Minggu, 16 September 2012

Manfaat mempelajari sifat kimia tanah


Manfaat mempelajari sifat kimia tanah

Dengan mempelajari kimia tanah menurut saya kita akan mengetahui, Larutan terdapat di antara partikel tanah yang merupakan media yang paling penting dalam proses kimia tanah. Maupun Proses-proses yang terjadi di lingkungan tanah seperti penyerapan ion oleh akar, penambahan ion oleh pupuk atau oleh air hujan merupakan contoh faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan komposisi larutan tanah. Perubahan ini akan diimbangi oleh peru­bahan kandungan ion yang berada dalam kompleks jerapan, seperti pelepasan ion ke dalam larutan atau pengikatan ion dari larutan oleh kompleks jerapan. Dalam kimia tanah kita akan banyak mengetahui bahwa Fraksi tanah merupakan paling penting dalam menentukan sifat kimia tanah adalah koloid tanah, yakni bahan-bahan mineral (liat) maupun organik (humus) yang berukuran sangat halus. Kata koloid berasal dari bahasa yunani "colla" yang berarti lem. Ukuran koloid ini adalah kurang dari 1 mikron, dengan demikian,  tidak semua mineral liat termasuk dalam koloid ini karena mineral liat adalah fraksi tanah yang berukuran kurang dari 2 mikron. Halusnya ukuran koloid tanah ini mengakibatkan bahan-bahan ini memiliki luas permukaan per satuan berat yang sangat besar. Kondisi ini mengakibatkan koloid ini memiliki sifat adhesi yang sangat tinggi terhadap partikel tanah yang lain. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Partikel tanah yang sangat halus ini dinamakan dengan "misel" (dari micro cell). Misel ini memiliki permukaan yang bermuatan listrik negatif (anion), sehingga mampu menarik kation (ion positif) yang terdapat di dalam larutan tanah. Penarikan ini mengakibatkan terbentuknya lapisan ganda (double layer).
Bagian dalam lapisan ganda ini terdiri atas partikel koloid yang bermua­tan negatif, sedangkan bagian luarnya adalah kerumunan kation yang tertarik oleh partikel koloid ini. Muatan negatif pada permukaan misel ini berasal dari beberapa sumber, yakni :
*                  Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kation yang terkandung di dalam larutan tanah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni kation basa, dan kation asam. Disebut kation basa karena penjerapan kation ini oleh kompleks jerapan ion mengakibatkan terakumulasinya sejumlah ion OH- apabila muatan positif kation ini melebihi muatan negatif dari misel. Kondisi ini mengakibatkan tanah bereaksi basa. Contoh kation ini adalah Ca2+, Mg2+ dan sebagainya. Sedangkan kation asam adalah kation yang, akibat penjerapannya oleh misel, mengakibatkan terjadinya suasana masam pada tanah. Contoh kation ini adalah H+ dan Al3+.
Pada dasarnya, setiap kation akan dapat terjerap oleh kom­pleks jerapan ini, namun,  pada kenyataannya kation tertentu lebih banyak dijumpai dalam tanah dibandingkan dengan kation yang lain.
*                  Kapasitas Tukar Anion
Pertukaran anion biasanya kurang begitu dikenal dan tidak sebanyak pengenalan kita tentang pertukaran kation pada kebanya­kan tanah. Beberapa jenis anion yang terdapat di dalam tanah sangat mudah terjerap oleh kompleks pertukaran anion, sedangkan anion yang lain relatif kurang dapat terjerap. Pengikatan ion fosfat oleh kompleks pertukaran anion, misalnya, terjadi sangat kuat sehingga ion ini sangat sulit untuk dibebaskan. Sebaliknya anion nitrat sangat sedikit terjerap oleh kompleks ini.
*                  pH tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH pada dasarnya merupakan jumlah konsentrasi ion hidrogen (h+) yang terdapat di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin asam sifat tanah tersebut, demikian pula sebaliknya.
Selain ion H+, di dalam tanah juga dijumpai ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah yang bereaksi masam, jumlah ion H+ adalah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis, kandungan ion OH- adalah lebih banyak. Apabila kandungan ion H+ adalah sama dengan kandungan ion OH-, maka tanah tersebut menunjukkan nilai pH = 7 dan dinamakan dengan tanah bereaksi netral.
Dengan mengetahui hal diatas maka kita dapat mengaplikasikannya pada saat pemupukan tanaman pada kondisi tanah tertentu, juga kita tahu kapan harus melakukan pemupukan dan juga kita akan dengan mudah mengetahui kapan kita harus melakukan pengapuran pada lahan tersebut sehingga akan mempermudah kita dalam melakukan usaha budidaya tanaman pada lahan tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers