Rabu, 02 Juli 2014

DAURAH ILMIAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH “MIRATSUL ANBIYA” KE-10 1435 H/2014 M


Alhamdulillah, dengan pertolongan dan taufik dari Allah,
insya Allah akan hadir kembali…

DAURAH ILMIAH AHLUS SUNNAH “MIRATSUL ANBIYA” Ke-10 1435 H / 2014M

dengan tema:

“URGENSI ULAMA DI TENGAH UMAT KETIKA FITNAH MELANDA”,

Dengan pembicara:

✔ Asy-Syaikh Khalid azh-Zhafiri (Kuwait)

✔ Asy-Syaikh Badr bin Muqbil azh Zhafiri (Arab Saudi)

✔ Asy-Syaikh Usamah bin Sa’ud al-’Amri (Arab Saudi)

Kajian umum insya Allah diselenggarakan :
Di Masjid Agung Manunggal, Bantul 
Pada tanggal Sabtu-Ahad, 13-14 Syawal 1435 H (9-10 Agustus 2014);

Daurah asatidzah insya Allah diselenggarakan :
Di Ma’had al Anshar,
Kamis-Sabtu, 11-20 Syawal 1435 H (7-16 Agustus 2014).

Kajian ini insya Allah bisa diikuti melalui:
Radio Rasyid
Radio Miratsul-Anbiya
Radio Salafy.or.id

✔ Info Tambahan
Insya Allah akan ada taushiyyah al-Walid al-’Allamah asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah [teleconference]

Bagi yang ingin bertaawun dana untuk Dauroh ilmiyah ahlussunah wal jama’ah miratsul anbiya ke 10 , bisa melalui:
✔ Rek. Bank MANDIRI no rek 9000002394642 a.n. LUWIH AGUS TRIYONO, MANDIRI KALIURANG
✔ Rek BCA atas nama BUSONO SUPRAPTO 8610124705 BCA KCP KALIURANG

Konfirmasi pengiriman dana ke no. 0858-6812-9542, +62 823-2940-6754
Laporan dana yang sudah masuk akan di tampilkan Di salafy.or.id dan miratsul-anbiya.net


Kamis, 26 Juni 2014

Nasehat Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

Nasehat Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah 

Sumber: Online Buletin Islam Al Ilmu Edisi No : 32/VIII/VIII/1431 

Para pembaca rahimakumullah, 

Telah diulas pada edisi yang lalu kisah kehidupan seorang ‘alim yang sangat bersemangat di dalam menuntut ilmu dan beribadah. Juga tentang kesabarannya yang luar biasa di dalam menghadapi berbagai ujian demi mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah. 

Guru beliau, Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Aku keluar dari ‘Iraq. Dan tidaklah aku tinggalkan di kota tersebut seseorang yang paling utama, paling berilmu, paling wara’ dan paling bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal.” 

Al-Imam Abdurrazzaq Ash-Shan’ani rahimahullah berkata: “Tidaklah aku melihat orang yang paling pandai dan paling wara’ daripada Ahmad bin Hanbal.” 

Yahya bin Sa’id Al-Qaththan rahimahullah berkata: “Tidaklah ada seorangpun yang datang ke Baghdad yang lebih aku cintai daripada Ahmad bin Hanbal.” 

Karya-karya tulis beliau rahimahullah sangatlah banyak, diantaranya ada yang berjudul “Fadhail Shahabah”, “Az-Zuhd”, “Kitab Tafsir”, “An-Nasikh wa Al-Mansukh”, “At-Tarikh”, “Ahadits Syu’bah”, dan lain-lain. Yang paling terkenal dari karya-karya beliau adalah “Al-Musnad”. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Tidak ada satu kitab musnad pun yang sebanding dengan kitab musnad karya Imam Ahmad dalam hal banyaknya jumlah hadits yang ada di dalamnya dan juga dalam hal bagusnya sistematika penyusunan.” 

Pada edisi kali ini kami ingin menampilkan berbagai nasehat dan bimbingan beliau, agar kita dapat mencontoh beliau di dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi. 

Amalan yang paling utama 
Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad rahimahullah: 
“Beritakan kepada kami amalan apakah yang paling utama?” 
Beliau menjawab: “Menuntut ilmu.” 
Dia bertanya kembali: “Bagi siapa?” 
Beliau menjawab: “Bagi orang yang benar niatnya.” 
Dia bertanya kembali: “Apa saja yang bisa membenarkan niat itu?” 
Beliau menjawab: “Dengan meniatkan dirinya agar bisa bertawadhu’ dan menghilangkan kebodohan darinya.” 

Kewajiban Menuntut Ilmu 
“Setiap orang wajib menuntut ilmu yang menjadikan agamanya tegak dengannya.” 
Ditanyakan kepada beliau, “Seperti apa halnya?” 
Beliau rahimahullah menjawab, “Yang ia tidak boleh bodoh (tidak berilmu) tentang sholat, puasa, dan lainnya.” 

Kemuliaan hati 
Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki kemuliaan, dan kemuliaan hati adalah ridha kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala . 

Mengingat Mati 
Bahwasanya Imam Ahmad jika disebutkan tentang kematian maka beliau menangis tersedu-sedu. Dan beliau berkata: “Rasa takut telah menghalangiku untuk menyantap makanan dan minuman.” 

Anjuran untuk berusaha 
Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Ahmad: 
“Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang duduk di rumahnya atau di masjidnya kemudian berkata: “Aku tidak akan bekerja apapun sampai rizki itu yang datang sendiri kepadaku.” 
Beliau berkata: “Ini adalah seorang laki-laki yang tidak mengetahui ilmu. Tidakkah dia mendengar ucapan Rasulullah: ‘dijadikan rizki-ku di bawah naungan tombakku.’ Dan hadits yang lainnya tentang seekor burung yang di pagi hari dalam keadaan lapar kemudian pergi untuk mencari makan. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (rizki).” [Al-Muzammil: 20] 

Zuhud 
Zuhud di dunia adalah: pendek angan-angan dan berputus asa (tidak mengharapkan) dari apa yang ada di tangan manusia. 

Kemuliaan sahabat Rasulullah 
Jika engkau melihat seseorang menyebutkan tentang salah seorang dari sahabat rasulullah dengan kejelekan maka ragukanlah keislamannya. 

Merasakan kesenangan 
Ada seseorang bertanya kepada beliau: “Kapan seorang hamba akan merasakan kesenangan?” 
Beliau menjawab: “Dia akan merasakan kesenangan tatkala mulai memasuki Al-Jannah (surga).” 

Manusia pada hari kiamat 
Sesungguhnya Allah membangkitkan para hamba pada hari kiamat atas 3 keadaan: 
Orang baik yang tidak ada jalan untuk menyalahkannya. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.” [At-Taubah: 91] 
Orang yang kafir mereka berada dalam An-Naar (neraka), Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Dan orang-orang yang kafir, mereka berada di dalam Jahannam.” [Fathir: 36] 
Orang yang berdosa (dibawah dosa syrik), maka perkaranya diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak, maka ia akan diadzab, dan jika Allah berkehendak, ia akan diampuni. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni semua dosa yang dibawah dosa syirik bagi siapa yang dikehendakinya.” [An-Nisaa: 48 dan 116] 

Hartawan yang zuhud 
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang memiliki harta sebanyak 1000 dinar, apakah dia bisa dikatakan zuhud?” 
Beliau menjawab: “Ya, dengan syarat dia tidak gembira ketika hartanya bertambah dan tidak bersedih ketika hartanya berkurang.” 

Menjaga harga diri 
Beliau pernah berdoa dalam sujudnya: 
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku dari sujud kepada selain-Mu, maka jagalah wajahku dari meminta-minta kepada selain-Mu.” 

Zakatnya ilmu 
Beliau pernah ditanya tentang seorang yang banyak menulis hadits, maka beliau memberikan jawaban: 
“Seharusnya bagi dia untuk memperbanyak amalan sebatas apa yang dia peroleh dalam mencari hadits tersebut.” Kemudian beliau melanjutkan ucapannya: “Jalannya ilmu itu sama dengan jalannya harta. Sesungguhnya harta itu jika bertambah maka bertambah pula zakatnya.” 

Kesempurnaan makanan 
Jika terkumpul pada makanan itu 4 hal maka sungguh telah sempurna: 
Jika disebutkan nama Allah, pada awalnya. 
Memuji nama Allah pada akhirnya. 
Memperbanyak jumlah orang yang makan. 
Makanan tersebut diperoleh dari jalan yang halal. 

Tingkatan-tingkatan Zuhud 
Dalam zuhud ada tiga tingkatan: 
Meninggalkan yang haram. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang awam. 
Meninggalkan sesuatu yang kurang bermanfaat dari perkara yang halal. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang khusus. 
Meninggalkan sesuatu yang menyibukkan dari Allah. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang telah mengenal Rabbnya. 

Sikap dalam shalat 
Beliau pernah ditanya: “Apa makna dari meletakkan tangan yang kanan diatas tangan yang kiri?” 
Beliau menjawab: “Merendahkan diri dihadapan Allah Subhanallahu wa Ta’ala.” 

Ketakwaan hati 
‘Ali bin Al-Madini rahimahullah berkata: “Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata kepadaku, ‘Sebenarnya aku ingin menemanimu pergi ke Makkah dan tidaklah ada yang menghalangiku untuk menemanimu kecuali aku khawatir akan membuatmu bosan atau engkau yang membuatku bosan.’ 
Ali rahimahullah berkata: “Ketika aku akan berpisah, kukatakan kepadanya: ‘Wahai Abu ‘Abdillah, berilah aku suatu wasiat?’ 
Ahmad rahimahullah berkata: “Ya, tetapkanlah ketakwaan itu dalam hatimu, dan tegakkanlah akhirat itu dihadapanmu.” 

Bersegera dalam kebaikan 
Setiap sesuatu dari kebaikan hendaklah engkau memberi perhatian padanya, kemudian bersegera untuk memperolehnya sebelum terhalang antaramu dengan kebaikan tersebut. 

Ringan dalam hisab 
Suatu yang sedikit dari perkara dunia maka kelak hisab (perhitungan)nya akan ringan di akhirat 

Berkurangnya keimanan 
Iman bisa bertambah dan berkurang. kebaikan semuanya adalah bagian dari iman (menambah keimanan –red) dan kemaksiatan dapat mengurangi keimanan. 

Semangat belajar 
Tidaklah seseorang akan patah semangat di dalam menuntut ilmu kecuali orang yang bodoh. 

Keikhlasan 
Al-Ikhlas adalah hendaklah amalanmu diniatkan dalam rangka ibadah dan meninggalkan sesuatu yang haram, serta meniatkan setiap kebaikan dan ketakwaan hanya semata-mata ditujukan kepada Allah. Ikhlas adalah ruhnya amalan. Amalan tanpa ruh ibarat mayit. Allah tidak menerima amalan tersebut dan tidaklah dia akan selamat dari api neraka. 

Semangat beramal 
Tidaklah aku menulis sebuah hadits kecuali aku telah mengamalkannya walaupun cuma satu kali supaya tidak menjadi hujjah pada diriku kelak, sampaipun shalat 2 rakaat Maghrib antara adzan dan iqamat (aku telah mengamalkannya). 

Doa beliau 
Ya Allah, janganlah Engkau sibukkan hati kami dengan sesuatu yang telah Engkau bebankan kepada diri kami. 
Dan janganlah Engkau menghalangi diri kami dari kebaikan yang ada pada-Mu dengan suatu kejelekan yang ada pada diri kami. 
Dan janganlah Engkau perlihatkan pada diri kami apa yang telah Engkau larang. 
Dan janganlah Engkau luputkan bagi diri kami apa-apa yang telah Engkau perintahkan. 
Muliakanlah diri kami dan janganlah Engkau hinakan diri kami. 
Muliakanlah diri kami dengan ketaatan dan janganlah Engkau hinakan diri kami dengan kemaksiatan. 

Maraji’: 
Mawa’izh Al-Imam Ahmad 
Musthalah Hadits karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah, hal. 63-66. 
Kitab Fadhail Shahabah jilid I 
Siyar A’lamin Nubala 
Bidayah wa Nihayah

Jumat, 20 Juni 2014

Bahaya Syirik

Bismillah.
Wahai saudaraku kaum muslimin yang kami cintai karena Allah , semoga Allah membantu kita untuk bisa berzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepadanya serta menjauhkan kita dan keluarga kita dari dosa terbesar, yaitu syirik. Ketahuilah bahwa Allah memerintahkan kita semua untuk beribadah hanya kepada-Nya saja dan dia melarang kita menyekutukannya dalam peribadahan, karena orang-orang yang beribadah kepada Allah bersamaan juga beribadah kepada selain Allah baik beribadah kepada nabi, malaikat, orang sholeh, wali, patung, pohon maupun yang lainnya, maka mereka telah menyekutukan Allah, perbuatan itu dinamakan syirik sedang pelakunya disebut musyrik.


Perbedaan Antara Syirik Besar Dan Syirik Kecil
Para ulama menyebutkan bahwa perbedaan antara syirik besar dan syirik kecil yaitu :
a. Syirik besar menyebabkan pelakunya keluar dari Islam sedangkan syirik kecil tidak mengeluarkan dari Islam.
b. Syirik besar menggugurkan seluruh amalan, adapun syirik kecil tidak menggugurkan kecuali amalan yang tercampur dengan syirik kecil saja.
c. Syirik besar menyebabkan halal harta dan jiwa pelakunya.
d. Pelaku syirik besar jika mati kekal di dalam neraka sedangkan pelaku syirik kecil jika mati tidak kekal di dalam neraka.
e. Syirik besar tidak akan diampuni oleh Allah  kecuali jika pelakunya bertaubat sebelum mati, adapun syirik kecil maka pelakunya berada di bawah kehendak Allah , menurut pendapat yang lebih benar dari pendapat para ulama.

Tidak Takutnya Seseorang Terjatuh Dalam Kesyirikan Menunjukkan Lemah Tauhidnya. Dalilnya bahwasanya Nabi Ibrohim berdo’a kepada Allah agar menjauhkannya dari beribadah kepada berhala.
Sebagaimana firman Allah: Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim : 35)
Berkata Syaikh Sulaiman Bin Abdillah di dalam Kitab Taysirul Azizul Hamid hal. 118 :
“Apabila Nabi Ibrohim saja memohon kepada Allah  agar menjauhkan dirinya dan anak keturunannya dari beribadah kepada berhala maka bagaimana pendapatmu dengan selain Nabi Ibrohim ? Sebagaimana perkataan Ibrohim At Taimy: “Siapakah yang merasa aman dari bala‟ setelah Nabi Ibrohim           ? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim)
Sebagaimana telah berlalu bahwasanya Nabi bersabda kepada para sahabatnya; Artinya : “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah perbuatan syirik kecil, kemudian beliau ditanya tentang itu, dan beliaupun menjawab: yaitu riya'.”(HR. Ahmad, Thobroni dan Abi Dawud)
Jika Nabi saja khawatir terhadap para sahabatnya padahal mereka mentauhidkan Allah di dalam peribadatan dan paling semangat melakukan keta‟atan maka karena kekhawatiran terjatuh pada kesyrikan tersebut maka merekapun berhijrah, berjihad memerangi orang-orang yang kafir kepada Allah dan sesungguhnya mereka adalah orang-orang yg mengetahui apa yang didakwahkan Nabi kepada mereka dan memahami apa yang Allah turunkan didalam kitabnya berupa keharusan ikhlas/memurnikan ibadah hanya untuk-Nya dan perintah untuk berlepas diri dari kesyirikan namun ternyata Rasulullah masih khawatir terhadap mereka, lalu bagaimana tidak dikhawatirkan terhadap orang-orang yang tidak dinisbatkan kepada mereka sebagai orang yang berilmu dan tidak pula beramal, seharusnya lebih dikhawatirkan lagi mereka terjatuh pada kesyirikan (Qurrotul„uyun Al Muwahhidin : 45)

Demikinlah beberapa bahaya kesyirikan yang disarikan dari karya-karya para ulama rahimahumullah. Semoga kita semua dengan hidayah dari Allah bisa terhindar dari berbagai macam dan bentuk kesyirikan terjadi di sekitar kita. Amin yaa rabbal alamin.

Rabu, 18 Juni 2014

Mempersiapkan diri sebelum Kematian

Hamid Al-Qaishary Rahimahullah mengatakan :
"Kita semua yakin akan datangnya kematian, tetapi kita tidak bersiap-siap untuk menghadapinya.
Kita semua yakin dengan adanya surga tetapi kita tidak beramal untuk mendapatkannya.
Kita semua yakin dengan neraka tetapi kita tidak merasa takut darinya.
Lalu dengan sebab apa kalian bergembira?
Lalu apa yang kalian tunggu?
Kematian?
Ketahuilah itu adalah awal ketetapan Allah yang mendatangi kalian dengan kebaikan dan kejelekan.
Wahai saudaraku, berjalanlah menuju Allah dengan segala kebaikan."

(Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah Al-Maqdisi)

Jumat, 13 Juni 2014

Penyakit Riya dan Ujub

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

“Banyak orang yang mengidap riya’ dan ujub. Riya’ itu termasuk dalam perbuatan mempersekutukan Allah dengan makhluk. Adapun ujub merupakan bentuk mempersekutukan Allah dengan diri sendiri, dan inilah kondisi orang yang sombong. Seorang yang riya’ berarti tidak melaksanakan kandungan ayat Iyyaka na’budu. Adapun orang yang ujub maka dia tidak mewujudkan kandungan ayat Iyyaka nasta’in. Barangsiapa yang mewujudkan maksud ayat Iyyaka na’budu maka dia terbebas dari riya’. Dan barangsiapa yang berhasil mewujudkan maksud ayat Iyyaka nasta’in maka dia akan terbebas dari ujub. Di dalam sebuah hadits yang terkenal disebutkan, “Ada tiga perkara yang membinasakan; sikap pelit yang ditaati, hawa nafsu yang selalu diperturutkan, dan sikap ujub seseorang terhadap dirinya sendiri.”

(Mawa’iz Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Hal. 83 cet. al-Maktab al-Islami)


 

Followers