Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah
MADARIJUS
SALIKIN
(PENDAKIAN MENUJU
ALLAH)
Penjabaran Kongkret
"Iyyaka Na
'budu wa Iyyaka Nasta'in "
(Tiga Jilid
Lengkap)
Penerjemah: Kathur
Suhardi
PUSTAKA AL-KAUTSAR
Penerbit Buku Islam
Utama
Kemujaraban
Al-Fatihah Yang Mengandung
Kesembuhan
bagi Hati dan Kesembuhan bagi Badan
Kandungan Al-Fatihah yang mampu menyembuhkan hati meru-pakan
kandungannya yang paling komplit. Sumber penyakit hati dan deritanya ada dua
macam: Ilmu yang rusak dan tujuan yang rusak. Dari dua sumber ini muncul dua
penyakit lain: Kesesatan dan kemarahan.
Kesesatan merupakan akibat dari ilmu yang rusak, sedangkan kemarahan merupakan
akibat dari tujuan yang rusak. Dua jenis penyakit ini merupakan inti dari semua
jenis penyakit hati. Hidayah ke jalan yang lurus men-jamin kesembuhan dari
penyakit kesesatan. Karena itu memohon hidayah ini merupakan doa yang paling
wajib bagi setiap hamba, yang juga diwa-jibkan atas dirinya setiap malam dan
siang, dalam setiap shalat dan saat terdesak keperluan.
Sedangkan penegasan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in secara ilmu dan
ma'rifat, amal dan kondisional, menjamin kesembuhan dari penya-kit hati dan
tujuan yang rusak. Sebab tujuan yang rusak ini berkaitan dengan sasaran dan
sarana. Siapa yang mencari tujuan yang pasti akan ter-putus dan fana, menggunakan
berbagai macam sarana untuk dapat me-raihnya, maka hal itu justru akan menjadi
beban baginya dan tujuannya jelas salah.
Inilah keadaan setiap orang yang tujuannya untuk mendapatkan hal-hal selain
Allah dari kalangan orang-orang musyrik, orang-orang yang hanya ingin memuaskan
nafsunya, para tiranyang menopang kekuasaannya dengan segala cara, tak peduli
benar maupun batil. Jika ada kebenaran yang menghambat jalan kekuasaannya, maka
mereka mendepaknya. Jika tidak mampu mendepaknya, mereka akan menepis kebenaran
itu, layaknya pemelihara sapi yang menyingkirkan sampah di kandang. Jika mereka
tidak bisa melakukannya, mereka menghentikan langkah di jalan itu lalu mencari
jalan lain. Dengan cara apa pun mereka siap menolaknya. Jika ada kebenaran yang
mendukung kekuasaan, mereka mendukungnya, bukan karena itu merupakan kebenaran,
tapi karena kebenaran itu yang kebetulan sejalan dengan tujuan dan nafsunya.
Karena tujuan dan sarana yang dipergunakan rusak, maka mereka adalah
orang-orang yang paling menyesal dan merugi, jika tujuan yang mereka raih
meleset. Merekalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi di dunia, yaitu
jika kebenaran dikatakan benar dan kebatilan dika-takan batil. Yang demikian
ini seringkali terjadi di dunia. Penyesalan ini akan semakin nyata tatkala
mereka meninggal dunia dan menghadap Allah serta berada di alam Barzakh.
Begitu pula orang yang mencari tujuan yang tinggi dan sasaran yang mulia,
namun tidak menggunakan sarana yang mendukungnya untuk meraih tujuan itu, dia
hanya mendugaduga sarana yang digunakannya itu akan mendukungnya. Keadaan orang
ini tak jauh berbeda dengan orang yang pertama. Dia tidak akan mendapatkan
kesembuhan dari penyakit ini kecuali dengan obat iyyaka na'budu wa iyyaka
nasta'in.
Obat ini mempunyai empat komposisi: Ibadah kepada Allah, perintah dan
larangan-Nya, memohon pertolongan dengan beribadah kepada-Nya, tidak dengan
hawa nafsu, tidak dengan pendapat manusia dan pemikirannya, tidak dengan diri
manusia dan kekuatannya. Inilah unsur-unsur yang terkandung di dalam obat
iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Jika unsur-unsur ini diramu oleh seorang
dokter yang berpengalaman, tentu akan menjadi obat yang sangat mujarab.
Hati itu mudah terjangkiti dua macam penyakit yang kronis. Jika seseorang
tidak mengobatinya, tentu dia akan binasa, yaitu riya' dan taka-bur. Obat riya
adalah iyyaka na'budu, sedangkan obat takabur adalah iyyaka nasta'in.
Seringkali kami mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Iyyaka
na'budu menolak penyakit riya', dan iyyaka nasta'in menolak penyakit
takabur."
Jika seseorang diberi kesembuhan dari penyakit riya' dengan iyyaka na'budu,
diberi kesembuhan dari penyakit takabur dan ujub dengan iyyaka nasta 'in,
diberi kesembuhan dari penyakit kesesatan dan kebodohan dengan ihdinash-shirathal-mustaqim,
berarti dia telah diberi kesembuhan dari segala macam penyakit. Namun di antara
orang-orang yang menda-pat kenikmatan juga ada yang mendapat murka. Mereka
adalah orang-orang yang tujuannya rusak, yang sebenarnya mengetahui kebenaran
namun menyimpanginya. Ada pula di antara mereka yang adh-dhallin (sesat), yaitu
mereka yang memiliki ilmu yang rusak dan tidak mengetahui kebenaran.
Tentang surat Al-Fatihah yang mengandung obat bagi penyakit badan,
maka akan kami jelaskan seperti yang telah dijelaskan As-Sunnah dan dikuatkan
ilmu medis serta berdasarkan pengalaman. Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari
hadits Abul-Mutawakkil An-Najy, dari Abu Sa'id Al-Khudry, bahwa ada beberapa
orang dari shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang melewati sebuah
perkampungan Arab dalam per-jalanannya. Para penduduk kampung itu tidak mau
menerima mereka sebagai tamu, apalagi menjamu. Pada saat yang sama pemimpin
mereka disengat hewan. Maka penduduk kampung mendatangi mereka dan ber-tanya,
"Adakah kalian mempunyai mantera atau adakah di antara kalian yang bisa
menyembuhkan dengan mantera?"
"Ya, ada. Tapi karena kalian tidak mau menjamu kami, maka kami tidak
mau mengobati kecuali jika kalian memberikan imbalan kepada kami."
Maka penduduk kampung itu sepakat untuk memberikan beberapa ekor
kambing. Maka setiap orang di antara para shahabat itu memba-cakan Al-Fatihah.
Seketika itu pula pemimpin kampung itu bangkit, se-akan-akan sebelumnya dia
tidak pernah sakit. Kami berkata, "Janganlah kalian terburu-buru menerima
imbalan ini sebelum kita menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam."
Setelah bertemu beliau, mereka menceritakan kejadian ini. Beliau bersabda,
"Apa pendapat kalian kalau memang Al-Fatihah itu benar-benar merupakan
ruqyah? Terimalah imbalan itu dan sisihkan bagianku."
Hadits ini menjelaskan keampuhan Al-Fatihah yang bisa menyem-buhkan
sengatan hewan, sehingga ia berfungsi sebagaimana obat, atau bahkan lebih
mujarab daripada obat itu sendiri. Padahal orang yang di-sembuhkan itu tidak
terlalu tepat untuk disembuhkan dengan cara terse-but, entah karena penduduk
kampung itu bukan orang Muslim atau karena mereka orang-orang yang kikir. Lalu
bagaimana jika yang disembuhkan tidak seperti mereka?
Sedangkan dari teori medis, dapat dibuktikan sebagai berikut, bahwa sengatan
itu berasal dari hewan yang mempunyai racun, yang berarti mempunyai jiwa yang
kotor dan terbentuk karena amarah, lalu menyalur-kan unsur racun yang panas
lewat sengatan itu. Jika jiwa yang kotor ini terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya kemarahan, maka ia akan merasa senang jika dapat menyalurkan racun
ke tempat yang layak mene-rimanya, sebagaimana orang jahat yang merasa senang
jika dapat me-nyalurkan kejahatannya terhadap orang yang layak menerimanya.
Bah-kan dia merasa tersiksa jika tidak bisa menyalurkan kejahatannya itu kepada
seseorang.
Prinsip penyembuhan ialah dengan menggunakan kebalikannya dan menjaga
dengan sesuatu yang serupa. Kesehatan dijaga dengan sesuatu yang serupa dan
penyakit disembuhkan dengan kebalikannya. Ini merupakan hukum sebab-akibat yang
sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Namun hal ini
tidak akan berhasil kecuali de-ngan kekuatan jiwa pelakunya dan reaksi
penerimanya. Jika jiwa orang yang disengat tidak layak menerima ruqyah itu dan
jiwa yang membaca-kan ruqyah tidak mampu memberikan pengaruh apa-apa, maka
kesem-buhan tidak akan berhasil.
Jadi di sini ada tiga unsur: Kesesuaian obat dengan penyakit,
ke-sungguhan orang yang mengobati dan orang yang diobati bisa meneri-manya.
Jika tidak ada kelaikan pada salah satu unsur ini, maka kesem-buhan tidak akan
terjadi. Siapa yang bisa memahami hal ini, tentu dia bisa memahami rahasia ruqyah
tersebut, bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat dan
bisa mencocokkan obat dengan penyakit yang hendak diobati, seperti penggunaan
pedang untuk memotong barang yang memang bisa dipotong dengan pedang itu.
Sedangkan dari kesaksian pengalaman, maka cukup banyak orang yang
mengalaminya. Saya sendiri pernah mempunyai pengalaman dalam penggunaan
Al-Fatihah sebagai ruqyah ini dengan hasil yang benar-benar menakjubkan,
terutama pada saat-saat saya menetap di Makkah. Suatu saat saya sakit yang
benar-benar amat menyiksa, hingga hampir-hampir saya tidak bisa menggerakkan
badan karenanya. Padahal saat itu saya harus mengerjakan thawaf dan
lain-lainnya. Maka saya segera membaca Al-Fatihah, lalu mengusapkan telapak
tangan ke bagian-bagian tubuh yang sakit.
Seakan-akan dari bagian yang sakit itu ada kerikil yang jatuh.
Pengalaman seperti ini tidak terjadi hanya sekali saja, tapi beberapa kali.
Pernah juga saya mengambil air Zamzam lalu membacakan Al-Fatihah pada air itu
dan saya meminumnya. Hasilnya, saya merasa mendapat kekuatan baru yang tidak
pernah kurasakan yang seperti itu. Tentu saja semua ini harus didasari kekuatan
iman dan keyakinan yang benar.