah
penyemprotan tidakboleh berlawanandengan arah angin.
§
Mengusahakan agar tekanan pompa tidak berlebihan.
§
Menjaga Jarak atau lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot
lainnya agar dijga tidak yang tertinggal.
§
Memberi tanda pada saat pengisisan ulang tangki sprayer, untuk mencegah
agar ilalang tidak tersemprot atau
tersemprot ulang.
§
Melakukan pengulangan penyemprotan apabila turun hujan kurang dari 6 jam
setelah penyemprotan.
§
Melakukan penyemprotan kedua setelah 14-21 hari setelah penyemprotan
pertama untuk lebih memastikan agar gulma benar-benar mati.
§
Membiarkan hasil penyemprotan sekitar wakti 1-2 minggu untuk dapat
mengerjakan kegiatan berikutnnya.
IV.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Jenis gulma
|
Spesies
|
1
|
Gulma daun lebar
|
Mikania
micrantha, Phyllanthus niruri, Widelia trilobata
|
2
|
Gulma daun sempit
|
Cyperus rotundus,
Imperata cylincrica, Mimosa pudica
|
V.
PEMBAHASAN
Persiapan pembukaan lahan merupakan salah
satu langkah penting untuk memulai rangkaian penanaman tanaman tahunan.
Pembukaan lahan pada dasarnya adalah untuk membersihkan berbagai vegetasi yang
ada dari segala gulma yang mengganggu pertanaman dan juga kotoran lain seperti
sampah-sampah, gundukan tanah, bebatuan dan ranting atau cabang pohon yang
tumbang yang sekiranya akan merintangi penanaman tanaman tahunan dan juga dalam
hal perawatan dan pengamatannya hingga pemanenannnya.
Langkah awal dalam membuka lahan adalah
dengan membersihkan lahan dari vegetasi yang ada. Dalam praktikum ini jenis
lahan yang digunakan adalah lahan kategori sedang dimana bukan hanya gulma yang
tumbuh tetapi juga terdapat pepohonan besar lain yang berada dan mengakibatkan naungan terhadap pertanaman yang akan
ditanami. Pembersihan dimulai dengan membabat gulma-gulma yang ada dan
disemprot dengan menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif isopropil amina
glyphosat dengan merek dagang Sting. Adapun perhitungan dosis yang digunakan
untuk lahan pertanaman tersebut adalah :
Dosis anjuran =
5L/ha
Luas lahan =
18x24 m = 432 m2
Dosis herbisida = (5L/10000 m2) x 432 m2
=
0,216 L
Jadi, dosis yang dipergunakan pada saat
aplikasi herbisida tersebut adalah 0,216 L herbisida Sting yang dilarutkan ke
dalam air dan disemprotkan pada waktu pagi atau sore hari. Apabila turun hujan
dalam kurun waktu kurang dari 6 jam, maka penyemprotan harus diulakgi lagi.
Alasan dalam memilih herbisida jenis ini adalah karena Sting berbahan aktif
yang bersifat sistemik, sehingga dapat meracuni seluruh jaringan tanaman dan
diharapkan pertanaman bebeas dari gulma sebelum dilakukan penanaman lebih lanjut.
Setelah dilakukan penyemprotan, dilakukan
pula penebangan pepohonan yang ada dan menaungi pertanaman untuk mempermudah
proses penanaman. Pohon yang ditebang tergolong pohon besar yang diameternya
mencapai 1 m dan tinggi sekitar 20 m-30m. Penebangan dilakukan dengan memakai
peralatan shinzo dan memotong-motong batang pohon menjadi beberapa bagian untuk
mempermudah kegiatan merumpuk dan membakar. Beberapa bagian pohin yang bernilai
ekonomi dikumpulkan untuk menambah income. Setelah kegiatan pembersihan baik
pemberantasan gulma dan pembersihan lahan dari pepohonan dan kotorannya,
kegiatan selanjutnya dapat segera dilaksanakan.
VI.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang tealah kami laksanakan.
maka kami dapat menarik kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Gulma yang terdapat pada lahan adalah gulma
golongan daun sempit dan daun lebar
2. Herbisida Sting yang dipakai memiliki bahan
aktif berupa isopropil amina glyphosat yang bersifat sistemik
3. Persiapan pembukaan lahan diperlukan untuk
mempermudah proses pengerjaan selanjutnya pada lahan perkebunan.
ACARA II
TEKNIK PEMBUATAN
PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN
I.
PENDAHULUAN
·
Latar Belakang
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan
dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanam dengan
tanaman perkebunan/kehutanan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperolah
barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan
kontuur pada lahan yang bergelombang atau berbukit.
Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan
teknik berdasarkan jenis komoditi yang akan ditanam dan jarak tanam tertentu.
·
Tujuan Praktikum
Tujuan paraktikum ini adalah untuk memperoleh pertanaman yang
lurus/ teratur letaknya dari berbagai sudutbaik pada lahan datar maupun agak
miring.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengajiran
dilakukan sebelum penanaman, dan dimaksudkan agar tanaman ditanam sesuai dengan
jarak tanam yang telah ditetapkan. Ajir terbuat dari bambu berukuran panjang 50
cm, tebal 1 cm, sedangkan alat untuk menentukan jarak dan barisan tanaman
dibuat dari rantai kawat atau tambang plastik yang biasa disebut kenca.
Cara
pengajiran pada lahan yang datar dan landai ialah dengan membuat ajir induk
pada kedua sisi lahan, kemudian pengajiran dilakukan dengan sistem barisan
lurus atau zig-zag, sesuai dengan jarak tanam yang telahditentukan.
Pada
dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan
ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
a)
Pada areal lahan yang
relatif datar / landai (kemiringan antara 00- 80) jarak
tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus
mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7
m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m.
b)
Pada areal lahan
bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500
lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman
secara kontur)
Cara
pengajiran pada lahan kering dengan sistem kontur adalah sebagai berikut :
-
Pengajiran dimulai dari atas
turun ke bawah, dipilih lereng yang tidak bergelombang.
-
Tentukan titik tertinggi dan
tancapkan ajir. Dari titik itu dibuat deretan ajir induk dengan jarak tanam
antar barisan yang telah ditentukan (120 cm) dari atas lereng turun ke bawah.
-
Pada sisi lain, di sebelah
ajir induk tadi dengan jarak kira-kira 20 cm atau lebih, dibuat deretan ajir induk ke dua,
dengan titik tertinggi sama dengan salah satu titik ajir dari deretan ajir
induk pertama. Deretan ajir induk kedua juga ditancapkan dari atas turun ke
bawah dengan jarak 120 cm.
-
Sesudah deretan ajir induk
kedua ditentukan, maka di antara kedua induk ajir tadi dibuat deretan ajir
induk ketiga atau keempat atau lebih disesuaikan dengan keadaan topografi tanah
tepat pada garis kontur.
-
Ajir induk ditentukan dengan
menggunakan alat teodolit, atau dengan alat water pass yang terbuat dari slang
(pipa) plastik dengan garis tengah 0,5 cm. Alat water pass serupa ini biasa
dipakai oleh tukang tembok.
-
Selanjutnya dengan berpedoman pada ketiga atau lebih
deretan ajir induk tadi dapat dilakukan pengajiran dengan sistem kontur atau
ngais pasir dengan jarak tanam 60 cm (dalam barisan).
-
Jarak tanam antar barisan
(120 cm) pada lahan miring bukan jarak tanam proyeksi, tetapi jarak yang
sebenarnya (permukaan tanah).
Bahan
ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada
setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk
tanaman.
Pola pertanaman
sangat bermacam bentuk tergantung dari jenis komoditi. Untuk tanaman tahunan
jarak tanam yang relative lebar dapat disiasati dengan cara pembuatan ajir
karena dapat membantu dalam memperoleh pola tanam yang teratur dan rapi
sehingga memudahkan dalam pekerjaan lain. Dengan pembutan ajir maka diharapkan
dapat memperoleh berbegai kemudahan dalam budidaya, maupun dalam hal hal lain
yang dianggap perlu. Pembuatan ajir atau pengajiran proses tidak terlalu sulit
tapi harus membutuhkan perhitungan yang tepat untuk mendapat hasil yang pas.
III.
METODELOGI
a.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam
praktilkum ini antaralain meteran, kompas, teropong BTM/theodolit, tali rapis,
tali pancang, tongkat ajir indik, tongkat ajir biasa dan cat warna merah.
b.
Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
Cara pengajiran untuk tanaman kakao dengan munggunakan sistem
jarak tanam pagar dengan jarak tanam 3m x 3m.
1.
Pembuatan ajir induk (dengan
menggunakan BTM/Theodolit)
·
Tentukan arah Barat-Timur
dan Utara –Selatan dan keduanya berpotongan tegak lurus
·
Tentukan titik A untuk awal
mulai pekerjaan, selanjutnya ukur AC =CD= 21 m pada arah BT, dan AG=GH=21 m
menurut arah US
·
Buat garis a dan b tegak
lurus pada BT di C dan D demikian pula P dan Q tegak lurus pada US di G dan H
·
Garis A memotong P dan Q di
F dan I, sedangkan B di E dan J
·
Secara sama dibuat
petak-petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang aka
ditanami.
·
Pembuatan petak selanjutnya
tidak memerlukan BTM, cukup berpedoman pada ajir induk yang telah ada. Titik,
A, B, C, D,E, F, G, H, I dan J disebut ajir induk atau ajir pokok dan dipasangi
dengan ajir yang ukurannya lebih besar dan diberi cat warna yang mencolok.
2.
Pembuatan petak sesuai
dengan jarak tanam, contoh :ACFG
·
Ukur menurut arah GF, jarak
3 m dengan titik F1,F2,F3 dan F4 demekian
juga AC dengan titik A1,A2,A3, dan A4.
·
Ukur menurut arah CF jarak 3
m dengan titik C1,C2,C3,C4 dan seterusnya
demekian juga AG dengan titik G1,G2,G3,G4, dan
seterusnya.
·
Hubungkan dengan tali
titik-titk A1 danF1,A2 dan F3,A4
danF4, keempat tali titik ditarik dengan kencang agar diperoleh
garis yang lurus
·
Hubungkan
engan tali titik-tik G1 dan C1, tali G1 dan C1
ditarik dengan kencang. Tali G1 C1 akan memotong tali A1
F1.A2 F2,A3 F3, dan A4
F4 dan titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir.
·
Tali bekas penghubung antara titik G1 dan C1 dipindahkan untuk
menghubungkan titik G2 dan C2, yang juga kan memotong A1 F1, A2 F2, A3 F3 dan
A4 F4 dengan cara sama pada setiap titik potong tersebut ditancapkan sebuah
ajir
·
Ulangi semua cara-cara tersebut samapi sama petak terisi.
Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum
pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan
kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ketajaman mata si pelaksana.
Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai
ditanam.
Pengajiran sebaiknya dimulai di tenga-tengah
dan dibagian kebun yang tertinggi, sehinga bila ada kesalahn atau kurang tepat
dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas kebun, sugai dan jalan.
Dalam pengajiran diperlukan suatu titk yang
kompak, dan jumlahnya tidak melebihi 5 orang setiap timnya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan ajir merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan pertanaman yang lurus dan rapi dilihat dari
berbagai sudut areal pertanaman. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah pengamatan, pemeliharaan, jalan ransportasi produksi, bahan alat
dan karyawan, serta memudahkan dalam hal pemanenan produk.
Teknik pengajiran dilakukan dengan
mempergunakan dua macam pancang atau ajir, yaitu ajir utama dan ajir sekunder.
Ajir utama dilakukan sebagai acuan utama untuk mendapatkan patokan garis lurus
yang diletakkan pada titik tertinggi areal, sehingga terlihat dari berbagai
arah dan mempermudaj peletakan dan pengukuran ajir selanjutnya. Penanaman atau
pembuatan ajir dilakukan dengan menghadap arah U-S untuk efektifitas cahaya
matahari.
Setelah penempatan ajir utama selesai
dilakukan, dibuat atau ditempatkan ajir sekunder yang diletakkan pada sisi lain
dan sisi sejajar yang terletak lurus berhadap-hadapan, Selanjutnya hal yang
serupa dilakukan terhadap ajir sekunder yang lain pada petakan kain hhingga
selesai didapatkan pertanaman yang lurus dari berbagai sisi. Adapun hasil
pengajiran yang dilakukan, merupakan patokan dalam pembuatan luibang tanam dan
penanaman yang akan segera dilakukan, sehingga didapatkan pertanaman kakao yang
kurus dari berbagai sisi sehingga mempermudah pengamatan dan transportasi
karyawan dan manager.
Ajir yang digunakan dapat berupaka potongan
kayu atau ranting yang harus dapat terlihat jelas oleh pengamat. Pada
perkebunan besar, ajir yang digunakan biasanya diberi cat atau warna tertentu
untuk mempermudah penglihatan mata pengamat. Biasanya warna antara ajir utama
dengan ajir sekunder berbeda, sehingga jelas terletak dimana patokan terhadap
satu plot area pengajiran dengan area pengajiran lainnya.
Teknik pengajiran ini dilakukan oleh beberapa
orang, biasanya 1-3 orang paling banyak. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kontrol penglihatan mata pengamat, apabila dilakukan oleh banyak orang maka
akan memperkeruh suasana pekerjaan karena terdapat lebih dari satu komando yang
akan memberikan pengarahan arah, sehingga dapat membuat pengajiran menjadi
tidak lurus dari satu atau beberapa arah mata angin. Apabila hal ini terlah
terjadi, maka akan didapatkan sistem pertanaman yang tidak rapi dan dapat
menghambat proses pengamatan, managemen, produksi, perawatan, dan juga transpor
panen.
V.
KESIMPULAN
1. Pengajiran dilakukan untuk mendapatkan
pertanaman kakao yang lurus terlihat dari berbagai sudut mata angin sehingga
akan mempermudah proses pengamatan, perawatan, tansportasi, dan pemanenan.
2. Teknik pengajiran dilakukan dengan ajir yang
terdiri dari ajir utama dan ajir sekunder.
3. Pengajiran untuk lebih efektifnya dilakukan
oleh 1-3 orang saja.
ACARA III
PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PERSIAPAN TANAM
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan
dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman tahunan/perkebunan yang baik. Hal
sama-sama bisa dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran
yang cukup dalam dan luas.
Pembuatan lubang tanam dapat dipandang sebagai salah satu bentuk
pengolahan tanah dalam skala Kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan
sebelum tanam tiba. Selama menunggu saat tanam, tanah galihan akan mengalami
perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh
cuaca dan iklim. Dalam pembuatan lubang tanam hendaknya menggunakan ukuran
lubang yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibit yang
akan ditanam. Pada lahan yang gembur atau subur ukuran lubang tanam yang
digunakan dapat 60 x 60 x60 cm atau 70 x 70 x70 cm, sedangkan pada lahan yang
kurus atau kurang subur ukuran lubang tanam yang digunakan dapat 80 x 80 x 80
cm atau 100 x 100 x100 cm. Lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga letak
ajir tepat ditengah-tengah lubang tanam. Lubang tanam dibuat sedemikian rupa
sehingga letak ajir tepat di tengah-tengah lubang tanam. Sewaktu menggali
lubang, ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah harus dipisahkan
tanah galian bagaian atas, namun ada yang bependapat bahwa tanah galian
tersebut tidak perlu dipisahkan, demikian juga pada waktu pengisihan.
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya
perkarangan tanaman pokok, juga memudahkan perwatan tanaman serta menjaga
konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan
kontur lahan dan jarak tanam.
b.
Tujuan Praktikum
Untuk memberikan pengertian secara langsung
pada praktikan dilapangan sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan
masalah dan menerapkan secara praktis dan benar.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ukuran lubang untuk
tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar
dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil)
diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di
sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet
ditanam.
Lubang tanam dibuat
tepat di tengah-tengah antara dua ajir, dengan ukuran sebagai berikut :
(a) untuk bibit asal stump biji adalah 30 x
30 x 40 cm, dan
(b) untuk bibit asal setek adalah 20 x 20 x
40 cm.
Lubang tanam dibuat
1-2 minggu sebelum penanaman. Pada waktu penanaman, lubang tanam diperiksa
lebih dahulu, lubang yang tertutup kembali atau menjadi dangkal oleh tanah yang
masuk akibat air hujan perlu digali kembali.
Persiapan lahan
sebelum penanaman untuk jenis-jenis tanaman kehutanan tidak terlalu rumit,
biasanya mereka membuat teras-teras bangku yang sederhana untuk areal yang
miring dengan bahan seadanya, setelah itu membuat lubang tanam (± 10 cm – 15
cm), sedangkan untuk tanaman pertanian, persiapan lahan lebih intensif lagi
dengan mencangkul, membuat gundukan dan larikan sebelum membuat lubang tanam
dan menanamnya.
Pada awalnya
masyarakat hanya menanam jenis tertentu (sengon, mahoni) di lahan milik mereka
dengan jarak yang tidak beraturan. Bibit berasal dari biji, ada juga cabutan
dari tempat lain, dengan ukuran bibit setinggi ± 15 cm – 20 cm. Kondisi saat
ini petani sudah menerapkan jarak tanam sesuai tujuan penanaman untuk
daerah-daerah tertentu.
Lubang tanam
merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau
budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab
tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.
Pembuatan lobang
tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lobang tanam
lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang
tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu
sendiri. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena
tenaga kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. Begitu juga sebaliknya, penggalian lubang
tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan
karena semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi
lubang.
III.
METODELOGI
a.
Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum tepat pada tanggal 13 Maret 2009 yang bertempat kebun percobaan Laboratirium
Agronomi Fakultas Pertanian.
b.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu,
sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya
adalah pupuk kandang, TSP, Urea, dan KCL.
c.
Cara kerja/Pelaksanaan Kegiatan
1)
Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:
ü
Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut?
ü
Bentuk kontur bagai mana?
2)
Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai
jarak tanamnya.
3)
Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam.
4)
Menentukan ukuran lobang tanam 60 cm x 40 cm x 40 cm.
5)
Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan
tanah bawah (sub soil), dimana tanah lapisan atas diletakkan disebelah kanan
lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah.
6)
Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari selama 7 sampai denagn 14
hari.
7)
Mencampur pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan sub soil samapi merata ,
dan mencampurkankurang lebih pupuk
kandang 5 kg dengan tanah lapisan atas (top Soil).
8)
Persiapan tanam : pertama
kali masukkan tanah hasil campuran (pupuk kandang + tanah top soil) kebaikan
bawah lobang tanam, kemudian atasnya dimasukan campuran tanah (pupuk kandang +
lapisan tanah sub soil) ke lobang tanam. Bersamaan dengan pengembalian tanah
giliran tersebut, agar timbahkan pupuk TSP sebanyak 0,25 kg sebagai pupuk dasar
dan kemudian dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
9)
Penanaman. Masukan tanaman yang sudah dipersipkan pada lobang tanam tadi
dengan terlebih dahulu membuat galian secukupnya pada bagian tengah lobang
tanam tersebut dan kembalikan tanah galian sambil menekan sebelah kiri dan
kanan lobang pelan-pelan dengan tangan, agar posisi bibit kuat. Setelah selesai
penanaman maka dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Pembuatan lubang tanam pada persiapan
pertanaman tanaman tahunan atau perkebunan merupakan hak yang mutlak harus
dilakukan, sebab penanaman tanaman perkenbunan pasti dilakukan di lahan bukan
di dalam polibag. Lubang tanam yang dibuat adalah berdasarkan pengajiran yang
telah dilakukan, dan penanaman bibit diletakkan atau ditanam tepat di bawah
dimana diletakkan ajir, hal ini dilakukan untuk mendapatkan pertanaman yang
lurus seperti tujuan dari pembuatan pengajiran itu sendiri.
Dalam pembuatan lubang tanam, tanah top soil
dikembalikan ke dalam dan sub soil dilettakkan diatasnya. Namun ada juga ahli
yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan. Namun, jika
dilihat dari kepentingan hara untuk tanaman kakao, ada baiknya bahwa hal
tersebut dilakukan, sebab tanah top soil mengandung hara yang lebih
banyak,sehingga lebih mampu dalam menyediakan hara bagi tanaman, ditambah pula
dengan sifat bahwa tanaman muda membutuhkan hara yang cepat tersaji dan dalam
jumlah yang relatif lebih banyak. Untuk itulah hal ini dilakukan.
Untuk menunjang kepentingan tanaman muda akan
kebutuhan hara, maka ke dalam lubang tanam diberikan pula pupuk kandang yang
telah matang. Pemberian pupuk kandang yang belum matang dapat meracuni tanaman,
sebab terjadi proses dekomposisi oleh bakteri pengurai kompos yang dapat
mengeluarkan panas atau zat tertentu sehingga dapat merugikan pertanaman.
Adapun lubang tanam yang telah disiapkan dan diacak untuk pertanaman kakao
adalah sebagai berikut :
Penanaman tanaman pokok tidak langsung
dilakukan pada saat pembuatan lubang tanam karena untuk meminimalisir kandungan
zat racun yang kemungkinan berada di dalam lubang tanam, zat racun tersebut
misalnya berasal dari sisa-sisa alelopati dari gulma yang tertinggal di
dalamnya, sehingga dibiarkan dahulu agar zat tersebut menguap. Selain itu, hal
ini dilakukan agar mikroba atau patogen yang ada dapat mati sehingga
memperkecil tanaman terserang penyakit atau hama.
V.
KESIMPULAN
1. Dalam mempersiapkan lubang tanam, dibuat
berdasarkan pengajiran yang telah dilakukan agar didapatkan pertanaman yang
lurus dari berbagai arah pengamatan.
2. Pembalikan dalam pengembalian tanah
diperlukan agar memperkecil peluang adanya alelopati yang mengedap di dalam sub
soil dan agar laipsan top soil yang mengandung hara lebih banyak dapat mendukung
pertumbuhan bibit yang masih muda.
3. Dalam membuat lubang tanam, sebaiknya tidak
langsung ditanami tanaman agar tanaman tidak terkena efek resiko alelopati,
patogen, dan bibit penyakit atau hama yang ada, sehingga perlu dibiarkan dahulu
beberapa waktu.
4. Penambahan pupuk kandang sangat penting untuk
menjaga ketersediaan hara dan juga membantu dalam mempertahankan agregat tanah
dan kapasitas pemegangan air oleh tanah.
ACARA IV
PEMELIHARAAN KOPI
ARABIKA DENGAN PEMUPUKAN
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu aspek budidaya tanaman tahunan yang perlu mendapatkan
perhatian dalam budidaya tanaman adalah pemeliharaan yang meliputi penyiraman,
penyiangan, penagturan naungan dan pemupukan.
Tanaman muda yang baru dipindahkan ke lapangan perlu adaptasi baik
terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi intern bibi itu sendiri.
Permasalahan yang sering timbul adalah terjadinya stagni bibit setelah
dipindahkam ke lapangan. Untuk itu pemeliharaan dan perwatan tanaman muda pada
budidaya tanaman tahunan perlu mendapatkan perhatian yang serius agar tanaman
dapat tumbuh normal sehingga akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas
tanaman yang optimal.
Untuk memperolah tanaman yang tumbuh cepat, sehat dan berproduksi
tinggi, pemupukan secara tepat dan teratur merupakan tindakan kultur teknis
yang perlu dilakukan, baik berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Salah satu usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu melakukan
pemupukan dengan pupuk kandang. Dikatakan bahwa walaupun kandungan hara pupuk
kandang tidak terlalu tinggi, tetapi pupuk ini mempunyai keistimewaan lain
yaitu memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, porositas dan daya
penahan air tanah. Komposisi pupuk kandang dengan tanah yang digunakan dalam
pembibitan antara satu jenis dengan jenis yang lainnya sangat bervariasi,
demikian juga dalm penggunaan salah satu jenis pupuk kandang.
Selain pupuk organik, untuk menambah unsur hara di dalam tanah
dapat juga digunakan pupuk organik. Urea merupakan pupuk anorganik dengan kadar
Nitrogen 46%. Keuntungan pupuk urea dalah kandungan Nnya yang tinggi yang
sangat dibutuhkan oleh bibit untuk pertumbuhan vegetataif, sedankan kelemahan
adalah bahwa di dalam tanah urea mudah berobah menjadi amoniak dan
karbodioksida dan urea bisa menybabakan kematian pada bibit.
1.2 Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk memelihara
tanaman cacao yang masih tergolong dalam tanaman yang belum menghasilkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kopi
Indonesia dewasa ini dihasilkan dari kebun rakyat, yakni sekitar 94% produksi
nasional. Selain itu kopi merupakan salah satu komoditi andalan Sub Sektor
Perkebunan karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja dan perolehan devisa. Bagaimanapun pendapat orang
tentang minum kopi yang dikaitkan dengan masalah kesehatan, rasa dan aroma yang
khas dari kopi membuat banyak orang kecanduan. Masalah yang dihadapi kopi
Indonesia saat ini di pasaran Internasional adalah rendahnya mutu kopi yang
umumnya dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Untuk itu perlu perbaikan dibidang produksi
berupa masa pra panen maupun pasca panen. Perlu lebih di tingkatkan penyuluhan
dan bimbingan kepada petani produsen dalam menggunakan bibit, perawatan
tanaman, melakukan panen dalam waktu yang tepat serta pengolahan hasil yang
lebih baik sehingga menghasilkan kopi yang bermutu tinggi.
Tanaman kopi dalam permintaan kebutuhan yang diimbangi
dengan harga banyak dibudidayakan oleh petani mengingat tanaman cukup potensial
untuk diusahakan. Perbanyakannya banyak dilakukan dengan menggunakan biji.
Selain itu, perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan setek.
Indonesia merupakan Negara penghasil kopi terbesar keempat setelah
Brasilia, kolombia, dan Vietnam. Produksi kopi Indonesia didominasi oleh jenis
kopi robusta yakni 90 % dan sisanya kopi arabika 10%, permintaan kopi dunia
didominasi kopi arabika , yakni 75% dan sisanya kopi robusta. Berdasarkan
fenomena tersebut maka kebijakan pemerintah adalah memperbesar proporsi
produksi kopi arabika (Anonim, 2004)
Upaya untuk memperbesar proporsi kopi
arabika harus diikuti dengan menyediakan paket teknologi bibit unggul. Bibit
unggul dapat diperoleh melalui sambungan antar kultivar kopi arabika. Koleksi
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mempunyai 10 genotipe kopi arabika yang
berumur satu tahun (ditanam tahun 2006). Tanaman tersebut perlu dipelihara,
terutama pemanbahan unsure hara melalui pemupukan.
Negara-negara
pembeli kopi utama, sekarang ini muncul keinginan untuk mengkonsumsi produk
kopi organic dan pola kebun berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kopi
organic mempunyai harga jual lebih tinggi dibandingkan kopi biasa, hal tersebut
disebabkan semakin meningkatnya kesadaran lingkungan dan kesadaran kesehatan
dimasyarakat (Agustin, dkk.,2002)
Pemupukan
dengan pendekatan organic adalah dengan menggunakan bahan baku organic,
diantaranya pupuk kandang. Pupuk kandang yang biasa digunakan untuk tanaman
kopi adalah pupuk kotoran sapi. Keunggulan pupuk kandang sapi adalah mempunyai
unsure hara cukup tinggi dan cepat mengalami dekomposisi. Untuk itu perlakuan
dosis pupuk kandang sapi untuk tanaman kopi arabika perlu dikaji.
Perbanyakan tanaman dengan metode
setek pada umumnya di gunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul,
menanggulangi tanaman – tanaman yang tidak dapat diperbanyak dengan benih,
mmudahkan dan mempercepat perbanyakan tanaman. Perkembangbiakan tanaman kopi
dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Kopi termasuk salah satu
tanaman yang bersifat “self-sterile”, sehingga tanaman kopi termasuk dalam
golongan tanaman penyerbuk silang. Karenanya perkembangbiakan secara generatif
sering tidak memuaskan, sebab dengan cara ini kemurnian klon sulit
dipertahankan. Sehingga perkembangbiakan vegetatif merupakan alternatif yang
perlu diperhatikan, salah satunya adalah dengan cara stek. Upaya untuk
memperbesar proporsi kopi arabika tersebut harus diikuti dengan menyediakan
paket teknologi bibit unggul. Bibit unggul dapat diperoleh melalui sambungan antar kultivar kopi
arabika. Koleksi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mempunyai 10 genotipe
kopi arabika yang berumur satu tahun (ditanam tahun 2006). Tanaman tersebut perlu dipelihara,
terutama pemanbahan unsure hara melalui pemupukan. Pemupukan dengan pendekatan
organic adalah dengan menggunakan bahan baku organic, diantaranya yaitu pupuk
kandang. Pupuk kandang yang biasa digunakan untuk tanaman kopi adalah pupuk
kotoran sapi. Keunggulan pupuk kandang sapi adalah mempunyai unsure hara cukup
tinggi dan cepat mengalami dekomposisi. Untuk itu perlakuan dosis pupuk kandang
sapi untuk tanaman kopi arabika perlu dikaji.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Metodeologi
·
Bahan dan alat
Ø
16 genotipe kopi arabika
Ø
Pupuk urea
Ø
TSP
Ø
KCL
Ø
Pupuk kandang
Ø
Hand sprayer
Ø
Ember
Ø
Tali rafiah
Ø
Herbisida Round up, Sun Up
Ø
Jangka sorong
Ø
Timbanagan digital
Ø
Cangkul
Ø
sabit
·
Cara Kerja
Ø
Memuat piringan pada tanaman kopi muda dengan diameter piringan 1 meter
dari batang pokok
Ø
Memberi pupuk kandang pada masing-masing tanaman sebanyak 2 kg, yang
diaduk dengan tanah disekitar tanaman pada saatpembuatan piringan
Ø
Memberi pupuk urea, TSP, KCL dengan dosis masing-masing 100gram, untuk
tanaman kopi
Ø
Membuat larutan herbisida yang ada sesuai dengan dosis anjuranyang
tertera ada wadah yang ada, seperti round up, sun up diperlukan 4-5 liter dalam
100 liter air
Ø
Menyemprotkan larutan herbisida yang telah dibuat denagan ketinggian
nozle diantara barisan tanaman kopi
Ø
Menyemprotkan larutan tersebut secara merat ke semua bagian herba/gulma
yang ada pada areal yang ditentukan
Ø
Mengusahakan tekanan pompa dalam nozle tidak berlebihan
Ø
Jarak/lebar semburan antara semprot dengan semprot yang lainny agar
dijaga tidak ada yang tertinggal
Ø
Pegisian tangki sprayer pada setiap titik deiberi tanda untuk mencegah
gulma tesemprot ulang.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
· Pengamatan 1
Perlakuan
|
Tinggi
tanam
|
Jumlah daun
|
P0
|
90,5
|
7
|
P1
|
60,7
|
7
|
P2
|
50,9
|
8
|
P3
|
120,9
|
9
|
P4
|
110
|
10
|
·
Pengamatan 2
Perlakuan
|
Tinggi
tanam
|
Jumlah
daun
|
P0
|
91
|
7
|
P1
|
61,2
|
7
|
P2
|
52,2
|
8
|
P3
|
121,3
|
9
|
P4
|
111
|
10
|
·
Pengamatan 3
Perlakuan
|
Tinggi
tanam
|
Jumlah
daun
|
P0
|
91
|
8
|
P1
|
61
|
6
|
P2
|
52,3
|
6
|
P3
|
122,1
|
9
|
P4
|
112
|
11
|
·
Pengamatan 4
Perlakuan
|
Tinggi
tanam
|
Jumlah
daun
|
P0
|
92,1
|
7
|
P1
|
62,2
|
7
|
P2
|
53,4
|
8
|
P3
|
123,3
|
9
|
P4
|
112,6
|
11
|
·
Pengamatan 5
Perlakuan
|
Tinggi
tanam
|
Jumlah
daun
|
P0
|
91,6
|
6
|
P1
|
63,1
|
6
|
P2
|
54,1
|
8
|
P3
|
123,9
|
9
|
P4
|
112,9
|
13
|
B.
Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan data
yang dilakukan, terlihat pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman yang
sangat minim. Tanaman seperti tidak meninggi walaupun telah diberi pemupukan.
Sebenarnya pemupukan akan berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman kopi
secara keseluruahan. Jika dilihat dari dosis, pemberiannya sudah tepat, tidak
kekurangan ataupun kelebihan. Kelemahhannya terdapat pada pemeliharaan tanaman
yang tidak intensif, yaitu kesulitan dalam melakukan pemyiraman. Jika dilihat
dengan seksama, terdapat penurunan tinggi tanaman kopi pada beberapa perlakuan.
Hal ini terjadi karena terdapat tanaman yang patah, sehingga mempengaruhi
tinggi tanaman selanjutnya. Tanaman kopi tidak tahan terhadap angin kencang, terlebih lagi bila musim
kemarau karena angin mempertinggi penguapan air. Tetapi angin juga mempunyai
peranan yang besar terhadap jenis kopi yang bersifat self steril. Pada umumnya
tanaman kopi kurang menyukai sinar matahari secara langsung dalam jumlah yang
banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur.
Pada variabel jumlah daun, hasil yang tidak
konsisten tampak jelas antar perlakuan pemupukan. Hal ini disebabkan karena
adanya peristiwa kekeringan akibat tidak disiram secara teratur. Penyiraman
yang tidak teratur terjadi karena lokasi penghambilan sumber air jauh,
sedangkan medan areal penanaman kopi sangat sulit untuk dijangkau dengan
membawa air untuk menyiram pertanaman. Oleh sebab itu kami sebagai praktikan,
demi kelancaran jalannya acara praktikum sebaiknya Laboratorium menyediakan
peralatan penyiraman dan lokasi sumber air yang layak dan terjangkau. Dengan
adanya kekeringan, tanaman kopi mengalami penguapan yang begitu besar, padahal
sedang menghadapi musim kemarau. Oleh sebab itu tanaman memilih untuk
menggugurkan daun yang menyebabkan penurunan jumlah daun dari minggu ke minggu.
Hasil pembahasan terhadap kedua variabel di
atas praktikan sajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :
Grafik 1. Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Kopi
Grafik 2. Grafik Pertambahan Daun Tanaman Kopi
V. KESIMPULAN
1. Pemupukan tanaman kopi diperlukan untuk
menciptakan peluang tingginya tingkat pemanenan pertama dan menjaga stabilitas
produk panen disamping meningkatkan resistensi dan toleransi tanaman kopi
terhadap cekaman lingkungan.
2. Pemupukan dapat meningkatkan tinggi tanaman
kopi dan juga jumlah daun.
3. Pengairan atau penyiraman yang tidak teratur
dapat menyebabkan perlakuan pemupukan menjadi tidak berfungsi, karena tidak
adanya pelarut hara yang dapat diserap tanaman.
4. Kekeringan menyebabkan stagnasi pertumbuhan
dengan dibuktikan oleh meranggasnya daun untuk mengurangi tingkat penguapan
pada daun tanaman kopi.
ACARA V
PERLAKUAN BENIH SEBELUM
DIKECAMBAHKAN TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH KOPI (Coffea canephora)
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman
dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah
sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman
induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan dengan spora tau benih.
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai
berikut :
1.
Merupakana cara perbanyakan
tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga ahali.
2.
biasanya menghasilkan
tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama.
3.
memungkinkan adanya
perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru
4.
menghasilkan tanaman yang
berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, banjir, dan
tahan rebah.
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis
komuditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini
masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan
generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu :
1.
Kemurnian benih
Benih yang
murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur
dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang
menghasilkan dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
ü
Benih murni yaitu benih dari
suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur dengan
benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya.
ü
Benih homegen yaitu benih
secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak,
misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan
biji-biji gulma
2.
Daya kecambah dan kecepatan
kecambah
Daya
kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan
dengan banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan
dinyatakan dalam (%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap
jenis tanaman. Benih kopi akan berkecambah setelah 4-6 minggu. Sedangkan benih
kopi untuk daya kecamabah10 – 15 hari.
3.
Kandungan air
Kandungan
air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena
kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak
lembanganya. Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk
berkecamabh. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan
lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi kedalam biji dan selanjutnya
merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu kadar air biji
akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut
akan menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat
menntukan kualitas benih suatau tanaman.
b.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan
benih kopi selama pra-perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan
tersebut terhadap pertumbuhan kecambah kopi.
c.
Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini
diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa
saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih kopi dan
ekstraksi yang tepat untuk benih kopi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Buah yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara
menggosok dan melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan
air hingga daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan
alat pengupas kopi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung.
Penurunan kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan pada bak atau bedeng tabur dengan posisi
terbaring yang dibenamkan ke media pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih
diberi perlakuan disinfektan untuk menekan perkembangan jamur dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit
dapat diperoleh dari cabutan atau dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat
digunakancampuran serbuk sabut kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan
kompos atau tanah dengan sekam padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu
dengan pemberian pupuk selama di persemaian. Bibit siap di tanam setelah
umurnya sekitar 3 bulan.
Kopi (Coffea spp) adalah
species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus
Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan
mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun
tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai
sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai
beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh
dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan
temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak
cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk
ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah
tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta
Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Mutu bibit sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan dan material
yang digunakan untuk memproduksi bibit di persemaian. Dalam memproduksi bibit
tanaman hutan perlu menguasai teknik penanganan dan pemrosesan buah dan benih,
penyimpanan dan viabilitas, dormansi dan perlakuan pendahuluan, Penaburan dan
perkecambahan, penyapihan dan pemeliharaan tanaman selama di persemaian
(penyiangan gulma/rumput, pemupukan dan pencegahan hama dan penyakit).
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit
untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara
lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi
terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit
yang baik.
III.
METODELOGI
a.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2009 samapi selesai yang dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
b. Bahan dan Alat
Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu
sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk kandang, atap rumbia, tali rapia,
paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, spidol,polibag/bak
perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan
sebagainya.
c. Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan
Percobaan/ praktikum ini disusun secara
faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing
diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A), terdiri dari
A0 = tanpa ekstraksi
A1= abu dapur
A2= abu alang-alang
A3= abu sekam padi/jerami padi
Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari :
Untuk kelompok I
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 4 jam
P2 = Direndam selama 8 jam
P3 = Direndam selam 12 jam
P4 = Direndam selam 16 jam
Untuk
kelompok II
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 12 jam
P2 = Direndam selama 18 jam
P3 = Direndam selam 24 jam
P4 = Direndam selam 30 jam
Untuk kelompok III
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 16jam
P2 = Direndam selama 24 jam
P3 = Direndam selam 32 jam
P4 = Direndam selam 40 jam
Dari dua faktor tersebut diatas maka diperoleh 15 kombinasi perlakuaan, dan jumlah sampel untuk
setiap kombinasi perlakuan adalah 3 buah benih.
d.
Cara kerja/pelaksanaan pekerjaan
·
Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2
sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.
·
Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal
10-15 cm.
·
Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah
disiapkan terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas
pertanian universitas bengkulu.
·
Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu
ü
Ambil buah kopi yang telah masak pada dompolan cabang bagian tengah, kupas
kulitnya yang membungkus biji kopi dan hilangkan pulpnya sesuai denagn
perlakuaan.
ü
Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu : campuran benih dengan abu
yang telah diisikan
·
Benih yang telah dicuci bersih lalu dilanjutkan dengan perlakuaan
perendaman dalam air sesuai dengan perlakuan masing-masing. Dalam memperlakukan
perendaman ini, usahakan saat selesainya bersamaan yaitu dengan cara
memperlakukan perendaman yang paling lam selanjutnya diikuti dengan perendaman
lebih pendek waktunya dari yang sebelumnya.
·
Benih yang telah dilakukan, selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan
dengan jarak tanam 3 x 2 cm. Petakan masing-masing perlakuaan dalam bak
perkecambahan agar diacak, kemudian masing-masing perlakuan agar diberi label
untuk memudahkan dalam pengamatan
·
Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan
untuk tidak merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.
· Bersikan tempat perkecamabahan tersebut dari
gangguan herba yang tumbuh dengan menggunakan tangan secara hati-hati.
· Amati setiap hari benih yang dikecambahkan
tersebut, dan catat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan,
pengamtan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan
· Pada periode perkecambahan amatilah
sifat-sifat tanaman seperti
ü
5 benih berkecambah
ü
Tinggi kecambah yang
dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun
ü
Hitung berat basah
masing-masing kecamabah pada masing-masing perlakuan
·
Pindahkan kecamabah yng
telah ditukar tersebut kedalam polibag ukuran 10-15 cm yang telah diisi dengan
media camapuran tanah :pasir:pupuk. Dengan jumlah setiap perlakuan berjumlah 3
kecambah
·
Sembilan mingu setelah
pemindahan kedalam polibag, amatilah terhadap sifat-sifat tanaman tersebut :
tinggi tanaman, jumlah daun
·
Lakukan analisis keragaman
terhadap pada data pengamtan sub j dan sub l tersebut sesuai dengan rancangan
yang ada
·
Susunlah laporan sesuai
dengan hasil yang diperolah, sesuai dengan petunjuk yang diberikan
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
A.
RATA-RATA PERSENTASE BENIH BERKECAMBAH
Rata-Rata Berkecambah = 10
Jumlah yang dikecambahkan = 30
Persentase Benih Berkecambah = 10/30 x 100 % = 33,33 %
B.
TINGGI KECAMBAH KOPI
Perlakuan
|
Rata-rata tinggi kecambah
(cm)
|
Total
|
Rata-rata
|
|
I
|
II
|
|
|
Po A1
|
0
|
|
0
|
0
|
A2
|
2
|
|
2
|
1
|
A3
|
0
|
0,5
|
0,5
|
0,25
|
P1 A1
|
2
|
6,5
|
8,5
|
4,25
|
A2
|
4,5
|
0,7
|
5,2
|
2,6
|
A3
|
2
|
1
|
3
|
1,5
|
P2 A1
|
1
|
|
1
|
0,5
|
A2
|
2,5
|
|
2,5
|
1,25
|
A3
|
4
|
|
4
|
2
|
P3 A1
|
1,4
|
|
1,4
|
0,7
|
A2
|
3
|
0,4
|
3,4
|
1,7
|
A3
|
1
|
|
1
|
0,5
|
P4 A1
|
3,5
|
|
3,5
|
1,75
|
A2
|
2,5
|
|
2,5
|
1,25
|
A3
|
2
|
0,5
|
2,5
|
1,25
|
TOTAL
|
31,4
|
9,6
|
41
|
20,5
|
RATA-RATA
|
2,09
|
0,64
|
2,73
|
1,37
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ket : perlakuan P= 5, A = 3, U = 2
Tabel bantu P x A
|
Po
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
Total
|
Rata-rat
|
A1
|
0
|
8,5
|
1
|
1,4
|
3,5
|
14,4
|
2,88
|
A2
|
2
|
5,2
|
2,5
|
3,4
|
2,5
|
15,6
|
3,12
|
A3
|
0,5
|
3
|
4
|
1
|
2,5
|
11
|
2,2
|
Total
|
2,5
|
16,7
|
7,5
|
5,8
|
8,5
|
41
|
|
Rata-rata
|
0,83
|
5,57
|
2,5
|
1,93
|
2,83
|
|
|
·
FK = 56,03
·
JK blok = 15,84
·
JK perlakuan = 18, 52
·
JK A = 1,14
·
JK P = 18,52
·
JK P x A = 11,84
·
JK total = 78, 33
·
JK galat = 30, 99
TABEL ANAVA
SR
|
Db
|
Jk
|
Kt
|
F
hit
|
F
tabel
|
5
%
|
1
%
|
Blok
|
1
|
15,84
|
15,84
|
7,18*
|
4,8
|
8,86
|
Per
|
14
|
31,5
|
2,25
|
1,02ns
|
2,48
|
3,70
|
P
|
4
|
18,52
|
4,63
|
2,09ns
|
3,11
|
5,56
|
A
|
2
|
1,14
|
0,57
|
0,26ns
|
3,74
|
6,51
|
P
x A
|
8
|
11,84
|
1,48
|
0,67ns
|
2,7
|
4,14
|
Galat
|
14
|
30,99
|
2,21
|
|
|
|
Total
|
29
|
78,33
|
|
|
|
|
C. TINGGI BIBIT KOPI
Perlakuan
|
Rata-rata tinggi bibit
(cm)
|
Total
|
Rata-rata
|
I
|
II
|
Po A1
|
2
|
2
|
4
|
2
|
A2
|
4,5
|
1
|
5,5
|
2,75
|
A3
|
1,5
|
3,2
|
4,7
|
2,35
|
P1 A1
|
3
|
8
|
11
|
5,5
|
A2
|
5
|
2,5
|
7,5
|
3,75
|
A3
|
4
|
3
|
7
|
3,5
|
P2 A1
|
2
|
1
|
3
|
1,5
|
A2
|
4
|
1
|
5
|
2,5
|
A3
|
6
|
4
|
10
|
5
|
P3 A1
|
2
|
1,7
|
3,7
|
1,85
|
A2
|
6
|
2
|
8
|
4
|
A3
|
3
|
1,9
|
4,9
|
2,45
|
P4 A1
|
5
|
2
|
7
|
3,5
|
A2
|
4,2
|
3,2
|
7,4
|
3,7
|
A3
|
3
|
4
|
7
|
3,5
|
TOTAL
|
55,2
|
40,5
|
95,7
|
47,85
|
RATA-RATA
|
3,68
|
2,7
|
6,38
|
3,19
|
Tabel bantu P x A
|
Po
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
Total
|
Rata-rata
|
A1
|
4
|
11
|
3
|
3,7
|
7
|
28,7
|
5,74
|
A2
|
5,5
|
7,5
|
5
|
8
|
7,4
|
33,4
|
6,68
|
A3
|
4,7
|
7
|
10
|
4,9
|
7
|
33,6
|
6,72
|
Total
|
14,2
|
25,5
|
18
|
16,6
|
21,4
|
95,7
|
|
Rata-rata
|
4,73
|
8,5
|
6
|
5,53
|
7,13
|
|
|
·
FK = 56,03
·
JK blok = 15,84
·
JK perlakuan = 18, 52
·
JK A = 1,14
·
JK P = 18,52
·
JK P x A = 11,84
·
JK total = 78, 33
·
JK galat = 30, 99
TABEL ANAVA
SR
|
db
|
JK
|
KT
|
F
hit
|
F
tabel
|
5
%
|
1
%
|
Blok
|
1
|
7,203
|
7,203
|
2,677ns
|
4,8
|
8,86
|
Per
|
14
|
36,242
|
2,589
|
0,963ns
|
2,48
|
3,70
|
P
|
4
|
12,452
|
3,238
|
1,204ns
|
3,11
|
5,56
|
A
|
2
|
1,538
|
0,769
|
0,286ns
|
3,74
|
6,51
|
P
x A
|
8
|
21,752
|
2,719
|
1,011ns
|
2,7
|
4,14
|
Galat
|
14
|
37,642
|
2,689
|
|
|
|
Total
|
29
|
81,087
|
|
|
|
|
V.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan hasil perhitungan analisis yang telah dilakukan,
didapatkan hasil yang keseluruhannya tidak berpengaruh terhadap variabel tinggi
kecambah dan tinggi bibit tanaman kopi. Perlakuan ekstraksi yang dilakukan
tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi dilihat dari tinggi
kecambah dan tinggi bibit tanaman kopi. Ekstraksi yang dilakukan sebenarnya
dilakukan untuk menghilangkan lapisan pulp yang dapat menghambat perkecambahan
tanaman kopi tersebut. Lapisan ini mengandung zat yang dapat mengurangi
efektifitas perkecambahan, sehingga harus dihilangkan terlebih dahulu.
Persentase benih yang berkecambah hanya sebesar 33,33%
Dari
analisis yang dilakukan pada variabel tinggi kecambah didapat hasil yang
signifikan dan merupakan satu-satunya data yang signifikan, yaitu pada blok.
Hal ini berarti pemakaian media ekstraksi tidak berpengaruh terhadap
perkecambahan tanaman kopi, namun blok yang berpengaruh nyata terhadap tanaman kopi.
Dalam hal ini kondisi lapangan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi pada
blok-blok yang berbeda. Kondisi lapangan mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau
kecambah kopi.
Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan hal tersebut. Pertama dapat disebabkan
bahwa blok-blok tersebut tidak mendapatkan persebaran cahaya yang tidak merata,
atau yang lainnya karena kondisi blok yang memiliki kandungan air yanbg
berbeda-beda. Beberapa hal ini menyebabkan pertumbuhan kopi menjadi optimal
sehingga melejitkan variabel pertumbuhan tanaman kopi.
Dengan
hasil analisis yang telah didapatkan, berhubung data yang ditampilkan adalah
tidak berbeda nyta maka data tidak perlu dilanjutkan untuk analisis lanjut atau
uji lanjut baik secara BNT maupun DMRT. Sebab tidak perlu dicari perlakuan mana
yang terbaik untuk memperlakukan benih sebelum dikecambahkan atau ditanam,
karena seluruh data yang ditampilkan tidak berbeda nyata dan tidak memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi.
VI.
KESIMPULAN
1.
Benih perlu diperlakukan
sebelum dikecambahkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi.
2.
Perlakuan ekstraksi benih
yang diberikan hanya mampu meningkatkan persentase benih berkecambah sebesar
33,33%
3.
Perlakuan ekstraksi tidak
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kopi dari variabel tinggi kecambah dan
tinggi bibit kopi.
4.
Blok memberikan hasil yang
berbeda nyata, hal ini disebabkan karena lingkungan tumbuh memberikan pengaruh
yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman kopi.
ACARA VI
PENGARUH MEDIA
EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN COKLAT (Thebroma
cacao)
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Lambangnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam
buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih. Bahwa
lambatnya penurunan daya kecambah benih coklat selama masih ada dalam buah
disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp.
Sehingga secara osmotik menghalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam
mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstaraksi untuk mempercepat
perkecambahan, adapun media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk
gergaji, abu dapur, sekam dan lain-lain.
b.
Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan
benih coklat.
c.
Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini
diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa
saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih coklat dan
ekstraksi yang tepat untuk benih coklat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Buah
yang telah masak dapat diektraksi secara manual dengan cara menggosok dan
melumatnya bersamaan dengan pasir kasar, kemudian dicuci dengan air hingga
daging dan kulit buahnya terlepas. Benih dapat diekstraksi dengan berbagai
media ekstraksi. Benih kemudian dikeringkanginkan di tempat ternanung. Penurunan
kadar air ini dapat menaikkan daya berkecambah benih.
Benih dikecambahkan
pada bak atau bedeng tabur dengan posisi terbaring yang dibenamkan ke media
pasir separuh bagian. Sebelum disimpan, benih diberi perlakuan disinfektan untuk menekan
perkembangan jamur dan bakteri. Dalam penyemaian bahan bibit dapat diperoleh dari cabutan atau
dari hasil penaburan. Untuk media semai dapat digunakancampuran serbuk sabut
kelapa dengan tanah (topsoil), atau tanah dengan kompos atau tanah dengan sekam
padi, dengan perbandingan 3 : 1, yang dibantu dengan pemberian pupuk selama di
persemaian. Bibit siap di tanam setelah umurnya sekitar 3 bulan.
Biji/ benih coklat dibungkusi oleh daging biji atau
leandir (pulp) yang disenangi oleh semut atau serangga. Untuk menjaga mutu
benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp ini dihilangkan lebih dahulu
dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas dengan bantuan kain
atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga agar
kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan
abu, biji tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat
tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung dikecambahkan.
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah
komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini
dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber
pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah
hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan
tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung
pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao
memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun
setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim
tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk
pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian
lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka
walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap
diperlukan persiapan naungan.
Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan
tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan
lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai
penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakaoLambatnya penurunan daya kecambah
(viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat
penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga dikemukan
oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama
masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang
tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih.
Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk
mempercepat perkecambahan.
III.
METODELOGI
a. Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2009 sampai
selesai yang dilaksanakan lahan sekitar laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
b.
Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/
jerami padi, abu alang-alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang,
polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan, pisau, pasir dan bak tempat
perkecambahan.
c.
Metode pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Percobaan/praktikum ini disusun dengan pola
dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang diulang 4 kali yang
menggunakan faktor tunggal yaitu M1 = media ekstraksi serbuk
gergaji, M2 media ekstraksi abu dapur, M3 = sekam M4
= tanpa media ekstraksi. Masing-masing kelompok ulangan.
d.
Cara kerja
1.
Persiapan benih
·
Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan
menggunakan pisau, kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung,
1/3 bagian tengah, 1/3 bagian pangkal), untuk praktikum ini hanya diambil
bagian tengahnya saja.
·
Benih kemudian diekstraksi sesuai dengan : Media ekstraksi gergaji (SB),
media ekstraksi abu dapur (AD), media ekstraksi sekam padi (SP), tanpa media
ekstraksi (TE)
·
Persiapan tanah :
ü
Campurkan tanh dengan pupuk kandang perbandingan 1:1
ü
Masukkan campuran tanah dan pupk kandang tersebut kedalam polibag sehingga
ketinggian media 1-2 cm dari atas bibir polibag.
·
Persiapan tanam dan penanaman
ü
Benih yang tealah diekstraksi tersebut ditanam pada media dalam polibag,
dengan cara membenankan 2/3 bagian benih
ü
Setiap kelompok mengamati lima (5) benih dari masing-masing perlakuan media
ekstraksi
ü
Setiap kelompok merupakan ulangan dari kelompok lain
ü
Benih yang ditanam dalam polibag disusun bawah naungan
ü
Berikan dithen M-45 dengan cara direndam selam 2 menit (5 mg/air)
2. Pengamatan
a. Pengamatn dilakukan setiap minggu sejak
penanaman (kecuali variabel persentase benih berkecambah dan umur berkecambah)
b. Variabel yang diamati meliputi
o
Persentase benih berkecambah, diamati 10 hari setelah penanaman benih
o
Umur berkecambah, diamati setiap hari, apabila 4 benih sudah berkecambah
maka hal tersebut merupakan umur berkecambah
o
Tinggi tanaman/bibit, diukur setela tanaman berumur 1,5 bulan
o
Jumlah daun, diukur setelah tanaman berumur 1,5 bulan
o
Diameter batang, diukur setelah tanaman berumur 1,5 bulan (diukur mulai
dari 1 cm pada pangkal batang).
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
·
PERSENTASE BENIH BERKECAMBAH
Rata-Rata Berkecambah = 35
Jumlah yang dikecambahkan = 60
Persentase Benih Berkecambah = 35/60 x 100 %
= 58,33 %
·
JUMLAH DAUN
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
U3
|
U4
|
U5
|
MO
|
6
|
4,2
|
2
|
2,4
|
0
|
14,6
|
2,92
|
M1
|
2,2
|
2,6
|
1
|
3,6
|
2
|
11,4
|
2,8
|
M2
|
1
|
1,4
|
2
|
1,6
|
0,8
|
6,8
|
1,36
|
M3
|
1
|
4,8
|
3,6
|
4,2
|
3
|
16,6
|
3,32
|
Total
|
10,2
|
13
|
8,6
|
11,8
|
5,8
|
49,4
|
10,4
|
Rata-rata
|
2,55
|
9,25
|
2,15
|
2,95
|
1,45
|
12,35
|
2,6
|
Keterangan Perlakuan (M) = 4
Ulangan
(U) = 5
·
fk = 122,018
·
Jk perlakuan = 10,966
·
Jk total = 44,742
·
Jk galat = 33,776
Tabel Anava
SR
|
Db
|
Jk
|
Kt
|
F hit
|
F tabel
|
5 %
|
1 %
|
Perlakuan
|
3
|
10,966
|
3,655
|
1,731
ns
|
3,29
|
5,42
|
Galat
|
16
|
33,776
|
2,111
|
|
|
|
Total
|
19
|
44,742
|
|
|
|
|
·
TINGGI TANAMAN
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
U3
|
U4
|
U5
|
MO
|
8,3
|
12,5
|
5,2
|
7,5
|
0
|
33,5
|
6,7
|
M1
|
16,7
|
10,9
|
7,8
|
19.5
|
18,7
|
73,6
|
14,72
|
M2
|
5,9
|
6,9
|
13,4
|
10.2
|
3,4
|
39,8
|
7,96
|
M3
|
12
|
25
|
18,7
|
19.3
|
16
|
91
|
18,2
|
Total
|
42,9
|
55,3
|
45,1
|
56,5
|
38,1
|
237,9
|
47,58
|
Rata-rata
|
10,72
|
13,82
|
11,27
|
14,12
|
9,52
|
59,47
|
11,89
|
·
Fk = 2829,82
·
Jk perlakuan = 451,03
·
Jk total = 791,85
·
Jk galat = 340,82
Tabel Anava
SR
|
Db
|
Jk
|
Kt
|
F hit
|
F tabel
|
5 %
|
1 %
|
Perlakuan
|
3
|
451.03
|
150,34
|
7,06*
|
3,29
|
5,42
|
Galat
|
16
|
340,82
|
21,30
|
|
|
|
Total
|
19
|
791,85
|
|
|
|
|
Rata-rata
|
Notasi
|
M0
|
a
|
M2
|
ab
|
M1
|
bc
|
M3
|
c
|
|
|
Uji lanjut
Bnt 5 % : t 5% √2 kt galat
R
: 2,120 √2 (21,3)
4
: 2,120 x 3,26
: 6,918
·
DIAMETER BATANG
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
U3
|
U4
|
U5
|
MO
|
0,2
|
0,3
|
0,4
|
0,16
|
0
|
1,06
|
0,21
|
M1
|
0,46
|
0,28
|
0,28
|
0,34
|
1,34
|
1,7
|
0,34
|
M2
|
0,2
|
0,14
|
0,2
|
0,06
|
0,06
|
0,92
|
0,18
|
M3
|
0,18
|
0,34
|
0,34
|
0,24
|
0,24
|
1,52
|
0,3
|
Total
|
1,08
|
1,06
|
1,22
|
0,64
|
0,64
|
5,2
|
1,03
|
Rata-rata
|
0,27
|
0,26
|
0,3
|
0,16
|
0,16
|
1,3
|
0,26
|
·
Fk = 1,352
·
Jk perlakuan = 0,082
·
Jk total = 0,266
·
Jk galat = 0,184
Tabel Anava
SR
|
Db
|
Jk
|
Kt
|
F hit
|
F tabel
|
5 %
|
1 %
|
Perlakuan
|
3
|
0,082
|
0,027
|
2,25ns
|
3,29
|
5,42
|
Galat
|
16
|
0,184
|
0,012
|
|
|
|
Total
|
19
|
0,266
|
|
|
|
|
V.
PEMBAHASAN
Perlakuan
ekstraksi merupakan usaha untuk mempercepat pertumbuhan kecambah tanaman kakao.
Ekstraksi dimaksudkan untuk membuang lapisan pulp yang melapisi benih tanaman
sehingga dapat mengganggu jalannya proses perkecambahan. Hal ini disebabkan
karena lapisan pulp merupakan zat yang dapat mempengaruhi keadaan pH benih
sehingga mempengaruhi reaksi metabolisme dan fisiologis yang ada di dalam benih
tanaman kakao. Laipsan ini juga mengandung sukrosa yang tinggi sehingga dapat
memancing datangnya semut yang dapat merusak benih.
Dari
hasil yang didapatkan, perlakuan benih sebelum dikecambahkan dengan menggunakan
media ekstraksi dapat meningkatkan persentase pertumbmbuhan tanaman kakao
sebesar 58,33%. Biji yang diambil untuk dijadikan benih adalah biji yang berada
di bagian tengah buah, yaitu 1/3 dari buah yang ada, sehingga masing-masing 1/3
bagian di ujung dan pangkal buah tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil pertumbuhan kecambah kakao yang seragam, karena tingkat kematangan
fisiologis yang hampir sama antar benih kakao.
Berdasarkan
hasil perhitungan dan analisis data dengan menggunakan RAKL didapatkan bahwa
pemakaian media ekstraksi pada tanaman kakao sebelum dikecambahkan menyebabkan
pengaruh yang tidak nyata pada variabel tinggi tanaman dan diameter batang
tanaman kakao. Sedangkan untuk variabel jumlah daun, pemakaian media ekstraksi
sebelum benih dikecambahkan mengakibatkan pengaruh yang nyata berbeda pada
pertumbuhan tanaman kakao.
Pengaruh
yang tidak nyata terhadap tinggi dan diameter batang tanaman kakao lebih
disebabkan kepada faktor eksternal dimana kurangnya perawatan terhadap
pertanaman kakao, sehingga hasil pertumbuhannya tidak optimal dan tidak dapat
menggambarkan pengaruh pemakaian media ekstraksi terhadap benih tanaman kakao.
Perawatan yang kurang terutama terjadi pada saat penyiraman yang sangat tidak
teratur dilakukan, yakni hanya mengandalkan air hujan yang jatuh. Untuk
mengambil air dan menyiram pertanaman sebenarnya telah dilakukan, namun karena
sulitnya menjangkau sumber air dan medan lahan yang cukup terjal, membuat usaha
ini tidak berjalan dengan semestinya.
Data
yang berbeda nyata yaitu jumlah daun selanjutnya dianalisis dengan uji lanjut
BNT dengan taraf 5% dengan tujuan untuk mendapatkan perlakuan yang terbaik
untuk mempengaruhi pertumbuhan daun tanaman kakao. Dari hasil data yang
dilakukan didapatkan bahwa perlakuan M3 (media ekstraksi dapur) memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan daun tanaman kakao.
VI.
KESIMPULAN
1.
Pemakaian media ekstraksi
pada benih kakao diberikan dengan maksud untuk menghilangkan lapisan pulp yang
dapat menghambat perkecambahan tanaman kakao.
2.
Pemakaian media ekstraksi
secara keseluruhan dapat meningkatkan persentasae perkecambahan benih kakao
sebesar 58,33%.
3.
Pemakaian media ekstraksi
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman kakao
dilihat dari variabel tinggi dan diameter batang tanaman kakao.
4.
Pemakaian media ekstraksi
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman
kakao.
5.
Dari hasil uji lanjut yang
dilakukan terlihat bahwa pemakaian media ekstraksi dengan menggunakan abu dapur
mampu menyebabkan pengaruh yang berbeda nyata.
ACARA VII
KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN BATANG ATAS
TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Okulasi berasal dari bahasa Belanda “Okulatif” atau dalam bahasa
Inggeris disebut “Budding” yaitu penempelan satu mata tunas (bud) sebagai
batang atas kepada batang bawah, sehingga terbentuk kombinasi tanaman baru.
Tanaman hasil okulasi memilki beberapa kelebihan bila dibandingkan
dengan perbanyakan stek atau cangkok, yaiatu : Perakaran kuat, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit, dan kualitas dan kuantitas hasil baik. Sedangkan
kelemahan okulasi adalah tingkat keberhasilannya rendah, bila dilakukan okulasi
terhadap spesies yang berbeda, sebab antara batang atas dan batang bawah
terdapat perbedaan fisiologis. Disampinh itu untuk tanaman-tanaman yang
mengandung kadar ketah tinggi seperti nagngka, manggis, sawo dan duku tingkat
keberhasilannya juga rendah.
Teknik okulasi dapat dibedakan menjadi empat bagain yaitu :
Okulasi T, Okulasi Fokert, Okulasi Hukum, dan okulasi Segi empat. Dalam hal ini
okulasi kompabilitas atau kesesuaian batang atas dan batang bawah merupakan hal
yang diperlu diketahui, hal ini akan berdampak terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tersebut.
Dalam
melakukan okulais kompabilitas atau kesesuaian batang atas dan batang bawah
merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini akan berdampak terhadap pertumbuhan
hasil tanaman tersebut.
b.
Tujuan Praktikum
Mengetahui kompabilitasi batang bawah yang berasal dari biji enam
klon karet dengan dua klon sebagai entres.
c.
Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini
diharapkan kami mengetahui cara kompatibilasi okulasi beberapa batang bawah
dengan batang atas tanaman karet.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman
unggul hasil okulasi umumnya dihasilkan dari pengelolaan intensif kebun entres.
Bahan tanaman ini umumnya sangat mahal bagi kebanyakan petani dan juga tidak
tersedia di lokasi petani, walaupun harganya terjangkau. Beberapa petani di
Desa Lubuk Bandung di Sumatera Selatan, setelah mengetahui keuntungan yang
didapat dari tanaman klon dan cara mengokulasi, mengembangkan sendiri teknik
okulasi langsung. Teknik ini lebih murah
dibandingkan dengan membeli okulasi mata tidur, meskipun tenaga okulator harus
didatangkan dan mempunyai keuntungan ekologis sebagaimana yang diterangkan oleh
petani selama wawancara pengetahuan lokal dengan menggunakan metode KBS
(knowledge-based system). Dibandingkan
dengan okulasi tanaman di pembibitan, okulasi langsung dapat menghasilkan
tanaman.
Jenis klon
karet unggul yang dianjurkan untuk sistem wanatani karet di daerah Sumatera dan alimantan adalah PB 260, RRIC 100, BPM 1 dan
RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis
klon karet tersebut memberikan hasil yang baik
pertumbuhan batang yang cepat, dan dapat diadaptasikan ke dalam kondisi
perkebunan rakyat, yang kondisi pengelolaannya tidak sebaik perkebunan Semua jenis
klon tersebut memunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit daun
Colletotrichum kecuali BPM 24 dan toleran terhadap penyadapan yang kasar yang
tumbuh lebih cepat, terutama selama musim kemarau. Walaupun teknik okulasi
langsung di lapangan bukan baru, petani di Desa Lubuk Bandung telah mengamati bahwa
keberhasilan okulasi langsung dapat ditingkatkan dengan beberapa perhatian khusus.
Adalah
sangat nyata bahwa petani karet telah mengembangkan inovasi untuk memecahkan
masalah utama seperti masalah finansial dan keterbatasan lahan. Pengetahuan
para petani yang telah dikumpulkan dalam suatu proses adalah sumber bagi apa
yang relevan bukan hanya bagi petani, namun juga bagi penurunan kualitas lingkungan.
Pengetahuan lokal dan inovasi juga memberikan potensi nyata untuk penelitian
dan pengembangan kebun karet rakyat di masa datang.
Hal-hal
penting yang harus diperhatikan untuk memperbaiki
keberhasilan okulasi langsung :
• Pupuk batang bawah satu bulan sebelum
diokulasi.
• Pelihara keseragaman batang bawah di
kebun.
• Siang batang bawah sebelum diokulasi,
sehingga mengurangi kompetisi, dan
mengurangi kelembaban disekelilingnya
• Pilih batang bawah yang kuat dan sehat
dimana payung daun terakhir seluruhnya
sudah tua.
• Okulasi pada awal dan akhir musim
hujan.
• Jangan mengokulasi batang bawah dengan
payung daun muda.
• Jangan mengokulasi batang bawah yang
masih basah.
• Jangan mengokulasi pada musim sangat
kering atau sangat basah.
Karet yang
belum tumbuh dan yang tidak tumbuh kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, mata entres yang digunakan bukan mata entres daun. Kedua, bibit batang
bawah yang digunakan berakar serabut/ berkulit tipis; ketiga, petani tidak
menggunakan perangsang pertumbuhan akar; keempat, petani tidak melakukan
penyiraman secara teratur (sekali sehari) atau kelebihan air pada saat
penyiraman yang menyebabkan terjadinya genangan air di polibag; dan kelima,
bibit terserang hama dan penyakit. Selain itu, media tumbuh yang hanya
mengandalkan tanah (terutama jika menggunakan tanah lapisan bawah) dan tidak
menggunakan pupuk organik juga dapat menyebabkan kegagalan tumbuh bibit karet.
Ritung, dkk
(2007) menyebutkan, beberapa faktor pembatas pertumbuhan karet adalah genangan,
rendahnya kesuburan tanah, dan drainase yang tidak berjalan dengan baik. Selain
itu, faktor lain adalah suhu udara yang terlalu tinggi/ rendah, kurangnya
ketersediaan oksigen dalam tanah, serta penyiapan tanah yang kurang baik. Lebih
lanjut dijelaskan, karet akan bertumbuh dengan baik jika kesuburan tanah
memadai, drainase berjalan baik, suhu udara (260C-360C), curah hujan 2.500 mm –
3.500 mm per tahun, dan ketersediaan oksigen di dalam tanah yang cukup memadai.
Sementara itu, Setiawan dan Andoko (2005) menyatakan, anakan (bibit) karet
mengalami kematian karena serangan berbagai macam hama seperti tikus, belalang/
serangga, siput, uret tanah, rayap dan kutu, monyet, dan babi hutan.
III.
METODELOGI
a. Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2009 sampai selesai
yang dilaksanakan di
kebun pak Imron yang berlokasi di Sukarami, Pagar Dewa Bengkulu.
b.
Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah GT-1, PR-300, AVROS-2037,
RRIM-600, klon lokal Bengkulu yaitu Cenggeri 1 dan 2 sebagai batang bawah dan
BPM-1, PBM-26 sebagai batang atas. Selain itu juga digunakan plastik pembungkus
es sebagai pengikat hasil okulasi dan vaselin, pisau okulasi, kertas label, dan
polibag.
c.
Metode pelaksanaan/Rancangan yang digunakan
Percobaan/praktikum ini disusun dengan pola
dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah batang atas
yang terdiri dari dua klon, dan faktor kedua adalah batang bawah yang terdiri
dari enam (6) biji klon : adapun faktor 1 batang atas terdiri dari A1 = BPM-1,
A2 = PBM-26. Faktor batang bawah terdiri dari : B1 = GT-1, B2 = PR-300, B3 =
AVROS-2037, B4 = RRIM-600, B5 = Lokal Cenggeri 1, dan B6= Lokal Cenggeri 2.
Setiap kombinasi perlakuaan terdapat 1 bibit
karet, sedangkan kelompok lain merupakan ulangan (4 ulangan).
d.
Cara kerja
Teknik okulasi yang digunakan pada praktikum
ini adalah teknik okulasi segi empat. Tahapan okulasi segi empat adalah sebagai
berikut :
·
Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan
panjang sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi)
kulit yang telah diiris tersebut dikelupaskan dengan hati-hati, kemudian irisan
tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak mengering.
·
Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang
bawah tetapi ukurannya sedikit labih kecil.
·
Selanjutnya mata tunas ditempelkan pada batang bawah, pada bagian luka
dioles dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.
·
Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan
membuka plastik pengikat. okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya
mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan
tidak berhasil/mati.
e.
Variabel yang diamati meliputi
Dilakukan samapai akhir percobaan (2 bulan), yang meliputi :
o
Persentasi okulasi (%)
o
Panjang tunas (mm)
o
Jumlah daun (helai)
o
Diameter tunas (mm)
IV.
HASIL PENGAMTAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang diadakan,
didapatkan persentase keberhasilan yang nihil, artinya tidak ada okulasi yang
berhasil dilakukan. Hal ini disebabkan karena praktikan yang kurang lihai dalam
melakukan teknik okulasi. Faktor lain disebabkan karena okulasi dilakukan pada
musim kemarau. Selanjutnya, kompatibilitas batang atas dengan bawah yang rendah
sebab berasal dari varietas yang berbeda, sehingga secara fisiologis berbeda
dan juga ditambah karena fakta bahwa tanaman bergetah sangat sulit untuk
diokulasi. Dengan ketidakberhasilan teknik ini, analisis data terhadap panjang
tunas, jumlah daun, dan diameter tunas tidak dapat dianalisis. Jikapun ada data
yang menyebautkan okulasi masih hidup, pertumbuhannya stagnan dengan
ditunjukkan tidak adanya tunas yang keluar, atau dengan kata lain tidak
didukung oleh ketersediaan air (kemarau).
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi
paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan
kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman
yang dengan produktifitas yang tinggi.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
- Pada musim gugur daun pada tanaman karet
daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan
demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi.
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada
yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah
dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk
pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan
pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh
sangat besar.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh
daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus
memiliki umur yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau
satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang
bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah
memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama
penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk
dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya
akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan
yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas
atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki
pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan
okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah berumur 8-18 bulan
diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah 2,5-4 cm. Warna
kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.
2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan
cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah
yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4 bulan, garis
tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata
burung yang berwarna hijau.
3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan
cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3 bulan, diokulasi dengan entres
umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu entres hijau muda
sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik (csale
bud.Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada
okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun
okulsi coklat.
Teknik Mengokulasi :
1. Membuat Jendela Okulasi
Ukuran jendela disesuaikan dengan perisai dan
besarnya batang bawah. Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat
ukuran jendela (¾ - 1) cm x (3 – 4) cm.Torehan membujur dapat dimulai daribawah
atau dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan
melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka
kebawah atau juga sebaliknya.Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran
atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan.Setelah ditoreh akan keluar
lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum
jendela dibuka.
2. Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang
sehat, segar dan mudah dikupas.Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian
kayu, bentuk perisai yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela
okulasi. Pengambilan mata okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan
pemulihan luka lambat.Untuk melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya
mata tetap menempel pada kulit.Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan
kambium jangan sampai terkena tangan atau kotoran.Perisai yang telah dibuat
harus segera diselipkan ke jendela okulasi.
3. Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi
dibuka denga cara menarik bibir jendela okulasi.Perisai diselipkan dibawah
jendela okulasi dan dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam
keadaan perisai terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan
salah satu sisi perisai berimpit dengan jendela okulasi.Pembalutan dimulai dari
torehan melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm.
Akhir ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai
bergeser.
4. Pemeriksaan Hasil Okulasi
Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu
setelah okulasi dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut.Okulasi yang
gagal diberi tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan
untuk memudahkan okulasi janda.Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari
pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama.
V.
KESIMPULAN
1. Okulasi merupakan salah satu teknik
perbanyakan secara vegetatif yang memungkinkan diperolehnya tanaman yang kuat
dengan menggabungkan dua sifat unggul tanaman.
2. Kegagalan dalam mengokulasi dapat disebabkan
karena kompatibilitas batang atas dan bawah yang tidak sesuai, okulasi pada
musim kemarau, ikatan plastik yang tidak kuat, jendela dan entress yang kotor,
dan juga karena kekuranglihaian orang yang melakukan okulasi.
3. Keberhasilan teknik okulasi pada tanaman
bergetah relatif rendah
ACARA VIII
PEMELIHARAAN TANAMAN
KAKAO SEBELUM MENGHASILKAN MENGGUNAKAN UREA, SP-36 SERTA KCL
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Salah satu aspek budidaya tanaman tahunan yang perlu mendapatkan
perhatian dalam budidaya tanaman adalah pemeliharaan yang meliputi penyiraman,
penyiangan, penagturan naungan dan pemupukan.
Tanaman muda yang baru dipindahkan ke lapangan perlu adaptasi baik
terhadap kondisi lingkungan maupun kondisi intern bibi itu sendiri. Permasalahan
yang sering timbul adalah terjadinya stagni bibit setelah dipindahkam ke
lapangan. Untuk itu pemeliharaan dan perwatan tanaman muda pada budidaya
tanaman tahunan perlu mendapatkan perhatian yang serius agar tanaman dapat
tumbuh normal sehingga akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
yang optimal.
Untuk memperolah tanaman yang tumbuh cepat, sehat dan berproduksi
tinggi, pemupukan secara tepat dan teratur merupakan tindakan kultur teknis
yang perlu dilakukan, baik berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Salah satu usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu melakukan
pemupukan dengan pupuk kandang. Dikatakan bahwa walaupun kandungan hara pupuk
kandang tidak terlalu tinggi, tetapi pupuk ini mempunyai keistimewaan lain
yaitu memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, porositas dan daya
penahan air tanah. Komposisi pupuk kandang dengan tanah yang digunakan dalam
pembibitan antara satu jenis dengan jenis yang lainnya sangat bervariasi,
demikian juga dalm penggunaan salah satu jenis pupuk kandang.
Selain pupuk organik, untuk menambah unsur hara di dalam tanah
dapat juga digunakan pupuk organik. Urea merupakan pupuk anorganik dengan kadar
Nitrogen 46%. Keuntungan pupuk urea dalah kandungan Nnya yang tinggi yang
sangat dibutuhkan oleh bibit untuk pertumbuhan vegetataif, sedankan kelemahan
adalah bahwa di dalam tanah urea mudah berobah menjadi amoniak dan
karbodioksida dan urea bisa menybabakan kematian pada bibit.
b.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan mengetahui pengaruh pupuk kandang dan dosi
anoraganik terhadap pertumbuhan tanaman kopi dan kakao sebelum menghasilkan.
c.
Manfaat yang Diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini
diharapkan kami dapat mengetahui dosis pupuk dan cara pemupukan yang baik dalam
pemeliharaan tanaman kopi dan kakao sebelum menghasilkan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan tanaman kakao merupakan salah satu
kegiatan budidaya yang sangat penting dalam meningkatkan
produksi buah kakao di Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan sebagian besar
lahan pertanaman kakao di Sultra memiliki base kesuburan lahan yang
sangat beragam dan umumnya tergolong lahan yang memiliki tingkat kesuburan
tanah yang sangat rendah sampai sedang. Selanjutnya berdasarkan hasil survei
kesuburan tanah menunjukkan bahwa sebagian besar lahan
pertanaman kakao di Kabupaten Kolaka memiliki status bahan organik yang sangat
rendah. Selain itu penanaman tanaman kakao yang dilakukan oleh masyarakat
seringkali mengabaikan pertimbangan konservasi lahan akibatnya
proses kehilangan kesuburan tanah semakin meningkat setiap tahunnya.
Dengan demikian salah satu usaha untuk
mengatasi masalah tersebut adalah pentingnya memperbaiki base kesuburan lahan
melalui penambahan unsur hara lewat pemupukan. Masalahnya adalah rujukan
pemupukan yang tersedia selama ini masih sangat umum, padahal kondisi di
lapangan sangat bervariasi utamanya ditinjau dari aspek kesuburan lahan. Belum
lagi aspek-aspek lainnya seperti kondisi iklim dan tingkat pengelolaan serta
aspek sosial ekonomi. Hal ini semua memberikan dampak terjadinya kesinambungan
produksi kakao di Sultra. Tujuan. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan
paket teknologi pemupukan spesifik lokasi pada tanaman kakao pada sentra
tanaman kakao di Sulawesi Tenggara.
Ada beberapa acuan dalam pemupukan kakao. Adapun rujukan pemupukan kakao yang berumur lebih
dari 4-10 tahun adalah 220 g Urea, 180 g SP-36, 170 g KCl dan 180 g kapur
dolomit per tanaman. Waktu aplikasi pemupukan adalah 2 kali yaitu pada awal dan
akhir musim penghujan.
Berikutnya paket teknologi peralihan antara
teknologi hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan
teknologi ditingkat petani, dengan formulasi 250 g Urea, 250 g SP-36 dan 180 g
KCl/pohon dan 10 kg pupuk kandang/pohon. Waktu aplikasi pemupukan
adalah 2 kali yaitu pada awal musim penghujan dan akhir musim penghujan.
Terakhir paket teknologi yang selama ini
diterapkan oleh petani dengan formulasi 100 g Urea, 50 g SP-36 dan 50 g KCl/pohon.
Waktu aplikasinya satu (1) kali.
Hasil karakteristik lahan pada lahan Ultisol (seperti lahan praktikum) menujukkan bahwa tanah
di lokasi penelitian termasuk bertekstur lempung liat berdebu dan reaksi tanah
(pH) sebesar 4,03 (kategori sangat masam). Hal ini berarti penting penambahan
kapur dalam bentuk kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) untuk meningkatkan
pH tanah. Apalagi hasil analisa kandungan basa-basa tukar Ca dan Mg memang pada
kategori sangat rendah. Selain itu penting penambahan bahan
organik dalam bentuk pupuk kandang atau pengembalian limbah hasil panen
sehingga mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang juga masih pada
kategori sangat rendah sampai rendah.
Selanjutnya kandungan P2O5 dan K2O potensial
yang diekstrak dengan HCl25% berada pada kategori rendah,
demikian pula kandungan P2O5 dan K2O yang tersedia pada kategori sangat rendah.
Hal ini disebabkan reaksi tanah yang sangat masam menyebabkan beberapa
unsur makro utamanya N, P dan K menjadi tidak dapat tersedia bagi tanaman
karena tertekan oleh unsur mikro seperti Al dan Fe. Selain itu tingginya
retensi P turut memberikan kontribusi terhadap rendahnya yang mampu tersedia bagi
tanaman. Selanjutnya rendahnya kandungan basa-basa tukar (Ca, Mg, K dan
Na) menyebabkan rendahnya Kapasitas Tukar kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB).
Percobaan pemupukan kalium lewat daun telah dilaksanakan di Kebun
Percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember,
untuk mempelajari pengaruhnya terhadap pembungaan dan pembuahan kakao. Hasilnya
menunjukkan bahwa pemberian pupuk lewat daun lebih efektif dan respons tanaman
lebih cepat dalam meningkatkan pembentukan bunga baru, sebaliknya pemberian
pupuk lewat tanah pengaruhnya lebih lambat. Pemupukan kalium lewat daun
disertai pemupukan kalium lewat tanah lebih efektif dalam bentuk KNO3 daripada
dalam bentuk KCl dalam meningkatkan pembentukan bunga baru. Meskipun pemupukan
K lewat daun meningkatkan pembentukan bunga baru, namun tidak berpengaruh
terhadap pembentukan pentil baru, sebaliknya dosis aplikasi kalium lewat tanah
mampu meningkatkan pembentukan pentil baru secara nyata.
III.
METODELOGI
a.
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah pupuk kandang (kotoran sapi), Urea, Sp-36, KCL, ayakan tanah 0,5 cm.
Alat yang digunakan seperti cangkul, gunting, setek, cetok, gembor plastik.
b.
Metode pelaksanaan/Rancangan Percobaan
Praktikum ini dilakukan secara berkelompok
terdiri dari 2 faktor dengan menggunakan pola dasar Acak Kelompok Lengkap
(RAKL), dengan tiga ulangan sebai bloknya adapun faktor sebagainya adalah
Kelompok I, melakukan perlakuan :
P1 = tanaman tidak
disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang diberikan
dengan cara tugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P2 = tanamanan
tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang
diberikan dengan cara disebar secara melingkar dibawah tajuk pohon terluar.
P3 = tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36
dan KCL, masing-masing 50 gram yang diberikan dengan cara ditugal dengan jarak
25 cm dari batang pokok.
P4 = tanamanan
tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 50 gram yang
diberikan dengan cara disebar secara melingkar.
Kelompok II, melakukan perlakuaan :
P1 = tanaman tidak
disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang diberikan
dengan cara tugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P2 = tanamanan
tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang
diberikan dengan cara disebar secara melingkar dibawah tajuk pohon terluar.
P3 = tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36
dan KCL, masing-masing 75 gram yang diberikan dengan cara ditugal dengan jarak
25 cm dari batang pokok.
P4 = tanamanan
tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 75 gram yang
diberikan dengan cara disebar secara melingkar
Kelompok III, melakukan
perlakuan :
P1 = tanaman tidak
disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang diberikan
dengan cara tugal dengan jarak 25 cm dari batang pokok.
P2 = tanamanan
tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang
diberikan dengan cara disebar secara melingkar dibawah tajuk pohon terluar.
P3 = tanaman tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36
dan KCL, masing-masing 100 gram yang diberikan dengan cara ditugal dengan jarak
25 cm dari batang pokok.
P4 = tanamanan
tidak disiangan, dipupuk urea, sp-36 dan KCL, masing-masing 100 gram yang
diberikan dengan cara disebar secara melingkar
c.
Cara kerja
1.
Timbang pupuk anorganik
(urea, sp-36 dan kcl) yang akan digunakan (di laboraterimu) sebelum dibawa ke
lahan pertanaman.
2.
Tentukan tanaman yang
akan diperlukan, dan diusahkan letaknya berdekatan
3.
Buat piringan tanaman
yang akan diperlukan dengan lebar piringan sekitar 1 meter dari batang pokok
4.
Ukur terhadap
viabilitas ; tinggi tanaman, jumlah pelepah, kenampakan tanaman 9sebelum
perlakuaan)
5.
Beri perlajuan pupuk
sesuai dengan masing-masing kelompok
6.
Buatlah label sesaui
dengan perlakuan
7.
Pemeliharaan ; lakukan
penyiraman setiap hari atau sesuai dengan kondisi yang ada, sambil dilakuakn
pengamtan terhadap kemungkinan adanya serangan hama/penyakit, jika ada lakukan
pengendalian gulma.
8.
sPengamtan : setelah
tanaman berumur 2 bulan setelah tanaman, amati terhadap sifat-sifat tanaman
seperti tinggi tanaman, jumlah pelepah, kenampakan tanaman. Data yang dianalisi
adalah merupakan data selisih antara pengamatan akhir dengan pengamtan awal
(pertumbuhan).
IV.
HASIL PENGAMATAN
A. TINGGI TANAMAN KAKAO
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
D50 P1
|
1,75
|
6
|
6,75
|
3,37
|
P2
|
10,75
|
8,75
|
19,5
|
9,75
|
P3
|
14,5
|
13
|
27,5
|
13,75
|
P4
|
12,75
|
23,75
|
36,5
|
18,25
|
D75 P1
|
0
|
3,73
|
3,73
|
1,86
|
P2
|
4
|
9,6
|
13,6
|
6,8
|
P3
|
0
|
2,67
|
2,67
|
1,33
|
P4
|
5,33
|
3
|
8,33
|
4,16
|
D100 P1
|
15,8
|
9
|
24,8
|
12,4
|
P2
|
1,06
|
6
|
7,06
|
3,53
|
P3
|
16
|
2,6
|
18,6
|
9,3
|
P4
|
5
|
0
|
5
|
2,5
|
TOTAL
|
86,94
|
88,1
|
175,04
|
87,52
|
RATA-RATA
|
7,24
|
7,34
|
14,58
|
7,29
|
TABEL BANTU D X P
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
Total
|
Rata-rata
|
D50
|
6,75
|
19,5
|
27,5
|
36,5
|
90,25
|
22,56
|
D75
|
3,73
|
13,6
|
2,67
|
8,33
|
28,33
|
7,08
|
D100
|
24,8
|
7,06
|
18,6
|
5
|
55,46
|
13,86
|
Total
|
35,28
|
40,16
|
48,77
|
49,83
|
175,04
|
|
Rata-rata
|
11,76
|
13,39
|
16,26
|
16,61
|
|
|
·
Fk = 1276,625067
·
Jk blok = 0,06
·
Jk perlakuan = 636,15
·
Jk P = 9,89
·
Jk D = 226,31
·
Jk P X D = 399,95
·
jk total = 882,58
·
Jk galat = 246,37
Tabel anava
SR
|
Db
|
Jk
|
Kt
|
F hit
|
F tabel
|
5 %
|
1 %
|
Blok
|
1
|
0,06
|
0,06
|
0,003ns
|
4,84
|
9,65
|
Per
|
11
|
636,15
|
57,83
|
2,58ns
|
2,82
|
4,46
|
D
|
2
|
226,31
|
113,15
|
5,05*
|
3,98
|
7,2
|
P
|
3
|
9,89
|
3,3
|
0,15ns
|
3,59
|
6,22
|
D X P
|
6
|
399,95
|
66,66
|
3,00ns
|
3.09
|
5,07
|
Galat
|
11
|
246,37
|
22,4
|
|
|
|
Total
|
23
|
882,58
|
|
|
|
|
Uji lanjut
Rata-rata
|
Notasi
|
D75
|
a
|
D50
|
ab
|
D100
|
b
|
|
|
Bnt 5 % : t 5% √2 kt galat
R
: 2,20 √2 (27,4)
2
: 2,20 x 4,73
: 10,417
B. JUMLAH DAUN TANAMAN
KAKAO
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
D50 P1
|
9,33
|
0,75
|
10,08
|
5,04
|
P2
|
4
|
4,75
|
8,75
|
4,37
|
P3
|
8,25
|
4,75
|
13
|
6,5
|
P4
|
6,75
|
6
|
12,75
|
6,37
|
D75 P1
|
5,6
|
0
|
5,6
|
2,8
|
P2
|
0,5
|
14,4
|
14,9
|
7,45
|
P3
|
0
|
4
|
4
|
2
|
P4
|
6,5
|
4,5
|
11
|
5,5
|
D100 P1
|
8,75
|
9,25
|
18
|
9
|
P2
|
3
|
0,25
|
3,25
|
1,62
|
P3
|
2
|
20,25
|
22,25
|
11,125
|
P4
|
0
|
3,25
|
3,25
|
1,62
|
TOTAL
|
54,68
|
72,15
|
126,83
|
|
RATA-RATA
|
4,56
|
6,01
|
|
|
TABEL BANTU D X P
|
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
Total
|
Rata-rata
|
D50
|
10,08
|
8,75
|
13
|
12,75
|
44,58
|
11,14
|
D75
|
5,6
|
14,9
|
14
|
11
|
45,5
|
11,37
|
D100
|
18
|
3,25
|
22,25
|
3,25
|
46,75
|
11,69
|
Total
|
33,68
|
26,9
|
49.25
|
27
|
126,83
|
|
Rata-rata
|
11,23
|
8,97
|
16,42
|
9
|
|
|
·
Fk = 670,24
·
Jk blok = 12,72
·
Jk perlakuan = 289,90
·
Jk D = 110,16
·
Jk P = 165,18
·
Jk D X P = 14,56
·
jk total = 541,40
·
Jk galat = 238,78
TABEL ANAVA
SR
|
Db
|
Jk
|
Kt
|
F hit
|
F tabel
|
5 %
|
1 %
|
Blok
|
1
|
12,72
|
12,72
|
0,58ns
|
4,84
|
9,65
|
Per
|
11
|
289,90
|
26,35
|
1,21ns
|
2,82
|
4,46
|
D
|
3
|
165,18
|
55,08
|
2,54ns
|
3.59
|
6,22
|
P
|
2
|
110,16
|
2,43
|
2,54ns
|
3,98
|
7,2
|
D X P
|
6
|
14,56
|
21,71
|
0,11ns
|
3,09
|
5,07
|
Galat
|
11
|
238,78
|
|
|
|
|
Total
|
23
|
541,40
|
|
|
|
|
V.
PEMBAHASAN
Pemupukan
tanaman tahunan sebelum menghasilkan mutlak harus dilakukan untuk menjaga
kondisi tanaman untuk tetap tumbuh dengan optimal, sehingga dapat meningkatkan
hasil pada saat panen pertama dan dapat menjaga stabilitas hasil dari tanaman
itu sendiri. Selain itu, pemupukan juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman dan juga dapat meningkatkan daya resistensi atau toleransi tanaman
terhadap penyakit dan hama.
Pemupukan
yang dilakukan sebagian besar adalah pemupukan hara utama, yaitu N, P, dan K.
pada perkebunan-perkebuanan pemupukan hara N diberikan dengan ureea, P dengan
SP-36, dan hara K dengan pupuk KCl. Adapun konsentrasi haranya beraneka ragam,
yaitu N dalam urea 46%, P dalam SP-36 36%, dan K dalam KCl 50%. Sisa dari bahan
penyusun pupuk tersebut adalah hara lain, sehingga jarang kita mendengan
pemupukan S, pemupukan Mo, bahkan Pemupukan B, sebab bahan-bahan ini juga telah
terkandung di dalam pupuk tersebut, baik hara mnakro maupun hara mikro. Dosis
yang digunakan pun bervariasi, biasanya semakin tinggi pengaruhnya semaik
meningkat, namun pada level tertentu ada stagnasi pertumbuhan bahkan dapat
bersifat toxic.
Dari
hasil analisis data diketahui bahwa pemberian pupuk menimbulkan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kakao. Untuk mengetahui perlakuan yang
memberikan pengaruh paling baik terhadap pertambahan tinggi tanaman kakao
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan BNT pada taraf 5%. Hasil perhitungan
dan analisisnya menyebutkan bahwa dosis pupuk masing-masing 100g memberikan
hasil terbaik, namun pertambahan tingginya tidak jauh berbeda (signifikan)
dengan penggunaan pupuk dosis 50g, sehingga untuk lebih efektifnya pemupukan
sebaiknya dilakukan dengan dosis masing-masing pupuk utama 50 g pertanaman
saja.
Sementara
itu, perlakuan lain baik cara pemberian dan juga interaksi keduanya memberikan
hasil yang tidak berbeda nyata. Ini artinya pemberian pupuk yang diberikan baik
ditugal atau disebar dengan disiangi atau tidak, tidak mempengaruhi pertumbuhan
tanaman kakao.
Variabel
jumlah daun menunjukkan bahwa pemupukan dan penyiangan (seluruh) perlakuan
tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Ini artinya bahwa perlakuan tersebut
tidak dapat meningkatkan pertumbuhan daun tanaman kakao, sehingga untuk
meningkatkan jumlah daun tanaman kakao perlu dicari cara pemberian yang tepat
atau dengan menaikkan dosis pemupukan.
VI.
KESIMPULAN
1.
Pemupukan tanaman kakao
sebelum menghasilkan bertujuan untuk mensuplai hara utama sehingga dapat
meningkatkan hasil panen pertama, menjaga stabilitas hasil, dan meningkatkan
toleransi dan resistensi terhadap OPT dan cekaman lain.
2.
Pemupukan memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap variabel tingggi tanaman kakao
3.
Pemupukan dengan dosis 50 g
pertanaman per pupuk memberikan hasil yang paling efisien, namun pemberian
dengan dosisi 100 g memberikan pengarh yang tertinggi tetapi tidak signifikan.
4.
Cara pemberian pupuk dan
interaksi tidak meberikan hasil yang berbeda nyata, sehingga pemberian dengan
cara ditugal atau disebar dan dengan disiangi atau tidak, tidak menjadi masalah
berdasarkan hasil analisis data.
5.
Pemupukan tidak berpengaruh
apapun terhadap variabel jumlah daun.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo. 2008. Hand-Out Materi Kuliah Budidaya
Tanaman Tahunan. Faperta Unib. Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 2009. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Santoso. 2008. Pengaruh waktu
pemotongan akar tunggang terhadap pertumbuhan bibit empat klon unggul okulasi
karet. www.BDP
unib.org. 28 Mei 2009.
Sofyan, A. 2008. Pembukaan areal Perkebunan. http://pla.deptan.go.id/pdf/05_areal_bun_2008.pdf. Donwlod 29 Mei 2009.